Biaya Pembangunan Tinggi
Teknologi PLTGL masih baru, jadi biaya riset dan infrastrukturnya mahal banget. Satu proyek bisa makan biaya miliaran sampai triliunan rupiah.
Masalah Korosi (Karatan)
Laut Indonesia terkenal asin dan panas, bikin peralatan PLTGL gampang rusak. Teknologi tahan karat harus dikembangkan biar investasi nggak mubazir.
Kurangnya Ahli dan Teknisi Lokal
Teknologi PLTGL masih didominasi negara maju kayak Inggris dan Australia. Indonesia butuh lebih banyak insinyur dan teknisi yang paham soal ini.
Regulasi dan Kebijakan Kurang Mendukung
Belum ada regulasi khusus yang mendukung pengembangan PLTGL di Indonesia. Padahal, ini bisa jadi terobosan energi hijau.
Fokus ke Energi Lain
Saat ini, Indonesia lebih fokus ke energi terbarukan lain kayak PLTS (tenaga surya) dan PLTB (tenaga angin) yang lebih murah dan sudah terbukti efisien.
Apa yang Harus Dilakukan Supaya PLTGL Bisa Terwujud?
- Riset dan Kolaborasi Internasional
Indonesia harus kerja sama dengan negara lain yang udah punya teknologi PLTGL buat mempercepat implementasinya. - Investasi dan Insentif
Pemerintah perlu kasih insentif ke investor yang mau coba teknologi ini di Indonesia. - Pilot Project di Daerah Potensial
Mulai dengan proyek kecil di daerah kayak Pantai Selatan Jawa atau NTT, terus evaluasi hasilnya. - Edukasi dan Pelatihan SDM Lokal
Siapkan tenaga ahli lokal yang bisa mengoperasikan dan memelihara PLTGL. - Kebijakan Ramah Energi Laut
Regulasi yang jelas bakal mempermudah pengembangan teknologi ini.
Chemist People, meskipun PLTGL belum ada secara komersial, potensinya luar biasa banget buat masa depan energi kita. Gelombang laut Indonesia bukan cuma jadi kebanggaan, tapi juga bisa jadi solusi energi bersih yang berkelanjutan.
Dengan kerja keras, riset, dan dukungan dari kita semua, siapa tahu Indonesia bisa jadi pionir PLTGL di Asia Tenggara! Yuk, dukung energi hijau dan sebarkan semangat inovasi ke semua orang.
Salam energi biru dari Chemist People!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H