Mohon tunggu...
Anak Lestari
Anak Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Radiasi Pengion pada Tanaman: Pengaruh, Mekanisme Pertahanan, dan Dampaknya terhadap Evolusi

11 November 2024   04:39 Diperbarui: 11 November 2024   04:58 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak IR (sumber: Danuarte,. dkk (2023))

  Penulis original artikel: Gustavo Turqueto Duarte , Polina Yu. Volkova, Fabricio Fiengo Perez, and Nele Horemans

       Radiasi pengion, atau Ionizing Radiation (IR), umumnya dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya karena efek langsungnya pada organisme hidup, seperti manusia. Namun, IR memiliki efek yang jauh lebih luas dan kompleks, terutama dalam lingkungan alami. Selain menjadi potensi bahaya, IR berperan penting dalam proses yang melibatkan pembentukan molekul organik dan menciptakan kondisi planet yang dapat dihuni. IR juga berperan sebagai faktor stres yang memengaruhi evolusi dan adaptasi ekosistem, termasuk tanaman.

Sumber-Sumber Radiasi Pengion

           Radiasi pengion secara alami bersumber dari dua hal yaitu sinar kosmik dan unsur radioaktif di kerak Bumi. Sinar kosmik yang berasal dari matahari atau galaksi adalah partikel subatomik dengan kecepatan tinggi, termasuk proton dan partikel alfa. Ketika partikel ini mencapai atmosfer Bumi, mereka berinteraksi dengan unsur gas, menghasilkan isotop radioaktif yang masuk ke ekosistem kita. Selain itu, di tanah dan lautan, radionuklida yang bersifat alami terbentuk melalui peluruhan radioaktif. Beberapa di antaranya, seperti radium dan thorium, memiliki waktu paruh sangat panjang sehingga dapat terus memberikan paparan radiasi bagi ekosistem di sekitarnya. Di area ventilasi hidrotermal laut dalam, radionuklida ini dihasilkan dari magma dan dapat menyebabkan tingkat radioaktivitas tinggi pada komunitas laut setempat.

Sumber Radiasi Pengion Akibat Aktivitas Manusia

            Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia menghasilkan radionuklida buatan, terutama dalam bidang nuklir, kedokteran, dan energi. Radioaktivitas ini dimanfaatkan, misalnya, dalam terapi radiasi di bidang medis atau dalam pembangkit listrik tenaga nuklir yang dianggap sebagai alternatif ramah lingkungan karena menghasilkan emisi karbon rendah. Di bidang pertanian, IR juga digunakan sebagai agen mutagen untuk mempercepat pemuliaan tanaman, memperpanjang kesegaran buah dan sayuran, serta sebagai sterilisasi makanan. Namun, risiko dari penggunaan radionuklida ini cukup tinggi, terutama ketika terjadi kebocoran radiasi. Kebocoran dapat mencemari tanah dan air secara jangka panjang serta berisiko menimbulkan efek buruk pada biota, termasuk tanaman. Kecelakaan nuklir besar di masa lalu, seperti yang terjadi di Chernobyl dan Fukushima, adalah contoh nyata yang memperlihatkan betapa luasnya efek jangka panjang radiasi yang tidak terkendali terhadap ekosistem.

Dampak Radiasi Pengion pada Tanaman

          Tanaman, seperti organisme lainnya, memiliki rentang toleransi terhadap IR. Paparan radiasi dapat mempengaruhi tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Ketika IR mengenai sel tanaman, energi yang dihasilkan mampu memecah rantai DNA, menyebabkan kerusakan yang sangat serius. Bahkan pada tingkat sel, radiasi dapat mempengaruhi struktur dan fungsi organel penting seperti mitokondria dan kloroplas, yang berperan dalam proses fotosintesis dan energi seluler. Jika kerusakan terjadi pada tingkat DNA, tanaman bisa mengalami mutasi atau bahkan kematian sel. Selain itu, paparan IR juga menghasilkan spesies oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species, atau ROS) dalam sel tanaman.

             ROS dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada protein dan DNA, yang pada gilirannya dapat mengganggu fungsi sel secara keseluruhan. Akumulasi ROS ini memicu stres oksidatif yang dapat mengakibatkan kematian sel atau, pada tingkat yang lebih besar, menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh atau berproduksi dengan baik.

Sistem Pertahanan Tanaman terhadap Radiasi Pengion

           Tanaman memiliki berbagai mekanisme pertahanan untuk memperbaiki kerusakan akibat IR. Mekanisme ini antara lain perbaikan DNA yang rusak melalui jalur eksisi basa (Base Excision Repair, BER) dan eksisi nukleotida (Nucleotide Excision Repair, NER), yang berfungsi untuk memperbaiki kerusakan kecil pada DNA yang tidak mengubah struktur heliks. Selain itu, tanaman memiliki sistem antioksidan untuk mengurangi akumulasi ROS. Enzim antioksidan seperti katalase (CAT), superoksida dismutase (SOD), dan glutathione peroksidase (GPX) berperan penting dalam menetralisir ROS. Namun, ketika IR yang diterima terlalu tinggi, kemampuan tanaman untuk memperbaiki diri tidak dapat menutupi kerusakan yang terjadi, sehingga kerusakan menjadi permanen. Tanaman yang terpapar radiasi tinggi dalam waktu singkat mungkin mengalami mutasi serius, sementara paparan rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan efek non-target. Ini berarti bahwa tanaman yang tidak terkena IR langsung masih dapat mengalami efek yang mirip, yang disebabkan oleh komunikasi antarsel atau pengaruh ROS yang menyebar.

Radiasi Pengion dalam Evolusi dan Adaptasi Tanaman

              Dari perspektif evolusi, IR juga dianggap sebagai faktor penting dalam perkembangan spesies. Organisme hidup, termasuk tanaman, harus beradaptasi dengan IR rendah yang ada di permukaan Bumi selama lebih dari 600 juta tahun. Dalam waktu ini, mekanisme untuk mempertahankan integritas DNA menjadi sangat penting bagi kehidupan, dan sebagian besar sistem perbaikan DNA saat ini terbentuk sebagai respons terhadap paparan IR. Adaptasi ini mencerminkan pentingnya menjaga stabilitas genetik dalam evolusi. IR yang ada secara alami mendorong tanaman untuk mengembangkan mekanisme perbaikan DNA yang efisien dan metabolisme yang efektif untuk menghemat energi. Dengan perkembangan tanaman hijau (Viridiplantae), intensitas IR di Bumi menurun, sehingga energi yang digunakan untuk mempertahankan integritas genetik dapat dialokasikan untuk fungsi lain, seperti reproduksi dan pertumbuhan. Dengan demikian, menurunnya IR alami berkontribusi pada munculnya spesies dan sistem yang lebih kompleks.

Kebutuhan Penelitian Lebih Lanjut tentang Dampak IR pada Ekosistem

           Salah satu tantangan terbesar dalam memahami dampak IR pada ekosistem adalah perbedaan sensitivitas setiap spesies terhadap radiasi. Tidak seperti manusia yang dapat berpindah dari area terkontaminasi, tanaman dan biota lainnya tetap berada di tempat sehingga menerima paparan IR secara terus-menerus. Setiap ekosistem juga unik, dengan kondisi cuaca, tanah, dan komposisi biota yang berbeda-beda. Karena keragaman ini, perlindungan biota non-manusia dari IR masih belum mendapatkan perhatian penuh, sehingga penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Dengan mempelajari berbagai spesies yang ada dalam ekosistem yang sama, para ilmuwan berharap untuk menemukan pola umum yang dapat digunakan untuk memprediksi efek IR pada skala ekosistem yang lebih besar. Penelitian ini tidak hanya penting untuk memahami bagaimana ekosistem merespons stres radiasi, tetapi juga untuk menyediakan informasi bagi pengambil kebijakan yang harus membuat keputusan mengenai penggunaan teknologi nuklir dan penanganan limbah radioaktif.

            Radiasi pengion memang memiliki sisi negatif yang bisa menimbulkan efek merusak pada ekosistem. Namun, pada saat yang sama, IR adalah bagian dari sejarah panjang evolusi yang telah membentuk kehidupan di Bumi. Dengan memahami bagaimana tanaman dan organisme lainnya merespons IR dalam berbagai tingkat paparan, kita dapat menghargai kompleksitas dan daya adaptasi kehidupan itu sendiri. Mengetahui efek jangka panjang IR terhadap ekosistem membantu kita menyadari tanggung jawab kita dalam mengelola dampak radiasi yang dihasilkan oleh teknologi manusia. Penelitian yang lebih mendalam tentang dampak IR pada tanaman dan biota lainnya tidak hanya membantu melindungi lingkungan kita, tetapi juga memperkaya wawasan kita tentang bagaimana kehidupan berevolusi menghadapi tantangan radiasi yang tak terlihat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun