Tanaman memiliki berbagai mekanisme pertahanan untuk memperbaiki kerusakan akibat IR. Mekanisme ini antara lain perbaikan DNA yang rusak melalui jalur eksisi basa (Base Excision Repair, BER) dan eksisi nukleotida (Nucleotide Excision Repair, NER), yang berfungsi untuk memperbaiki kerusakan kecil pada DNA yang tidak mengubah struktur heliks. Selain itu, tanaman memiliki sistem antioksidan untuk mengurangi akumulasi ROS. Enzim antioksidan seperti katalase (CAT), superoksida dismutase (SOD), dan glutathione peroksidase (GPX) berperan penting dalam menetralisir ROS. Namun, ketika IR yang diterima terlalu tinggi, kemampuan tanaman untuk memperbaiki diri tidak dapat menutupi kerusakan yang terjadi, sehingga kerusakan menjadi permanen. Tanaman yang terpapar radiasi tinggi dalam waktu singkat mungkin mengalami mutasi serius, sementara paparan rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan efek non-target. Ini berarti bahwa tanaman yang tidak terkena IR langsung masih dapat mengalami efek yang mirip, yang disebabkan oleh komunikasi antarsel atau pengaruh ROS yang menyebar.
Radiasi Pengion dalam Evolusi dan Adaptasi Tanaman
       Dari perspektif evolusi, IR juga dianggap sebagai faktor penting dalam perkembangan spesies. Organisme hidup, termasuk tanaman, harus beradaptasi dengan IR rendah yang ada di permukaan Bumi selama lebih dari 600 juta tahun. Dalam waktu ini, mekanisme untuk mempertahankan integritas DNA menjadi sangat penting bagi kehidupan, dan sebagian besar sistem perbaikan DNA saat ini terbentuk sebagai respons terhadap paparan IR. Adaptasi ini mencerminkan pentingnya menjaga stabilitas genetik dalam evolusi. IR yang ada secara alami mendorong tanaman untuk mengembangkan mekanisme perbaikan DNA yang efisien dan metabolisme yang efektif untuk menghemat energi. Dengan perkembangan tanaman hijau (Viridiplantae), intensitas IR di Bumi menurun, sehingga energi yang digunakan untuk mempertahankan integritas genetik dapat dialokasikan untuk fungsi lain, seperti reproduksi dan pertumbuhan. Dengan demikian, menurunnya IR alami berkontribusi pada munculnya spesies dan sistem yang lebih kompleks.
Kebutuhan Penelitian Lebih Lanjut tentang Dampak IR pada Ekosistem
      Salah satu tantangan terbesar dalam memahami dampak IR pada ekosistem adalah perbedaan sensitivitas setiap spesies terhadap radiasi. Tidak seperti manusia yang dapat berpindah dari area terkontaminasi, tanaman dan biota lainnya tetap berada di tempat sehingga menerima paparan IR secara terus-menerus. Setiap ekosistem juga unik, dengan kondisi cuaca, tanah, dan komposisi biota yang berbeda-beda. Karena keragaman ini, perlindungan biota non-manusia dari IR masih belum mendapatkan perhatian penuh, sehingga penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Dengan mempelajari berbagai spesies yang ada dalam ekosistem yang sama, para ilmuwan berharap untuk menemukan pola umum yang dapat digunakan untuk memprediksi efek IR pada skala ekosistem yang lebih besar. Penelitian ini tidak hanya penting untuk memahami bagaimana ekosistem merespons stres radiasi, tetapi juga untuk menyediakan informasi bagi pengambil kebijakan yang harus membuat keputusan mengenai penggunaan teknologi nuklir dan penanganan limbah radioaktif.
      Radiasi pengion memang memiliki sisi negatif yang bisa menimbulkan efek merusak pada ekosistem. Namun, pada saat yang sama, IR adalah bagian dari sejarah panjang evolusi yang telah membentuk kehidupan di Bumi. Dengan memahami bagaimana tanaman dan organisme lainnya merespons IR dalam berbagai tingkat paparan, kita dapat menghargai kompleksitas dan daya adaptasi kehidupan itu sendiri. Mengetahui efek jangka panjang IR terhadap ekosistem membantu kita menyadari tanggung jawab kita dalam mengelola dampak radiasi yang dihasilkan oleh teknologi manusia. Penelitian yang lebih mendalam tentang dampak IR pada tanaman dan biota lainnya tidak hanya membantu melindungi lingkungan kita, tetapi juga memperkaya wawasan kita tentang bagaimana kehidupan berevolusi menghadapi tantangan radiasi yang tak terlihat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H