- Terjadi ketika ion dari garam memiliki kemampuan untuk berperilaku sebagai asam dan basa.
  - Reaksi hidrolisis bergantung pada kekuatan asam dan basa dari ion garam tersebut.
  - Contoh: hidrolisis garam natrium alumunium sulfat (NaAl(SO4)2) menghasilkan ion hidroksida (OH-) dari alumunium hidroksida (Al(OH)3) dan ion hidrogen (H+) dari ion sulfat (SO4^2-), sehingga larutan bersifat netral.
Penting untuk dicatat bahwa hidrolisis garam dapat mempengaruhi pH larutan. Jika hidrolisis menghasilkan ion hidroksida lebih banyak daripada ion hidrogen, larutan akan bersifat basa. Sebaliknya, jika hidrolisis menghasilkan ion hidrogen lebih banyak daripada ion hidroksida, larutan akan bersifat asam. Jika hidrolisis tidak signifikan, larutan akan tetap netral.
Hidrolisis garam merupakan konsep penting dalam kimia dan memiliki aplikasi dalam banyak bidang, termasuk kimia lingkungan, industri, dan biologi. Memahami hidrolisis garam memungkinkan kita untuk memprediksi sifat larutan dan memahami reaksi yang terjadi dalam sistem larutan.
Kelarutan garam merujuk pada kemampuan garam untuk larut dalam air atau pelarut lainnya. Kelarutan garam ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk sifat kimia garam, suhu, tekanan, dan konsentrasi pelarut. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami tentang kelarutan garam:
1. Pengaruh Sifat Kimia Garam:
  - Jenis ion dalam garam mempengaruhi kelarutan. Garam yang terdiri dari ion-ion yang kuat, seperti garam alkali (misalnya natrium klorida, NaCl), cenderung memiliki kelarutan yang tinggi.
  - Garam yang terdiri dari ion-ion yang lemah, seperti beberapa garam logam transisi (misalnya garam tembaga(II) sulfat, CuSO4), cenderung memiliki kelarutan yang lebih rendah.
2. Pengaruh Suhu:
  - Secara umum, kenaikan suhu meningkatkan kelarutan garam dalam air. Hal ini karena peningkatan suhu mempercepat gerakan molekul air, sehingga memungkinkan lebih banyak partikel garam untuk terlarut.