Mohon tunggu...
Ratna Sofia
Ratna Sofia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Youth. Unique. Different | www.anak-muda.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kolosal Sejarah #

23 Juli 2014   20:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:26 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artist-seniman-cendekiawan yang dulunya ogah ngomong politik, berduyun-duyun membuat karya tak berbayar, serukan dukungannya.

Bapak, ibu, kakek, nenek, yang harusnya lebih asik liburan di tanggal merah, beramai-ramai datang ke TPS, coblos presiden pilihannya.

Anak-anak muda yang HP nya penuh foto selfie dan makanan yang siap unggah di akun instagram, tak malu untuk jeprat-jepret hasil penghitungan suara di TPS tempatnya memilih. Tak lain nantinya untuk dicocokkan dengan hasil scan C1 di laman resmi KPU.

Tak hanya perihal memberikan suara, namun juga mengawal suara.

Ada arus yang begitu besar dalam mengawal proses ini.

Begitu besar.

Sampai kemunculan sebuah situs kawalpemilu.org. Pertama kali tau situs ini, saya cuma bisa melonjak dalam hati, “Gilaaa!”

700 relawan independen, dari yang profesi pelajar, petani, konsultan, sampai tukang jahit dilibatkan dalam unduh formulir C1 KPU-isi form-unggah.

Para elit, relawan, hingga masyarakat biasa ramai-ramai bergantian datangi pleno KPU di kelurahan, kecamatan, hingga provinsi, kawal suara mereka.

Semua level masyarakat turun tangan.

Sebuah kolosal, yang cuma ada di negerimu.

Indonesia terhentak. Indonesia bergetar.

---

Lepas dari siapa presiden pilihan kita

Tidak kah kita cukup berbahagia dengan efek yang sedemikian rupa?

Buat saya, kita berbeda cukuplah hingga tanggal 9 Juli.

Saya memilih Jokowi. Bukan karena saya pendukung atau pengidola beliau. Tapi semata-semata karena saya percayakan amanah ini akan lebih baik diemban olehnya.

Dan semata-mata juga telah menimbang baik-buruknya. Tentang sosok ibu Mega di belakangnya, tentang kendala berbahasa Internasionalnya, tentang bebannya pada Jakarta, dan lain sebagainya.

---

Sementara untuk Pak Prabowo, setelah saya terus berseberangan dengan Anda hingga tanggal 9 Juli, terbesit keinginan agar Bapak tetap ada di Pemerintahan kalau-kalau yang saya pilih ini menang.

Walaupun saya terus dibuat gigit jari oleh kemarahan yang meledak-ledak Bapak kepada sejumlah media yang berseberangan dengan Bapak. (disini)

Atau walaupun saya takut-takut sambil menelan ludah waktu menonton wawancara Bapak dengan TV internasional, BBC.(disini)

Atau juga waktu Bapak menghardik awak Jakarta Post dalam sebuah jumpa pers. (disini)

Yang semua kita akhirnya diberi anti klimaks pada 22 Juli kemarin. Pidato pernyataan Bapak yang membuat efek kejut luar biasa. Banyak yang tertawa. Banyak yang membully. Banyak pemilih Bapak yang akhirnya memilih kecewa.

---

Mengingat pernyataan Bapak di BBC, “Losing is not an option”, rasanya ini tak begitu mengagetkan bagi saya. Tertawakah saya? Iya. Sedikit saja. Walaupun setelahnya lebih banyak mencerna. Tentang pemilu yang penuh kecurangan kata Bapak.. tentang KPU yang tak menuruti Bawaslu menurut Bapak.. Walaupun pada akhirnya dibantah Bawaslu lewat ini :

Mengenai semua kecurangan ya memang pasti ada, dari pihak 01 maupun 02. Kalau boleh saya bilang, “busuk-busuknya sama, mau oknum pendukung 1 atau 2”. Tapi semua kita telah punya tenggat waktu untuk melaporkan. Ditambah lagi dengan pengawalan masyarakat yang begitu kolosal. Maka kemudian ketika ada ketetapan, ada Mahkamah Konstitusi sebagai jalan akhirnya.

---

Maka ketika Bapak yakin menang dan benar, berjuanglah Pak..Agar kami-kami yang muda bisa mengikut jejak Bapak ketika berjuang. Tak menyerah sebelum kalah. Bukankah pemenang tak pernah keluar, Jendral?

Setidaknya memberi jeda bahagia bagi mereka, atau kami-kami ini yang pertama kali berkolosal ria di satu negeri.

--

Dan menanggapi artikel kiriman Bayeg (https://www.selasar.com/politik/prabowo-melakukan-hal-yang-benar), hanya bisa saya amini.. Pak Anies Baswedan mengajarkan kami, “Tak ada yang bisa dinilai dari niatnya. Itu urusan peniat dan Tuhannya. Nilai saja dari tindakannya..”.

---

Maka untuk setiap niat yang baik, semoga Allah limpahkan ganjaran pahala untuknya.

Saya selalu percaya niat tulus Bapak untuk Indonesia, maka dari itu saya tak pernah memilih membenci Bapak. :)

Semoga Pak Jokowi sekeluarga, Pak Prabowo sekeluarga, selalu dilimpahkan kebahagiaan dan ketetapan hati yang tulus untuk berkarya. Saya berdoa untuk orang-orang di sekitar Bapak, agar diberi keluasan hati, dan tak mencuci hati Bapak yang tulus demi kepentingannya, atau golongannya..

--

Salam Hormat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun