Kehidupan kita semua sekarang seperti berputar di sebuah siklus yang terus berulang. Setiap harinya jumlah kasus Covid-19 terus saja meroket. Satu demi satu korban berjatuhan setiap hari. Satu demi satu lapangan pekerjaan terpaksa ditutup setiap hari. Kehilangan yang sudah tidak dapat dihitung seakan memaksa kita untuk terbiasa melanjutkan hidup ditengah wabah Covid-19.
Semua orang berharap pandemi cepat selesai. Semua orang berharap dapat kembali menjalani kehidupan normal seperti semula. Sayangnya harapan ini rasanya terlalu sulit untuk diraih, bahkan sampai hari ini masih belum terlihat adanya titik terang. Tapi kita perlu menyelesaikan persoalan ini secepat mungkin, sebelum dampak yang ada semakin besar lagi. Sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena PHK masal. Perekonomian negara semakin menurun. Segala kegiatan harus dilakukan dari rumah, tentu kinerja menjadi tidak optimal tapi harus dilakukan seperti itu.
Masa yang sulit ini tidak bisa dilewati tanpa adanya kerjasama. Baik masyarakat maupun lembaga pemerintahan perlu bersatu agar pandemi segera berakhir. Memang sulit membangun rasa persatuan, tapi semua akan sia-sia bila masih peduli terhadap ego masing-masing. Semua harus sadar bahwa kita harus bersinergi, agar negeri kita segera pulih dari penderitaan ini.
Mengapa PPKM Hanya Di Pulau Jawa dan Pulau Bali?
Pandemi semakin diluar kendali. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dijalankan dengan penuh harapan dapat meredakan gejolak wabah Covid-19. Peraturan ini dilangsungkan di Pulau Bali dan Pulau Jawa saja. Mengapa demikian? Sebenarnya sudah jelas karena dua pulau ini seperti sarang wabah Covid-19 di Indonesia. Jakarta sang Ibu Kota, yang berada di ruang lingkup Pulau Jawa, menjadi tempat pusat pemerintahan. Jawa diincar semua orang untuk menetap disana, dengan harapan mendapat hidup dan pekerjaan yang lebih mudah. Pulau Jawa menjadi penuh sesak dengan berbagai aktivitas setiap hari.
Lalu bagaimana dengan Pulau Bali? Pulau cantik ini sangat diburu oleh para wisatawan untuk dijadikan tempat berkunjung. Baik masyarakat lokal maupun para turis, selalu tertarik berkunjung ke pulau yang terkenal dengan matahari terbenam tersebut. Banyaknya orang yang mengunjungi pulau ini, jangan diragukan lagi, tentu sangat banyak. Potensi penyebaran virus corona memang lebih berpeluang di kedua pulau ini. Tidak heran, kasus Covid-19 menjalar dan meledak dengan cepat. Melihat hal ini, Presiden Indonesia, Joko Widodo memutuskan untuk memberlakukan PPKM Darurat hanya di Pulau Jawa dan Bali. Sebagaimana yang beliau sampaikan pada hari Rabu, 30 Juni 2021, melalui pidatonya di Munas Kadin yang disiarkan di YouTube.
Masyarakat dan Pemerintah Belum Bersinergi
PPKM sudah dijalankan. Sebagian masyarakat menurut, tapi tak bisa dipungkiri sebagiannya lagi masih belum bisa mengikuti peraturan ini. Karena memang  masih ada oknum masyarakat yang tidak percaya dengan adanya Covid-19. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan dalam konfrensi pers BNPB bahwa 17 persen warga negara tidak percaya Covid-19 dan menganggap ini konspirasi. Pada dasarnya setiap orang memang boleh berpendapat dan berpandangan masing-masing. Beranggapan bahwa Covid-19 ada atau tidak, biarkan menjadi penilaian pribadi. Hal ini boleh diterima asalkan orang tersebut dapat mengikuti peraturan dengan menjalani protokol kesehatan semata-mata untuk menghargai lingkungan sosialnya. Tidak percaya Covid-19 bukan berarti serta merta menjadi acuh untuk waspada. Menjaga kesehatan adalah tanggung jawab diri sendiri.
Berbicara mengenai rasa percaya, memang sulit membangun kepercayaan terutama di masa pandemi seperti ini. Seringkali rasa percaya masyarakat dipatahkan oleh fakta yang terjadi. Saat masyarakat tengah berusaha mematuhi peraturan untuk tidak berkegiatan diluar dan tetap dirumah, ternyata masih ada Warga Negara Asing (WNA) yang terus menerus masuk ke Indonesia. Hal ini memancing keraguan dalam hati masyarakat. Karena merasa tidak ada keadilan dan ketegasan, banyak pula masyarakat yang memutuskan untuk nekat melanggar peraturan yang ditetapkan.
Inilah yang membuat masyarakat dan pemerintah kurang bersinergi. Bagaimana bisa bersatu bila belum ada rasa kesadaran dan rasa kepercayaan? Masyarakat dan pemerintah perlu bertindak tegas, melihat sudah sangat banyak kerugian yang ada, secepatnya kita harus menyelesaikan pandemi. Masyarakat dapat menjalani protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, tetap dirumah, dan rajin mencuci tangan. Pemerintah dapat menjaga kepercayaan rakyat dengan menunjukkan bukti nyata bahwa peraturan yang ditetapkan memang konsisten, tidak ada celah untuk WNA datang ke Indonesia dengan alasan apapun. Mari membangun kerjasama yang baik, agar wabah Covid-19 segera tuntas.
Penulis : Anagatha Kilan Sashikirana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H