Mohon tunggu...
Anab Afifi
Anab Afifi Mohon Tunggu... Konsultan -

Saya ingin mendengar dan belajar dari Anda serta memberi apa yang saya bisa @anabafifi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengukur Indeks Kebahagiaan Pasutri

20 Maret 2016   10:05 Diperbarui: 20 Maret 2016   10:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teh pagi ini terasa begitu nikmat. Sama seperti pagi-pagi yang lain. Dua sisir roti gandum panggang ikut menyertai. 

Tehyang saya maksud bukanlah minuman dalam arti harafiah atau wujud zatnya. Akan tetapi, segelas air hangat dicampur madu alami dan perasan lemon.

Itulah minuman istimewa setiap pagi yang disajikan istri saya. 

Dan diantara obrolan ringan itu saya melakukan eksperimen dengan sebuah pertanyaan. Saya ingin istri saya jujur menjawab pertanyaan saya ini.

"Berapa persen harapanmu tentang sosok lelaki yang kamu dambakan dulu sebelum menikah kini terwujud?"

Ia tersipu, enggan dan campur ragu. Tetapi saya memaksa. Lantas secepat kilat dia menjawab.

"Tujuh puluh persen..!"

Ow...ow. Ahaa...!

Setiap orang apabila mendapat pertanyaan dadakan terkait pribadinya, dan lalu jawaban yang muncul spontan dan ekspresif, itu adalah jawaban jujur dan cerminan alam bawah sadarnya.

Saya sebenarnya sudah siap mental dan meng-enolkan ego saya kalaupun skor yang diberikan jauh dibawah itu semisal 50%. 

"Lantas kekurangan yang 30 persen ke mana?"

Ia menyebutkan beberapa hal. Dan itu menjadi PR besar buat saya mulai hari ini.

Pertanyaan yang sama kemudian diajukan istri kepada saya. 

Lalu saya jawab: 85%. Tanpa perlu saya sebut yang 15% itu apa saja, dia sudah tahu dari berbagai obrolan sehari-hari.

Kemudian angka realisasi harapan istri dan angka realisasi harapan saya sebagai suami lantas saya jumlahkan: 70% + 85%. Lalu dibagi dua. Hasilnya ketemu angka 77.5%. 

Angka 77.5% itu, saya menyebutnya sebagai indeks kebahagiaan hubungan suami istri. Buat saya, angka ini adalah pencapaian istimewa yang patut disyukuri.

Menurut saya, angka 77.5% itu bisa ditingkatkan. Sebaliknya, bisa juga merosot apabila tidak dijaga. 

Saya tidak tahu apakah pendekatan ini sudah ada teorinya atau ada pakar yang menulis. Saya hanya memikirkan hal itu. 

Saya juga tidak mengatakan bahwa rumus ini adalah sebuah kemutlakan. Melainkan hanya pendekatan semata untuk membantu mengaudit tingkat keharmonisan hubungan rumah tangga.

Jika realisasi dari ekspektasi pasangan Anda atau ekspektasi Anda terhadap pasangan Anda, misalnya hanya 50%, maka tingkat keharmonisan hubungan suami istri sedang bermasalah. Anda harus bekerja keras meningkatkannya. 

Itu tak peduli terungkap secara eksplisit atau tidak oleh masing-masing pasangan. Sebab, biasanya hal itu dipendam dan hanya muncul dalam bentuk letupan-letupan. 

Jika indeks Anda mencapai 70% ke atas, Anda sebenarnya tidak butuh lagi menonton tivi atau video ceramah para motivator kebahagiaan. 

Karena motor dan motivator kebahagiaan terbesar di dunia ini adalah diri Anda sendiri!

Have a nice weekend,

Salam bahagia dan sukses untuk Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun