Pandemi Covid-19 menjadi bencana bagi kehidupan seluruh manusia di dunia saat ini. Permasalahan yang dihadapi manusia karena adanya pandemi Covid-19, bukan hanya perihal kesehatan. Covid-19 seakan berevolusi dan mampu mempengaruhi seluruh unsur kehidupan manusia, salah satunya di bidang perekonomian.
Pelaku usaha perekonomian yang membutuhkan keramaian untuk meraup pundi rupiah harus gigit jari, menyusul adanya perturan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Dampak tersebut dialami Andi Supardi pemilik sanggar tari yang terletak di Kampung Cisalak, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Sanggar Kinang Putra, nama sanggar tari dan musik yang didirikan oleh keluarga Andi sejak tahun 1918. Sanggar Kinang Putra menjadi saksi bisu sejarah lahirnya salah satu kesenian asal betawi, karena pada tempat tersebut tari Topeng Cisalak pertama kali berkumandang..
Larangan pemerintah mengenai pagelaran seni saat pandemi membuat perekonomian sanggar pimpinan bang Andi menurun. Jadwal kegiatan yang sudah di booking jauh – jauh hari terpaksa dibatalkan karena adanya wabah ini. Sisa uang yang ada hanya cukup untuk belanja kebutuhan sehari-sehari, daripada membeli bahan untuk berkesenian.
Peraturan PSBB berdampak langsung bagi kehidupan seni di Indonesia. Sebab, hampir semua kegiatan seni dalam tahap produksi maupun eksibisi membutuhkan interaksi dengan banyak orang. Proses kreatif seniman terganggu, inspirasi terancam terhambat karena wajib tinggal di rumah, sementara pembatalan dan penundaan acara seni pun makin banyak terjadi.
“Menurut saya pada pandemi gini sangat berpengaruh terhadap pekerja, baik pekerja seni maupun yang lain karena dapat menurunkan ekonomi dan saya sebagai penari sangat terpengaruh dikarenakan dampaknya yang tidak bisa menari lagi karena adanya pandemi Covid-19 ini”, ujar Azzahra Fadhillah Kusuma Ningrum atau lebih akrab disapa Ara yang merupakan salah satu penari Kinang Putra.
Ara berinisiatif untuk membuka usaha sendiri, seperti usaha jualan makanan online. “Walaupun pendapatan tidak sebanyak saya menari tapi itu sangat membantu perekonomian saya”, ujarnya.
PEMBERIAN LAYANAN APB
Selama ini kita tahu aktivitas kesenian sangat bergantung pada patron atau pendanaan privat dan mekanisme pasar. Dukungan dari pemerintah sebetulnya ada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun jumlahnya terbatas dan sifatnya lebih ke arah fasilitasi, bukan “menghidupi” pelaku seni secara ekonomi. Namun belakangan saya dengar Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta meluncurkan program pemetaan pelaku kebudayaan yang aktivitasnya terdampak pandemi, saya kira ini inisiatif yang bagus dari pemerintah, semoga menjadi solusi jangka pendek yang tepat. (Bayu Genia. 2020)
Program pemberian layanan pelindungan pelaku budaya terdampak pandemi Covid-19 merupakan sebuah usaha pembinaan terhadap para pelaku budaya yang aktivitas budayanya terdampak akibat wabah Covid-19. Pembinaan tersebut dilaksanakan dengan mendorong para pelaku budaya untuk menghasilkan dan mempublikasikan hasil karya mereka melalui wahana virtual.
Direktorat Jenderal Kebudayaan telah menjalankan pendataan terhadap pelaku budaya yang kehidupan ekonominya terdampak oleh pandemi yang jumlahnya mencapai puluhan ribu. Terhadap puluhan ribu pelaku budaya ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan menerapkan mekanisme seleksi yang mempertimbangkan aspek keparahan dampak, kemendesakan intervensi, dan konsistensi kiprah di bidang kebudayaan, untuk kemudian memberikan bantuan kepada mereka. (Kemdikbud, 2020).
“Dana APB ini sangat membantu saya untuk membayar kuliah, dan saya gunakan untuk membeli kuota” ujar Mega Suryanti yang juga merupakan penari Kinang Putra.
Penggunaan sumber daya Indonesia saat ini harus difokuskan untuk memitigasi dampak penyebaran virus COVID-19, memperluas akses pelayanan kesehatan, dan menyediakan kebutuhan dasar masyarakat. Namun, kita perlu sadar banyak pihak menempatkan seni sebagai kebutuhan sekunder, bahkan tersier, sehingga kepedulian terhadap keberlangsungan seni cenderung kecil ketika dihadapkan pada krisis seperti sekarang. Padahal, seni berperan besar menumbuhkan dan memelihara kelentingan alias resiliensi masyarakat saat menghadapi krisis. Artinya, bantuan untuk seni akan membantu masyarakat bertahan di tengah pandemi, sehingga turut mengurangi beban di pundak pihak lain. (Hafez Gumay, 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H