Mohon tunggu...
Ana Atari
Ana Atari Mohon Tunggu... -

Seorang Pemerhati Hak Asasi Binatang, Penyuka Flora dan Fauna.\r\n\r\nPemerhati Hak Asasi Manusia khususnya Pelecehan, penghinaan terhadap Perempuan, dan Orang terpinggirkan.\r\n\r\nQanaah dan Cinta, adalah Cukup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Melecehkan Menjamur Di Indonesia

1 Januari 2012   06:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:30 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali saya temukan, disaat saya sedang membaca berita di internet, membaca komentar-komentar di berita tersebut, atau saat browsing lagu-lagu, selalu membaca kata-kata tidak mengenakkan di setiap komentar-komentar orang-orang indonesia, karena memang komentar tersebut digunakan memakai bahasa indonesia:) belum lagi, disaat saya memasuki forum-forum komunitas dunia maya, banyak sekali celaan maupun pelecehan yang dilakukan para netter-netter terhadap berita yang sedang terupdate di forum tersebut, entah, apa memang sifatnya seperti itu? netter2 yang memang suka menghina, ataukah hanya sebagai pelampiasan karna di dunia nyata, tak mampu bersuara. Namun, apapun itu alasannya, hal tersebut tidak bisa di benarkan, didalam mengkritik seseorang, badan, atau orang lain haruslah bersifat logis, jangan menggunakan kata-kata tidak mengenakkan, baik yang mendengar maupun yang membaca, kemudian disaat mengkritik, jangan jadikan sebagai bahan gunjingan, karena memang tidak menghasilkan apa-apa didalam melakukan komentar-komentar keji tersebut. Sebut saja, Boyband Smash, yang di video youtobe-nya banyak sekali hinaan, dari di bilang maho (manusia homo), suka lipsing gak jelas, budaya yang gak mutu, merusak musik indonesia, dls.., belum lagi disaat saya membaca komentar2 pda video youtobe ayu ting2, bahasanya pun mulai tidak terkontrol lagi, apa karna dunia maya, jadi begitu mudahnya bersuara menyakiti hati orang lain, apakah orang yang menghina tersebut sudah sadar akan dirinya sendiri, sempurnakah dirinya sampai layak menghina orang lain? kemudian, saat di forum diskusi komunitas, sebut saja fenomena Norman Komaru, Saiful jamil, Agnes monica dan lain-lain tidak ayal masuk dalam korban pelecehan dunia Maya yang dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, entah apa maksud dan entah dasar apa mereka2 yang melecehkan tersebut seakan kegirangan menyebarkan pelecehan tersebut. apa karna memang tak suka, apa karna sewot, apa karna iri, dan dengki.. entahlah.. yang pasti, pelecehan dalam bentuk apapun melanggar hak asasi manusia yaitu dihargai dan melanggar etika sosial, agama dan hukum. berat ganjarannya, seperti kata pepatah, jagalah Mulutmu, karena Mulutmu adalah Harimaumu. Dengan mulut yang kasar, hati-hati suatu hari nanti bisa mencengkrammu dan menjadi bomerang diri siapa saja yang tidak menggunakan lidahnya dengan baik. Meskipun di dunia maya, media sosial, jagalah selalu sopan santun, jangan mudah terprovokasi atas sebuah fenomena, selalu lihat dari dua sisi mata uang yang berbeda, kita tak akan tahu bagaimana perjuangan hidup mereka sampai mereka bisa sukses, dls.. sebuah keberhasilan selalu diikuti dengan perjuangan yang keras, maka Hargai itu,meskipun diri tidak suka, jangan budayakan budaya menghina bangsa sendiri. Kebiasaan menghakimi yang selalu membudaya di kalangan masyarakat Indonesia kian hari marak, tanpa tahu sebab akibat, lalu menyimpulkan asumsi tersendiri, hingga akhirnya melontarkan kata-kata tidak mengenakkan, untuk memperjuangkan persepsi pikiran sendiri. Silahkan lah mengkritik dengan baik, tapi budayakan lah mengkritik yang membangun, bukan mengkritik yang menjatuhkan. Karena budaya melecehkan ini kian menjamur di Indonesia, kalau bukan kita yang memangkasnya, dan menghindarinya, siapa lagi, yang mau menjaga warisan leluhur nenek moyang indonesia yang ramah dengan sopan santunnya. [caption id="attachment_153117" align="alignnone" width="576" caption="Lukislah suaramu dengan tinta kebaikan, jika tidak, maka diamlah."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun