Dalam Kajian Ahad Subuh (03/01/2021) kali ini, materi yang disampaikan adalah prihal "Perilaku Konsumtif & Hedonis dalam Perspektif Islam" yang disampaikan oleh Dr. Ahmad Juanda, MM.Berkaitan dengan masalah perilaku konsumtif bagi generasi muda sepertinya semacam adanya spirit yakni adanya eksistensi atau keberadaan, karena memang manusia pada generasi muda yakni adanya eksistensi bagi kalangan atau komunitas mereka. Sehingga atribut-atribut seperti perangkat komunikasi sangat penting bagi mereka, dan bahkan persoalan makan sudah bergeser ke arah kuliner, begitupun dengan hal lainnya seperti fashion.Â
Dalam kalangan anak muda, ada 3 F yang selalu diperjuangkan dan dikejar dalam spirit eksistensi tadi. F yang pertama adalah food, persoalan makan sudah bukan lagi persoalan lapar atau kenyang, namun kuliner. Kedua adalah fashion, sehingga menggunakan pakaian, sepatu, bukan hanya digunakan untuk menutupi diri namun lebih mengarah kepada fashion, yakni eksistensi diri. Ketiga adalah fun, yakni kesenangan.Â
Sehingga apabila ketiga F tersebut bersatu, maka potensi perilaku hedon tersebut juga akan semakin besar. Dalam pandangan islam perilaku konsumtif ini juga semacam sesuatu yang bersifat natural, dalam beberapa ayat Al-Qur'an misalnya surat Al-Imran ayat 14 disebutkan bahwa dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan pada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita, anak, harta, jenis-jenis emas, perak, dan sebagainya itu merupakan kesenangan hidup di dunia yang secara natural hidup manusia itu yakni bersenang-senang.Â
Tetapi dalam konteks surat berikutnya yakni surat Muhammad bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Sehingga ada ukurannya bahwa apabila kamu beriman dan bertakwa maka Allah SWT. memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Oleh karena itu secara natural manusia diberikan kewenangan untuk bersenang-senang, namun tentu ada batasannya.
Kemudian dalam surat Al-Isra' disebutkan terkait perilaku boros, yang mana bahwa boros ini juga merupakan dampak buruk dari perilaku konsumtif, dan perilaku-perilaku boros ini adalah saudaranya syaitan. Namun dalam batas kewajaran perilaku konsumtif bisa berdampak positif, yakni salah satunya menambah lapangan kerja.Â
Misalnya dalam hal makanan, seperti kebiasaan-kebiasaan kuliner, nongkrong minum kopi dan lain-lain juga akan menambah semangat dalam hal bisnis dan pekerjaan. Kemudian di sisi lain, dampak negatif perilaku konsumtif secara manusiawi orang-orang yang bermewah-mewah dan bermegah-megah itu bisa jadi sekelilingnya belum tentu suka sehingga menyebabkan kecemburuan sosial, misalnya dilingkungan orang miskin atau di kalangan masyarakat menengah ke bawah.Â
Dampak negatif yang lain juga misalnya mengurangi kesempatan dalam menabung, jadi dalam ekonomi buka hanya konsumsi tetapi juga saving. Perihal saving ini dalam Islam mengajarkan untuk berpikir tentang besok, lusa maupun tahun depan, sehingga mengajarkan untuk berpikir tentang kebutuhan hidup jangka panjang.Â
Pada suatu kondisi ketika manusia memiliki keterbatasan dalam hal keuangan namun sudah terlanjur memiliki sifat konsumtif maka dampak negatif yang timbul terkait perbuatan yang bisa dilakukan pada level pertama adalah meminjam baik itu ke teman, saudara dan lainnya. Penyakit lainnya yang kemudian bisa timbul setelah meminjam yakni klepto, yaitu suka mengambil kepunyaan orang lain yang bukan menjadi miliknya sendiri, sehingga pada level yang tinggi bisa memicu perilaku-perilaku mencuri, korupsi, dan lain-lain.Â
Sehingga perilaku konsumtif ini memang perlu dibatasi. Dan Islam telah mengajarkan untuk bagaimana hidup secara wajar dan tidak berlebih-lebihan, makanlah ketika lapar dan sudahilah ketika kenyang misalnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi mengapa manusia berperilaku konsumtif dan bahkan hedonis. Pertama faktor internal, yakni sikap. Sikap merupakan ekspresi dari diri manusia secara kognitif, secara afektif maupun konatif, perilaku yang tertanam sejak kecil.Â
Sehingga sikap konsumtif ini yang memang harus berusaha di kontrol sejak kecil, misalnya perilaku membeli mainan, yang apa-apa harus selalu beli tanpa usaha untuk membuat sendiri, dan perilaku ini mengarah kepada sikap untuk selalu berpikir instan. Faktor kedua yaitu faktor eksternal, faktor eksternal ini adalah lingkungan.Â