Sebagaimana disampaikan oleh Pradana Boy ZTF., M.A.,Ph.D. selaku pemateri pada kajian subuh kali ini. Kajian Ahad Subuh (KAS) merupakan program kerjasama Badan Pemakmuran Masjid (BPM) dengan UPT. Al-Islam Kemuhammadiayahan (AIK) Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagai bentuk kegiatan dakwah untuk memberikan wawasan dan pengalaman keagamaan yang diharapkan menjadi pemicu perubahan diri menjadi insan yang lebih baik.Â
Pembahasan kali ini merupakan hal yang sangat fundamental dalam pembangunan umat. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya umat manusia di manapun dan peradaban manapun itu selalu dibangun melalui ilmu pengetahuan. Dalam satu kitab yang berjudul "Ilmu dan Pembangunan Bangsa-Bangsa", didalamnya menyebutkan bahwa tidak ada suatu bangsa dan peradaban di dunia ini yang tidak dibangun melalui penguasaan ilmu. Sehingga dalam mendapatkan suatu ilmu ini, beliau menyampaikan bahwa akan sangat sulit apabila tidak ada tradisi membaca.Â
Berdasarkan data dari NOP World Culture Score Index yang menunjukkan terkait berapa jam yang dihabiskan oleh rata-rata individu selama satu minggu, dan ada 30 negara yang dijadikan survey. Berdasarkan survey ini, India menjadi yang tertinggi, karena rata-rata mereka menghabiskan 10 jam 42 menit selama seminggu untuk membaca. Sementara posisi paling bawah adalah Korea yakni 3 jam 6 menit. Kemudian posisi Indonesia berada di posisi 17 dari 30 negara, yakni rata-rata 6 jam selama seminggu untuk membaca.Â
Lantas di negara-negara muslim atau mayoritas muslim, Mesir menempati posisi nomor 5 dengan rata-rata menghabiskan 7 jam 30 menit setiap minggu, kemudian di posisi 11 ada Saudi Arabia dengan rata-rata 6 jam 48 menit untuk membaca dalam setiap minggunya. Lalu di bawah Indonesia ada Argentina, kemudian Turki dengan rata-rata 5 jam 54 menit, dan Amerika Serikat ternyata menempati rata-rata 5 jam 52 menit.Â
Namun, dalam data yang lain yakni dari Central Connecticut State University New Britain juga melakukan survey tentang tingkat literasi, yang menempatkan Finlandia pada peringkat pertama, sementara Indonesia berada pada peringkat ke-60. Sementara, salah satu negara dengan mayoritas muslim di Eropa yakni Albania dengan penduduk 70% muslim menempati posisi ke-54. Sehingga dari perbedaan data tersebut, Ustad Pradana Boy ZTF., M.A.,Ph.D. Â mengambil kesimpulan bahwa antara tradisi literasi dengan jumlah waktu yang dihabiskan untuk membaca tersebut berbeda.Â
Tradisi membaca apabila dilihat berdasarkan data yang kedua, maka literasi yang dimaksud adalah literasi secara umum, yakni tidak hanya membaca, namun juga seperti kebiasaan di jalan, baik apakah orang tersebut membaca rambu lalu lintas, membaca arah jalan, atau dengan bertanya secara lisan.Â
Kemudian data lain yakni Indonesia Literacy Rate, pada tahun 1980 angka literasi Indonesia yakni sebanyak 67,31%, artinya setengah dari jumlah penduduk di Indonesia. sementara pada tahun 2015 tingkat literasi Indonesia menjadi 95,66%. Sehingga dari ketiga data tersebut dapat dilihat ada dua data yang menunjukkan angka positif terkait tradisi literasi di Indonesia khususnya dan negara-negara muslim pada umumnya.Â
Dalam Islam sendiri, tradisi literasi atau membaca sangat dijunjung tinggi. Dan Al-Qur'an sendiri juga adalah sebuah bacaan tentang sumber ilmu pengetahuan, sumber inspirasi pengembangan ilmu. Adapun wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. adalah perintah membaca yakni Iqro'. Apabila kita mengutip pendapat Prof. Quraish Shihab, beliau menyebutkan Iqro' disini memiliki dua definisi, pertama Iqro' dalam arti melafalkan, dan yang kedua Iqro' dalam arti membaca untuk menghayati.Â
Dalam definisi melafalkan, contohnya adalah adanya suatu hadis yang berbicara tentang tidak sah suatu sholat tanpa membaca Al-Fatihah. Namun membaca dalam arti menghayati artinya kita tidak perlu melafalkan, namu dari proses pembacaan tersebut terdapat penghayatan di dalamnya tentang apa yang kita baca.Â
Selain daripada itu Ustad Pradana Boy ZTF., M.A.,Ph.D. juga menambahkan bahwa membaca yang dimaksud disini juga membaca fenomena alam semesta, misalnya ada suatu ayat yang mengatakan bahwa "Dalam penciptaan langit dan bumi, dalam pergantian siang dan malam, itu terdapat tanda-tanda bagi mereka yang berpikir". Sehingga membaca disini juga berarti membaca dalam arti merenungi (berpikir) fenomena alam semesta.
Kemudian jika kita melihat sejarah, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. merupakan seorang nabi yang buta huruf, menurut Ustad Pradana Boy ZTF., M.A.,Ph.D. buta huruf disini tidak selalu berarti tidak tahu tentang huruf, namun disana mengisyaratkan tentang peradaban, dalam bahasa inggris disebut dengan Lex of Civilization.Â