Mohon tunggu...
Ana Nur Fitri
Ana Nur Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Senang mencoba hal baru yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Remaja: Panggung Sosial dan Permasalahannya

24 Oktober 2022   12:47 Diperbarui: 24 Oktober 2022   13:38 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ana Nur Fitri

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

anafitri391@gmail.com

ABSTRAK

Masyarakat digitalisasi sangat akrab dengan perkembangan teknologi dan informasi. Berbagai kemajuan dapat dirasakan, dan secara khusus ditujukan untuk generasi Z. Media sosial sebagai salah satu bukti digitalisasi, memanjakan penggunanya untuk dapat berinteraksi di ruang sosial yang dapat diakses kapan pun dan di mana pun. Namun, selain membawa kebermanfaatan, media sosial memiliki sisi gelap yang dapat merugikan penggunanya. Keinginan untuk diakui membuat remaja melakukan apapun di media sosial dengan mengesampingkan masalah yang timbul nantinya, seperti mendorong terganggunya kesehatan mental remaja di era masyarakat digital karena remaja akan kehilangan jati diri, memicu berbagai penyakit mental seperti anxiety dan depresi, serta mengalami keterasingan dengan lingkungan sosial. Panggung sosial yang diciptakan oleh para remaja di media sosial dapat dipahami melalui perspektif Dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Tulisan ini didukung oleh kajian literatur serta penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara media sosial dengan gangguan kesehatan mental penggunanya.

Kata kunci: remaja, pangung sosial, gangguan jiwa, eksistensi, dramaturgi

PENDAHULUAN

    Kemajuan teknologi yang tak ada habisnya mengiringi perkembangan masyarakat yang dinamis. Pengetahuan terus berkembang dan manusia tak henti untuk berinovasi. Masyarakat dunia telah memasuki yang namanya era digitalisasi. Masa di mana terjadi perubahan dari sistem analog atau konvensional ke sistem digital. Secara teknis, digitalisasi adalah data yang berupa angka-angka yang diperoleh melalui informasi manual. Transformasi sistem ini lah yang disebut dengan digitalisasi. Saat ini, kita telah memasuki era 5.0 atau imagination society. Era ini memadukan antara data digital dengan imajinasi dan kreatifitas anggota masyarakat yang bertujuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan nilai di masa yang akan datang agar tercapai sustainable development seperti yang digadang-gadangkan oleh negara-negara G20.

Berbagai sektor kehidupan saat ini telah memasuki digitalisasi, salah satunya ialah media informasi. Masyarakat digital tentu familiar bahkan tidak lepas dari kecanggihan alat informasi yang mudah untuk digenggam. Gadget, sebuah bukti berkembangnya teknologi, memiliki peranan penting dalam civil society. Kemudahan akses yang ditawarkan membuat masyarakat beralih ke informasi digital. Pasalnya, kita dapat mengetahui perkembangan informasi dari seluruh dunia hanya dengan menggulirkan layar kaca di dalam genggaman. Kita pun dapat saling berinteraksi dengan berbagai masyarakat di kebudayaan yang berbeda melalui media sosial.

Saat ini, media sosial dapat diartikan sebagai ruang sosial yang mendorong terjadinya interaksi yang akan mempengaruhi tindakan individu, bahkan terbentuknya sebuah tindakan kolektif. Misalnya, dalam sebuah kolom komentar terdapat percakapan antara individu yang tengah mencari review produk yang akan dibelinya dengan individu yang memberikan review. Interaksi ini dapat mempengaruhi calon pembeli untuk memutuskan tindakannya. Jika sang reviewer memberikan komentar yang positif, maka bisa saja terjadi proses meyakinkan si pembeli yang akhirnya ia pun membelinya. Tanpa disadari, dari interaksi sederhana tercipta sebuah tindakan ekonomi. Contoh lainnya yang sering kita temukan di media sosial adalah ajakan atau gerakan kampanye. Media sosial terbukti masif dalam memberikan pengaruh, baik yang positif maupun negatif. Pasca tragedi Kanjuruhan kemarin, ramai-ramai disebarluaskan ajakan urunan untuk para korban oleh salah satu komunitas penggemar boyband K-pop di media sosial. Tak diragukan lagi, dalam waktu beberapa hari saja dana yang terkumpul mencapai 447 juta rupiah. Ini membuktikan bahwa media sosial dapat menciptakan tindakan kolektif.

Dari 275 juta jiwa penduduk Indonesia, 191,4 juta di antaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Angka ini membuat Indonesia menduduki peringkat keempat dengan pengguna internet terbesar di dunia. Generasi Z berada di posisi tertinggi pengguna media sosial. Generasi yang lahir pada rentang tahun 1996-2010 memiliki kemudahan beradaptasi dengan teknologi. Media sosial telah menjadi bagian hidup dari generasi ini. Hal yang instan dan mendorong terciptanya citra diri menjadi alasan kuat bagi GenZ untuk menunjukkan eksistensinya di media sosial. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa selain membawa kebermanfaatan, media sosial menghadirkan berbagai polemik, seperti mudahnya tersebar berita hoax, penipuan digital, dan mendorong terganggunya kesehatan mental penggunanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun