Lectio Divina secara etimologis berasal dari bahasa Latin, terdiri dari dua kata yaitu lectio (bacaan) dan divina (ilahi).[1] Sehingga, pengertian lectio divina merupakan cara berdoa dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci. Metode lectio divina mengajak umat beriman untuk membaca, merenungkan, mendengarkan, berdoa dan menyanyikan pujian berdasarkan Sabda Tuhan dalam hati bersama dengan Roh Allah. Sebab Dei Verbum mengatakan "Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan dalam Roh itu juga."[2]Proses yang terjadi dalam Lectio divina bukan hanya sekedar membaca teks. Proses lectio divina ini menyangkut empat hal, yaitu: lectio, meditatio, oratio dan contemplatio. [3]
Lectio
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang sangat mendasar. Kegiatan mendasar tersebut perlu dimunculkan sebuah pertanyaan mendasar  "Apa yang diktakan oleh teks?" Pertanyaan mendasar perlu dilakukan supaya Sabda menjadi milik pribadi. Proses membaca Kitab Suci bukan sekedar kegiatan yang menggunakan indera penglihatan saja, melainkan juga kegiatan yang menggunakan seluruh kemampuan dalam diri manusia. Oleh karena itu, umat beriman diajak untuk membaca Sabda denga menggunakan seluruh kemampuan dirinya saat membaca perikop dalam Kitab Suci. Sehingga, Sabda yang dibaca menjadi akrab dengan pembacanya.Proses membaca Kitab Suci ialah membiarkan Kristuslah yang bekerja dalam diri pembaca, Dia akan berbicara kepada pembaca. Sehingga, Sabda-Nya dapat menguatkan hati pembaca, menambah pengetahuan iman, dan menghantar kepada sebuah transformarsi.
Meditatio
Tahap meditatio adalah pengulangan dari kata-kata ataupun frasa dari perikop yang dibaca. Kata-kata tersebut dikunyah secara berulang-ulang sampai menemukan pesannya. Proses pengunyahan Sabada menandahkan bahwa pembaca menyerahkan diriya dibawah pimpinan Allah. Sehingga, Sabda akan menembus batin pembaca sampai pembaca dapat menjadi satu dengan teks itu. Disini, Sabda berfungsi sebagai kedua ujung pedang yang siap menembus hati manusi (Ibr 4:12), sehingga manusia tidak dapat bersembunyi dihadapan Sang Sabda. Itulah yang dilakukan Bunda Maria ketika dia merenungkan perkara-perkara dalam hatinya (Luk 2:19-51).
Oratio
Doa merupakan jawaban dari pembaca terhadap Sabda Tuhan dalam Kitab. Jawaban dari pembaca dilakukan setelah pembaca dipenuhi oleh Sabda yang menyelamatkan. St. Cyprian berkata "Melalui Kitab Suci, Tuhan berbicara kepada kita, dan melalui doa kita berbicara kepada Tuhan."Â
Contemplatio
Kesadaran kontemplatif akan kehadiran Allah merupakan sebuah karunia dari Tuhan.St. Teresa menggambarkan situasi ini sebagai doa persatuan dengan Allah/ prayer of union di mana kita "memberikan diri kita secara total kepada Allah, menyerahkan sepenuhnya kehendak kita kepada kehendak-Nya."[4]
Catatan Kaki