[caption caption="Banjir Bandang melanda Kayen dan Sukolilo, Kabupaten Pati"][/caption]Motif saya menulis artikel ini cukup simple, sebentar lagi saya dan teman-teman saya dari Universitas Diponegoro akan Menempuh Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Pati, terdapat 3 kecamatan yang terpilih, Gembong, Tambakromo, dan satu lagi Gabus, yang merupakan Kecamatan yang akan saya tempati. Desa yang saya tempati nantinya beresiko terkena Banjir dua tahunan, versi BNPB, Bappeda, dan Ibu camat Gabus. Namun Pak Kepala Desa Gabus, Bapak Isro'i mengatakan pada kami "tenang, kami sudah biasa menghadapi banjir." Mukanya terlihat santai, tidak panik, namun hal tersebut jelas, mengingat rumah pak Isro'i sendiri sudah ditinggikan 1 meter dari jalan lingkungan yang ada di depan rumahnya.
[caption caption="Kondisi Sungai Juwana di Desa Kosekan, Gabus, Pati Sehabis Hujan, Eceng Gondok ikut terseret, begitupun juga endapat tanah."]
Kemudian kami dikejutkan lagi dengan berita-berita di Viral Internet.
1. Banjir Bandang di Kayen Pati, gara-gara Gunung Kendheng Gundul
https://www.youtube.com/watch?v=PeCC80lIzAI
Saya tidak mau berkomentar panjang, tonton saja videonya
2. Banjir di Pati Meluas: Tiga Kecamatan Terendam
PATI – Banjir bandang kembali terjadi Senin (14,12) malam. Tak hanya di Kecamatan Sukolilo dan Kayen saja, banjir kali ini meluas dan membuat sejumlah daerah di Kecamatan Tambakromo terendam.
Selain luasnya yang bertambah, banjir kali ini terbilang lebih parah bila dibandingkan dengan dua kejadian sebelumnya. Tak hanya menyebabkan tiga kecamatan beserta ratusan rumah warga terendam air, banjir disertai lumpur juga membuat sejumlah tanggul ambrol. Salah satu tanggul yang jebol terjadi di Desa Brati, Kecamatan Kayen.
Ketinggian air di ruas jalan tersebut antara 50-70 centimeter. Tingginya permukaan air yang menggenang menyebabkan sejumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat enggan melintas.
3.Banjir Bandang Terjang Pati
http://video.metrotvnews.com/play/2015/12/15/460308/banjir-bandang-terjang-pati
Sama, Tonton saja Videonya
4.Banjir Bandang di Pati
Liputan ini memang dari Desember 2011, namun hal ini menunjukkan bahwa Banjir Bandang di Pati ini bersifat rutin tiap musim hujan
Apa yang salah di Pati? Sebenarnya tidak ada, hanya saja banyaknya aktivitas penambangan liar di Pegunungan Karst Kendeng menjadi salah satu penyebabnya. Masyarakat harus mengalami derita secara ganda, selain mereka hidup di bawah garis kemiskinan, masyarakat juga harus menanggung resiko akibat rusaknya lingkungan, yaitu kekeringan dan Banjir.
[caption caption="www.murianews.com. Banjir bandang menyisakan lumpur pekat di Kompleks Sekolah AN-Najah Walisongo Kayen"]
[caption caption="Peta lahan Kritis dari Setiawan, dkk. Menunjukkan daerah selatan Pati banyak lahan Kritis"]
Dikutip dari Mongbay.co.id, Joko Priyanto dari JMPPK Rembang sudah melakukan perhitungan ekonomi, mata air, situs budaya, sungai bawah tanah di Desa Timbrangan, Kabupaten Rembang yang termasuk wilayah pegunungan Kendeng Utara. Dalam perhitungannya pendapatan ekonomi untuk satu tahun dan sudah dipotong pajak di lahan seluas 300 hektar, dari padi tegalan mencapai Rp3,4 miliar dan Rp2,8 miliar dari Jagung. Sedangkan singkong menghasilkan Rp1,8 miliar dan cabai Rp10,8 miliar untuk setiap panennya di lahan seluas 150 hektar. Wajar saja bila warga masyarakat Kendeng berontak dan melakukan aksi jalan kaki ke semarang untuk menolak Tambang, sekalipun itu berizin.
Salah satu Pabrik Berizin yang menuai protes adalah PT.Indocement lewat PT. Sahabat Mulia Sakti. Bupati Haryanto telah menerbitkan izin lingkungan terhitung sejak 8 Desember 2014Â Lewat surat keputusan nomor 660.1/4767 tahun 2014 untuk aktivitas pembangunan pabrik semen serta penambangan batu gamping dan batu lempung di Kecamatan Kayen dan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dan Masyarakat Pegunungan Kendeng dengan tegas menolak.
Bahkan didirikan beberapa koalisi masyarakat dalam menentang rencana tersebut. Masyarakat tersebut tidak hanya golongan tertentu seperti petani, namun juga masyarakat adat seperti Sedulur Sikep yang masih lestari di Pati bagian Selatan. Tentu saja kita masih ingat Salim Kancil yang ada di Lumajang, Beliau dengan tegas menolak Tambang liar hingga ajal menjemputnya, tentu kita tidak mau hal ini terjadi juga di Pati.
Tak hanya mata pencaharian masyarakat yang terancam, namun juga kesehatan masyarakat. Kemarin menurut Bu Erna, Bidan Desa Kosekan, masyarakat setiap banjir akan mengeluhkan diare dan gatal-gatal, namun tidak hanya itu, ancaman penyakit seperti Leptospirosis juga mengancam masyarakat utamanya anak-anak dan usia produktif. (Pramestuti, 2015)
[caption caption="http://geospasial.bnpb.go.id/ - Peta Resiko Banjir, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Jepara"]
So, apakah kita masih mau membuat Kantong kita tebal, tapi menipis lagi akibat Banjir dan rusaknya lingkungan?? Tentu ini tidak hanya urusan pemerintah saja namun juga urusan kita bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan
Sumber:
Budi Setiawan, Anang. Analisis penawaran ikan lele di kabupaten Pati. Diss.UNS, 2010.
Nova Pramestuti, Anggun Paramita Djati, Agung Puja Kesuma. Faktor Risiko Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis Paska Banjir di Kabupaten Pati Tahun 2014 http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vk/article/view/4253
Setiawan, Heri, Bambang Sudarsono, and Moehammad Awaluddin. "Identifikasi Daerah Prioritas Rehabilitasi Lahan Kritis Kawasan Hutan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kabupaten Pati)." Jurnal Geodesi Undip 2.3 (2013).
http://geospasial.bnpb.go.id/
https://www.youtube.com/watch?v=PeCC80lIzAI
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/banjir-di-pati-meluas/
http://video.metrotvnews.com/play/2015/12/15/460308/banjir-bandang-terjang-pati
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1523/1/Banjir.Bandang.di.Pati
https://karangetan.wordpress.com/2012/03/10/derita-ganda-warga-sukolilo-2/
http://www.mongabay.co.id/2015/01/27/apa-yang-hilang-jika-pegunungan-kendeng-di-tambang/
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151114224029-20-91696/tolak-pabrik-semen-warga-pati-aksi-jalan-kaki-ke-semarang/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H