Mohon tunggu...
AmYu Sulistyo
AmYu Sulistyo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

@amyu12 || Ambar Sulistyo Ayu || Seorang Calon Perencana yang Real akan merealisasikan rencana membuat Kota Impian dunia || T.PWK Undip 2012 || Project taker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

BPBD Banjarnegara, Bersinergi, dan Inovasi RISHA-HUNTAP Longsor Jemblung

9 Desember 2015   15:42 Diperbarui: 10 Desember 2015   03:29 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panik, Takut, merusak, dan Shock, itulah mungkin bayangan kita mengenai Bencana Alam. Akhirnya manusia sebagai makhluk yang mudah beradaptasi melakukan beberapa hal yang terkait dengan bencana, yaitu menghindari bencana dengan menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada, dan bila bencana sudah terjadi maka manusia akan meyelamatkan diri, orang lain, harta bendanya, serta menangani bencana yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah, dan setelah kekacauan bencana berakhir, manusia harus menata kembali hidupnya untuk bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Tiga komponen tersebutlah yang kita sebut dengan Mitigasi.

[caption caption="Lokasi Bencana Dusun Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara"][/caption]

Pada Hari Selasa, tanggal 8 Desember 2015, mahasiswa S1 PWK Undip dengan Mahasiswa S2 Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Undip yang sedang tugas belajar dari KemenPUPera mengadakan Ekskursi (kunjungan lapangan) ke Karangkobar, Banjarnegara. Untuk mempelajari bagaimana manajemen bencana yang dilakukan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Banjarnegara.

[caption caption="Foto bersama Rombongan S1, S2, dan Dosen PWK Undip di depan BPBD Banjarnegara"]

[/caption]

Agenda pertama, kami mengunjungi Kantor BPBD Banjarnegara untuk melihat sarana yang digunakan untuk  menanggulangi bencana. Setelah itu, kami bersama dengan tim dari BPBD Banjarnegara mengunjungi lokasi di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Jalan yang ditempuh cukup ekstrem, bahkan ada banyak papan "Awas daerah Rawan Bencana Longsor" yang dipasang BPBD di sepanjang jalan.

[caption caption="Jalan menuju lokasi yang sempit dan terjal"]

[/caption]

[caption caption="Jalan menuju lokasi terkena longsor, padahal jalan ini menghubungkan Banjarnegara Kota dengan Kawasan wisata Dieng"]

[/caption]

Saat melihat langsung di Lokasi, ternyata sama seperti yang kita lihat di Televisi maupun Internet, namun kita betul-betul bisa melihat bagaimana Dahsyatnya Alam meluluhlantahkan 1 dusun yang sebelumnya damai dan aman di bawah bukit, yang konon di atasnya ada telaga Lele. Dampak longsornya mengerikan, 1 dusun tertimbun tanah akibat turunnya tanah dari bukit ke bawahnya, mengikuti gravitasi dan air yang membawanya. 112 orang tewas karena peristiwa ini, serta beberapa orang yang menonton proses evakuasi dan relawan yang membantu evakuasi turut menjadi korban saat terjadi longsor susulan di hari yang sama, 12 Desember 2014. Hanya 1 rumah saja yang utuh dan 1 rumah yang atapnya saja yang masih terlihat yang selamat dari kejadian nahas tersebut.

[caption caption="Monumen Serpihan Duka Longsor Jemblung yang dibuat warga untuk memperingati longsor "]

[/caption]

Selanjutnya, kami menuju ke Hunian Tetap (Huntap) Relokasi Pasca Bencana Dusun Jemblung. Terdapat 27 rumah yang ada di situ, serta dilengkapi dengan 1 TPQ, 1 Aula, dan sebuah masjid. Tak hanya itu, jalannya sudah di Rabat Beton serta infrastrukturnya sangat kompolit meliputi Drainase, Air Bersih, listrik, dan tempat sampah. Kemudian di setiap rumah juga sudah dilengkapi antene parabola dan perabot rumah tangga yang komplit. Semua orang pasti bertanya-tanya seberapa mahalkah bangunan tipe 60 ini? Ternyata bangunan ini tidak mahal, namun murah, hanya 70 juta / unitnya. Serta Huntap ini diserahkan kepada warga secara GRATIS.

[caption caption="RISHA dipakai sebagai konstruksi HUNTAP Pasca Longsor Dusun Jemblung"]

[/caption]

[caption caption="Gapura Huntap Relokasi Longsor Dusun Jemblung"]

[/caption]

Yang lebih mencengangkan lagi, rumah ini hanya dibangun dalam waktu kurang dari 2 bulan, karena menggunakan Dana Siap Pakai darurat bencana yang dikucurkan oleh pemerintah pusat. Pengucuran dana tersebut mengharuskan proyek hanya dijalankan pada masa darurat bencana, jika lebih dari waktu itu maka hal ini akan diperkarakan sebagai kasus korupsi oleh Badan Pemeriksa keuangan meskipun tujuannya baik dan barangnya jelas, tapi ajaibnya proyek ini cepat jadi untuk mengejar batas waktu tersebut. Hal tersebut juga tidak lepas dari BPBD Banjarnegara yang bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan menghadirkan Solusi Seiring inovasi dari Balitbang PUPR, yaitu RISHA atau Rumah Instan Sederhana Sehat. Jadi RISHA dibangun saat masa tanggap darurat bencana Banjarnegara yang berlangsung selama 2 bulan 14 hari. Ditetapkan oleh Bupati bersama DPRD Banjarnegara.

RISHA, seperti namanya, dia dibangun secara instan, hanya butuh waktu sedikit guna membangunnya. Teknologi ini sebenarnya banyak diterapkan untuk penyediaan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), namun juga cocok diterapkan pada bangunan relokasi bencana. Tidak hanya Karangkobar, Banjarnegara saja yang memakai teknologi ini dalam hal penanganan bencana, RISHA pernah diujicobakan pasca Tsunami Aceh dan Nias, sehingga kualitasnya tidak diragukan lagi. Pengerjaan RISHA menggunakan konstruksi beton bertulang yang terlebih dahulu dibuat disebuah workshop, setelah itu komponen-komponen pembentuk bangunan dirakit dalam waktu kurang dari 2 bulan dan tenaga kerja yang hanya sedikit.

Keunggulan lain dari RISHA dalam aplikasinya di dalam Huntap Dusun Jemblung antara lain:

  • tidak banyak bahan bangunan yang terbuang karena menggunakan ukuran modular
  • Menghemat 40% bahan baku pembuatan bangunan, atau yang terpakai hanya 60%
  • Konstruksi tahan gempa
  • Jika terjadi kerusakan, yang perlu dilakukan hanya mengganti komponen yang rusak saja, tidak perlu membongkar
  • Bangunan sudah sesuai standar SNI dan menjamin kesehatan penghuninya.
  • Tidak lagi berada di daerah rawan bencana

Namun bangunan ini masih memiliki Kekurangan yang bisa juga diatasi dengan mudah sebenarnya antara lain:

  • Desainnya yang cenderung Kaku dan Monoton, tidak mengikuti desain yang sesuai kultur masyarakat, sehingga jangan merasa sangsi bila di kawasan Huntap relokasi Dusun Jemblung bangunan yang ada seperti perumahan skala besar di perkotaan. Padahal sangat bagus bila Desain RISHA mengikuti adat setempat, seperti misalnya di Banjarnegara mengikuti bentuk adat jawa.
  • Ukuran lahan harus sesuai dengan ukuran modular yang ada, yaitu kelipatan 3 meter atau 1,5 meter

Balik lagi ke Mitigasi bencana, peran BPBD dalam menanggulangi bencana di Banjarnegara tidak hanya berhenti di mereka, namun juga dibantu oleh berbagai stakeholder dan donor, seperti misalnya masyarakat sekitar, Perusahaan sponsor, wartawan, dan berbagai dinas terkait seperti KemenPUPera, sehingga bencana yang ada mampu tertangani dengan baik.

Meskipun begitu, tetap saja, kepedulian masyarakat, pemerintah, dan berbagai stakeholder terhadap bencana sangat kurang, kebanyakan baru bertindak atau merasa kapok setelah kejadian terjadi, "Ibaratnya ono sing mati dhisik baru gelem ngurusi bencana (ibaratnya harus ada yang mati dulu baru semuanya mau ikut mengurusi bencana)" kata Pak Agus Haryono, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana.

Untuk itu BPBD Banjarnegara bersama warga masyarakat yang peduli membuat DESTANA atau Desa Tanggap Bencana yang diharapkan mandiri dalam pencegahan bencana dan penanganan saat bencana. Sudah banyak desa yang dijadikan Destana oleh BPBD, namun kelima-limanya masih dalam tahap Pratama, sebentar lagi terdapat 1 Destana yang naik tingkat menjadi Madya, di mana saat bencana terjadi mereka bisa menangani sendiri dan BPBD tinggal menangani apa saja yang kurang dan mereka butuhkan dalam menangani bencana. Tak hanya itu, BPBD juga menyiapkan beberapa posko di daerah rawan dengan relawan yang siaga di sana dengan tujuan untuk melakukan koordinasi langsung ketika bencana.

Sebenarnya pencegahan bencana juga bisa dilakukan dengan Penataan Ruang yang tepat, namun sayang, RTRW Kabupaten Banjarnegara dibuat pada 2010 dan diterbitkan di 2011, sementara BPBD Banjarnegara sendiri baru berdiri pada 2012, sehingga RTRW Kabupaten Banjarnegara mengabaikan aspek kebencanaan yang terjadi pada daerahnya, serta pengaturannya lebih fokus ke kawasan perkotaannya dibanding kawasan pedesaannya.

[caption caption="Mobil BNBP yang mengiringi rombongan menuju Lokasi"]

[/caption]

Nah, perlu diketahui, Banjarnegara sebagai wilayah pegunungan yang memiliki berbagai potensi sumberdaya alam juga diintai potensi hampir seluruh bencana alam yang ada di list ilmu pengetahuan, mulai dari Gunung Berapi, Gempa Bumi, Tanah Longsor, Angin Puting Beliung, Gas Beracun, bahkan Banjir di pegununganpun bisa terjadi. Khusus untuk banjir di pengunungan, biasanya mendera daerah yang berada di Cekungan gunung. Namun komponen BPBD bekerjasama dengan seluruh lapisan Stakeholder mampu untuk menghadapi bencana-bencana tersebut.

Satu lagi, longsor sering juga mendera jalan penghubung yang krusial, misalnya dari Wonosobo ke Banjarnegara atau dari Banjarnegara Kota ke tempat wisata Dieng. Untuk itu kementerian PU Pera bekerja sama dengan BPBD juga membuat antisipasi seperti membuat talut penahan longsor dan pakubumi untuk menahan jalan agar tidak longsor.

Karena sinergisitas yang baik dari BPBD Banjarnegara dengan seluruh elemen stakeholder, mereka mendapatkan penghargaan sebagai BPBD terbaik dari BNPB atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

[caption caption="Penyerahan Plakat dari Ketua Panitia ke Pak Agus BPBD, Turut serta juga Prof Imam Buchori dan Pak Anang, dosen yang menemani kami ekskursi, serta pak Tujono dari BPBD Banjarnegara"]

[/caption]

[caption caption="Photo Bersama, Rombongan dengan BPBD Banjarnegara"]

[/caption]

Acara kemudian ditutup dengan penyerahan plakat dan foto bersama dengan pegawai BPBD Banjarnegara. Dari Pihak BPBDpun berharap dari Universitas Diponegoro mau untuk melakukan Kajian dan penelitian kebencanaan di Banjarnegara, serta mau mengirim tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke Banjarnegara. Kami sebagai peseta ekskursi juga berharap ilmu yang kami dapat dari BPBD Banjarnegara tidak hanya berguna bagi wilayah kerja teman-teman dari KemenPUPera dan Dinas Pekerjaan Umum yang sedang tugas belajar di S2 MPWK Undip, namun juga berguna bagi Bangsa dan Negara Indonesia kita secara umum.

Sumber:
https://litbang.pu.go.id/risha-rumah-instan-sederhana-sehat.balitbang.pu.go.id
Agus Haryono, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Banjarnegara
Bapak Tujono, Mas Londho dari BPBD Banjarnegara
poskotanews.com/2014/12/25/kemen-pu-siapkan-risha-untuk-korban-longsor-banjarnegara/
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/12/23/173630495/korban-longsor-banjarnegara-diberi-rumah-baru
http://propertidata.com/berita/korban-longsor-banjarnegara-akan-dibuatkan-rumah/

Dibuat dalam rangka [Blog Competition] Hadirkan Solusi Seiring Inovasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun