Mohon tunggu...
AmYu Sulistyo
AmYu Sulistyo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

@amyu12 || Ambar Sulistyo Ayu || Seorang Calon Perencana yang Real akan merealisasikan rencana membuat Kota Impian dunia || T.PWK Undip 2012 || Project taker

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hanya Bunga Tidur 1: (Bukan) Secret Admirer

11 Juli 2015   05:03 Diperbarui: 11 Juli 2015   05:03 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Silahkan tulis di selembar kertas, ibu ingin kalian menuliskan siapa yang kalian anggap bisa kalian idolakan di kelas ini. Ibu ingin kalian memberi jawaban yang jujur, tak perlu puitis namun bisa menjelaskan perasaan kalian.”

“Waaahh… Waaaahhh…” seru anak sekelas.

“Tenang-tenang, kalian jangan tulis nama kalian, cukup orang yang kalian idolakan di kelas ini ya!”

“Alhamdulillah.” seru sebagian besar temanku yang mungkin mereka tidak ingin mengungkapkan perasaannya.

Ohya, namaku Nada, hanya siswi biasa. Hari ini Bu Nani memberikan tugas yang berat menurutku, ya mungkin aku akan menuliskan Rahma, temanku yang cantik, kaya, kalem, dan rangking 1 di kelas. Alasannya simple, dia sangat perfect. Lalu jika yang aku tuliskan seorang pria, mungkin aku akan menuliskan Dion, temanku yang berprestasi membawa nama Indonesia di ajang SEA GAMES. Ya, aku menuliskan nama Rahma saja, bagiku sudah cukup. Aku menutup kertas itu seusai kutulis, meskipun sebelahku tak akan menengok karena sebelahku ini adalah bangku kosong.

Humm, aku tak punya teman duduk, tak ada orang yang ingin kusebelahi, mungkin aku terlalu ekstrovert, terlalu banyak yang kuceritakan sehingga membuat semua orang menjauh. Tentu juga aku yakin namaku tak akan ada di salah satu kertas yang dituliskan teman-temanku hari itu.

 

Benar saja, Dion, Rahma, Nindy, 3 nama itu bertengger di rangking atas yang dipilih anak-anak kelasku untuk diidolakan. Nama-nama lain seperti Donna, Afif, Gibran, dan Meisyi, mereka ketahuan memuji pasangan mereka satu sama lain.

“Kau bagai bunga yang ada di green house sekolah kita, indah mewangi.” Jelas saat bu Nani membacakannya semua anak tertawa. Bahkan tawanya itu dimulai dari baris perbaris. Bu Nani sebetulnya geleng-geleng dengan surat itu. Hanya surat unik yang akan dibacakan. Lalu bu Nani sedikit terheran saat melihat salah satu lembar yang ia baca dalam-dalam.

 

“Teman-teman, mohon di dengar, ini yang terakhir dan menurut ibu agak berbeda.” semua terdiam, namun mereka pasti menganggap yang setelah ini akan menjadi hal yang lucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun