Sonya pulang dengan semangat baru. Dia membersihkan diri, menyelesaikan tugas sekolah, lalu lanjut merajut. Malam itu, dia membuat 10 gelang dengan tiga warna yang berbeda. Setelah selesai, dia makan malam dan membuat akun toko online, memotret hasil rajutannya, dan mengunggahnya.
Beberapa hari kemudian, ada yang membeli tiga gelang. Sonya segera mengemasi barang dan menunggu kurir JNE. Ibunya terkejut dan bangga melihat semangat Sonya. "Aku tidak menyangka ibu akan terus mendukung aku," kata Sonya terharu.
Keesokan paginya, ibu Sonya membangunkannya karena ada kurir JNE yang datang. "Sonya, bangun. Ada kurir JNE yang datang untuk mengambil barang. Sonya bangun sudah ditunggu itu," seru ibunya.
Sonya berlari mengemasi barangnya dan menyerahkan kepada kurir. "Alhamdulillah, laris manis neng jualannya. Berkah. Saya pamit dulu," kata kurir dengan senyum.
Pak Budi bertanya, "Tadi itu kamu kirim barang buat siapa, Sonya?" "Pak, ini orang pertama yang beli barang hasil rajutan aku. Alhamdulillah ada yang tertarik dan membeli," jawab Sonya dengan bahagia.
Pak Budi memeluknya, "Selamat ya, Sonya. Terus kamu lanjutkan merajut dan jangan patah semangat." Notifikasi masuk lagi; ada yang memesan barang. Sonya berlari ke kamar untuk menyiapkan barang dan menggunakan kardus kecil dari tangga untuk mengemasnya.
Sonya tak lagi merasa iri pada teman-temannya yang mendapatkan segala yang diinginkan. Dia kini bersyukur atas apa yang dimilikinya dan terus merajut mimpinya, mengubah keterbatasan menjadi peluang yang tak terduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H