Mohon tunggu...
Amung Palupi
Amung Palupi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Seorang yang sedang mencari kesempatan dunia dengan melakukan hal yang bisa dilakukan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Komunikasi Hati, Penting di Jaman yang Sangat Bar Bar

6 November 2024   14:26 Diperbarui: 6 November 2024   14:27 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu dosen komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta bernama Ibu Puji Lestari ini menemukan teori Komunikasi Hati (HCT) serta menerbitkan bukunya yang bisa dibaca dan diperuntukkan untuk seluruh lapisan masyarakat.

Uniknya dalam salah satu unggahan di laman Facebook pribadi, Beliau mencantumkan cara untuk mendapatkan buku ini secara digital.

Dan setelah didapatkan secara gratis melalui mesin pencarian Google dengan mengetik keyword "Teori Komunikasi Hati Puji Lestari", baru sadar kalau Guru Besar Ilmu Komunikasi inipun sedang menggunakan komunikasi hati dalam hal tersebut.

Salah satu poin yang "ngena banget" bahwa komunikasi itu perlu olah rasa dan olah pikiran. Olah rasa dan olah pikiran ini mudah diucapkan namun kembali ke pribadi masing -- masing, ada banyak faktor yang mempengaruhi, misal dari lingkungan terkecil seperti keluarga sampai ke lingkungan tumbuh kembang.

Yang menarik lagi di awal bab dijelaskan bahwa komunikasi hati berkaitan sekali dengan manajemen Qalbu, sedangkan Qalbu adalah sesuatu yang halus bagi sifat -- sifat manusia.

Dalam buku digital sebanyak 240 lebih halaman, si Ibu banyak juga membahas penerapan cara komunikasi hati digunakan di berbagai sektor seperti perusahaan dan lain sebagainya. Paling menarik adalah cara mengubah kenegatifan menjadi kepositifan, mudah untuk dibaca, sulit untuk diterapkan.

Karya tulis Beliau ini patut juga diberi penghargaan setinggi -- tingginya karena penggunaan kata ganti orang pertama selalu menggunakan kata "penulis" bukan "Aku - kamu" yang sekarang banyak dan sering dijumpai dibanyak karya tulis atau buku dari beragam guru besar lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun