Indonesia merupakan negara maritim yang luas perairannya lebih besar dari pada daratannya, sehingga di Indonesia banyak terdapat flora dan fauna contohnya alga atau rumput laut yang merupakan alga besar (makroalga) yang merupakan tumbuhan tingkat rendah dan termasuk dalam kelompok Thallophyta. Secara umum tumbuhan ini mempunyai morfologi yang mirip walaupun berbeda tidak seluruhnya bentuk-bentuk alga sebenarnya hanyalah istilah bentuk bilik yang bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung, pipih, bulat seperti tas dan berambut.Â
Rhodophyta bereproduksi dengan cara vegetatif dan generatif. Reproduksi secara vegetatif atau aseksual merupakan perkembangan generatif ganggang merah yang berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang diploid. Kemudian spora ini selanjutnya akan tumbuh menjadi ganggang merah yang baru perkembangan aseksual secara fragmentasi pada Rhodophyta yang terjadi.Â
Repordoksi secara generatif atau aseksual terjadi secara oogami, dan pada beberapa jenis mengalami pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. Reproduksi secara generatif dilakukan dengan peleburan antara gamet jantan yang tidak memiliki alat gerak yang disebut spermatium. Alat reproduksi ganggang jantan disebut dengan spermatogonium dan menghasilkan spermatium yang tidak berflagel. Sedangkan alat reproduksi pada  Rhodophyta betina disebut karpogonium dan menghasilkan ovum.Â
Pembuahan sel ovum dengan spermatium menghasilkan zigot yang diploid. Zigot tersebut selanjutnya akan tumbuh menjadi Rhodophyta yang baru dan menghasilkan aplanaspora dangan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang merah yang akan menghasilkan gamet. Sehingga pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit. Sporofit menghasilkan meiospora yang akan berkembang menjadi gametofit. Gametofit berbentuk spermatangia yang menghasilkan spermatia dan carpogonium yang mengandung sel trichogen. Sepermatia menempel pada ujung trichogen, terus masuk ke dasar sel. Di sini terjadi peleburan antar inti sperma dan inti sel betina membentuk zigot yang disebut goninoblast.
Goninoblast merupakan filamen yang terbentuk dari zigot dan di ujung filamen terbentuk Carposporangium. Selanjutnya, pada dalam Carposporangium terbentuk Carpospora. Carpospora keluar dari Carposporangium dan selanjutnya tumbuh menjadi sporofit atau Polysphonia baru. Pada pertumbuhannya, Polysphonia mengalami pergiliran keturunan yang disebut metagenesis yaitu perkembangbiakan aseksual dan perkembangbiakan seksual berlangsung secara bergantian.
Euchuma spinosum tumbuhan pada perairan tropis dan subtropos. Perairan yang jernih, dasar perairannya berpasir atau berlumpur dan hidupnya menempel pada terumbu karang, batu karang, benda keras, dan cangkang kerang. Euchuma spinosum memerlukan cahaya matahari untuk untuk proses fotosintesis, arus atau tekanan air laut tetap dan kadar garamnya antaranta 28-36%.
Jadi, pertumbuhan dan penyebaran Rhodophyta sanga  tergantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia dan pergerakan atau dinamika laut) serta jenis substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, Rhodophyta mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding thallusnya.
Rhodophyta memiliki berbagai spesies yang tersebar di perairan Indonesia, salah satunya adalah Eucheuma spinosum. Rhodophyta merupakan alga yang memiliki pigmen fukosantin sehingga menyebabka warna Alga merah (Rhodophyta) merupakan kelompok rumput laut dengan jumlah spesies paling banyak, yaitu sekitar 4000 jenis. Alga merah termasuk jenis rumput laut berpotensi ekonomis tinggi, mengandung vitamin, mineral, serat, natrium, kalium, dan senyawa bioaktif yang berupa hasil metabolit sekunder, dan nutrisi yang paling penting adalah pigmen Eucheuma sp. yang banyak dibudidayakan hingga memiliki nilai ekonomis karena manfaat pikokoloidnya yang besar yaitu sebagai sumber karaginan dan agar serta teknik budidayanya yang relatif mudah dan murah.
Komposisi nutrisi pada Eucheuma sp. sangat bervariasi tergantung pada spesies, tingkat kedewasaan, kondisi lingkungan seperti, kualitas air laut dan cahaya. Perubahan kondisi ekologi sangat mempengaruhi kandungan nutrisi pada rumput laut beberapa penelitian tentang kandungan nutrisi pada Eucheuma sp. yang diperoleh pada beberapa lokasi perairan di duniatelah dilakukan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan nutrisi Eucheuma sp sangat bervariasi pada berbagai perairan walaupun merupakan spesies yang sama.
Selain kandungan nutrisi yang kaya, Eucheuma sp. juga kaya akan pigmen fotosintesis dan pigmen aksesoris lainnya, yaitu klorofil a, α-karoten, β-karoten, fikobilin, neozanthin dan zeaxanthin. Klorofil dan fikoeritrin merupakan pigmen yang dapat dimanfaatkan sebagai produk pigmen alami yang berperan sebagai suplemen kesehatan. Beberapa penelitian tentang pigmen klorofil dan fikoeritrin pada rumput laut merah telah dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warna thallus yang bervariasi disebabkan karena adanya komposisi pigmen yang terdiri dari klorofil a, klorofil d dan fikobiliprotein. Komposisi pigmen pada rumput laut merah yang sangat bervariasi ini dapat menjadi salah satu peluang untuk usaha eksplorasi biopigmen rumput laut yang mampu menambah nilai manfaat serta nilai jual Eucheuma sp.
Berikut adalah klasifikasi mengenai Euchuma spinosum yang masih tergolong dalam jenis alga merah ( Rhodophyta)Â
Kingdom : Plantae
Divisi     : Rhodophyta
Ordo      : Gigartinales
Famili    : Solieraceae
Genus    : Euheuma
Spesies   : Eucheuma spinosum (Eucheuma denticulatum)
Eucheuma spinosum dikenal dengan nama Eucheuma muricatus dan Eucheuma denticulatum  yang menghasilkan iota keragian, Eucheuma spinosum merupakan golongan tipe multiseluler karena memiliki banyak  sel untuk menjalankan fungsi-fungsi yang berbeda dalam tubuh  seperti fotosintesis, transportasi air dan nutrisi, dan reproduksi.
Ciri-ciri rumput laut jenis Eucheuma spinosum yaitu:
1.Thallus silindris  percabangan.
2.Thallus berujung runcing atau tumpul dan ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan),
 Berupa duri lunak yang tersusun berputar teratur mengelilingi cabang, lebih banyak dari yang terdapat pada Eucheuma cottoni.Â
3. Jaringan tengah terdiri dari filamen tidak berwarna serta dikelilingi oleh sel-sel besar, lapisan korteks, dan lapisan epidermis (luar). Pembelahan sel terjadi pada bagian apikal thallus.
Rhodophyta jenis Eucheuma spinosum adalah salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan pasar yang tinggi, Indonesia mempunyai sumber daya yang cukup besar baik yang alami maupun untuk budidaya.
Rumput laut (Eucheuma spinosum) adalah salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan pasar yang tinggi, Indonesia mempunyai sumber daya yang cukup besar baik yang alami maupun untuk budidaya. Rumput laut Eucheuma spinosum merupakan bahan baku pembuatan karaginan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kandungan kimia dari rumput laut Eucheuma spinosum adalah iota keraginan (65%), protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, air, dan abu. Iota keraginan merupakan polisakarida tersulfatkan dimana kandungan ester sulfatnya adalah 28-35%. Karaginan banyak digunakan pada industri pangan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya. Karaginan memiliki peranan yang sangat penting sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi.
Eucheuma spinosum sangat bermanfaat bagi kehidupan, khususnya untuk para nelayan yang hidup di pesisir pantai. Semoga dengan adanya artikel ini, pembudidayaan Eucheuma spinosum dapat terlaksana dengan baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H