Mohon tunggu...
AMU KASIM
AMU KASIM Mohon Tunggu... PETANI -

Hidup sebagai petani di Raha, Muna Sulawesi Tenggara. Itu Saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Logika “Yang Tidak Logis” Ricky Vinando dalam Kasus Jessica, Apakah Ada Hubungan Ricky Vinando dengan Jessica?

27 Mei 2016   15:53 Diperbarui: 27 Mei 2016   16:16 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih admin, please…. Mba-mba admin yang cantik, mas-mas admin yang tidak cantik, judul saya jangan diubah untuk yang satu ini, nanti maknanya jadi lain, kalau hanya makna yang berubah dikit nggak apa-apa, kalau nanti saya yang terlihat culun bisa mati berpikir aku ini.

Membaca artikel Ricky Vinando membuat pikiran saya jauh menerawang, sebenarnya isinya tidak perlu panjang-panjang karena banyak melakukan pengulangan. Enak juga sih untuk dibaca isinya renyah dan enak untuk ditelan.

Tidak bermaksud untuk apa-apa, hanya untuk mencoba berpikir dengan logika yang lain, izinkan saya menanggapi artikel anda

Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan saya sebelumnya disini

R V :

Sedangkan diketahui sebelum terbunuhnya Mirna, tidak ada tanda-tanda kemarahan, kebencian, kecemburuan yang diperlihatkan Jessica, yang ada justru Jessica meminta agar Mirna menciumnya, dan ini adalah sebagai bukti bahwa hubungan keduanya baik-baik saja tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh ayah Mirna. Terlebih lagi ini pembunuhan berencana,

Saya

Kok anda bisa tahu kalau tidak ada tanda-tanda kemarahan, kebencian, kecemburuan yang diperlihatkan Jessica kepada Mirna? Tidak ada satu orang pun selain Mirna dan teman-teman akrabnya yang mengetahui mengenai ada atau tidaknya. Anda sudah terlalu berani dengan mengatakan “tidak ada” karena anda bukan teman akrab dan sama sekali tidak pernah diberitahu oleh Jessica, terkecuali anda pernah diberitahu atau anda adalah teman akrab Jessica.

Kemudian masih dalam pragraf yang sama anda menulis sebagai berikut “maka jika Jessica berniat menghabisi Mirna pasti ada percakapan-percakapan yang bernada marah, kesal dan cemburu Jessica kepada Mirna, tetapi itu kan tidak ada, yang ada hanya whats up berisi kemesraan”, What? Apakah bukan bego namanya kalau sebelum melakukan tindak kejahatan sudah memberitahukan “pesan kematian” kepada korban lewat SMS, WA, Facebok atau apapun itu namanya. Dan apakah korban juga sebegitu bodohnya kalau sebelumnya telah ada “pesan kematian” dan dengan entengnya ketemu sama pelaku. Yang namanya niat itu dalam hati, untuk niat baik saja, some times seseorang tidak mau memberi tahu apalagi niat berbuat jahat, sudah pasti akan ditutup rapat, kalau bisa bayangan sendiri saja tidak boleh tahu. Mengenai kemesraan seperti yang anda katakan, justru itu merupakan salah satu kunci, karena sangat tidak lazim seorang perempuan mesra dengan perempuan lainnya. Jangankan minta cium, minta di kecup saja saya mah ogah kalau yang minta laki-laki, kalau perempuan bisa lain cerita bro…

RV :

Selain itu ada pula teori kesengajaan dengan sadar kepastian, yang dimaksud teori ini adalah perbuatan dari akibat yang dituju namun akibatnya tidak diinginkan tetapi suatu keharusan mencapai suatu tujuan. Nah dalam kasus terbunuhnya Mirna dengan tersangka Jessica, pertanyaan berangkat dari teori ini adalah jika Jessica melakukan kesengajaan itu dalam keadaan sadar dengan kepastian, maka dimana logikanya kalau Jessica sadar dengan kepastian Mirna pasti akan mati, tetapi tetap berada di tempat dan melihat Mirna sampai kejang-kejang?

Saya :

Pertanyaan saya, Apakah suatu keharusan dalam teori hukum bahwa pelaku harus pergi dan menyaksikan dari jauh proses kematian korban? Negasi Logikanya juga sederhana, Karena Pelaku sudah mengetahui Korban pasti mati maka kalau langsung pergi sudah pasti akan mudah ketahuan, karena mengapa tiba-tiba menghilang, mengapa langsung pergi dan tega meninggalkan teman sendiri dalam proses sakaratul maut dan proses menghilangkan diri itulah yang bisa menjadi bumerang, akan banyak saksi yang akan melihat bukan hanya CCTV dan hal ini sudah menjadi cerita klasik, kebanyakan kasus pembunuhan terungkap karena pelaku yang semula ada di TKP tiba-tiba langsung menghilang

RV :

“Sulit bagi jaksa untuk bisa meyakinkan hakim bahwa Jessica bersalah karena membunuh Mirna, sangat sulit bahkan hampir mustahil. Mengapa hampir mustahil? Karena saat menetapkan Jessica sebagai tersangka modal utama penyidik adalah kamera CCTV, dan keyakinan ayah Mirna.”

Saya

Kalau paragraf ini, anda benar-benar ngaco dan ngawur, kapan dan dimana polisi mengatakan bahwa modal utama penyidik adalah keyakinan ayah mirna. Apakah agar kelihatan bombastis tulisan anda sampai harus mengarang dan mengatakan bahwa modal utama penyidik salah satunya adalah keyakinan ayah mirna. Anda sarjana hukum, apakah  pernah ada dalam teori bahwa keyakinan orang termasuk dalam alat bukti?

RV :

Diketahui pula bahwa pelayan cafe sempat mencicipi kopi Mirna dan rasanya kebas serta panas. Ini menarik jika ditanyakan hakim kepada jaksa, mengapa pelayan cafe yang mencicipi kopi Mirna tidak juga kejang-kejang atau mati? Sedangkan Mirna kejang-kejnag dan berujung meregang nyawa? Padahal kopi yang dicicip pelayan cafe adalah kopi milik Mirna.

Saya

Logikanya sederhana saja, Apakah sama mencicipi dengan meminum? Kalau penyidik polisi menyuruh seseorang untuk mencicipi/merasakan kopi tersebut artinya polisi sudah tahu bahwa sianida tidak akan menyebabkan kematian kalau hanya sekedar dicicipi. Ini hanya untuk mengetahui bahwa rasa kopi bersianida berbeda dengan kopi yang biasanya dibuat di kafe tersebut. Kalau mencicipi menyebabkan efek yang sama dengan meminum yaitu kematian, sudah pasti pelayan akan mati juga, dan ini bisa bikin geger dan heboh, pelayan mati karena disuruh polisi mencicipi kopi bersianida. Jadi Mas Ricky beda ya antara mencicipi dengan meminum

Bersambung lagi ah…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun