Mohon tunggu...
Daru Natsir
Daru Natsir Mohon Tunggu... -

Pandangan sosial, budaya, berasyarakat di kacamata seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Opini | Kenapa Sih dengan HTI?

13 Juli 2017   20:17 Diperbarui: 13 Juli 2017   20:56 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HTI atau Hizbut Tahrir Islam tidak pantas dibubarkan. Merekalah yang menyuarakan pentingnya dan bagaimana manisnya khilafah bagi setiap individu muslim di negeri ini. Dan ditegaskan pula Hizbut Tahrir bukan ingin mengubah pancasila sebagaimana yang telah di tuduhkan. Karena jikapun benar adanya, mungkin kita sudah ricuh 30 tahun yang lalu atau awal-awal saat HTI berdiri.

Tuduhan serta cacian membuat HTI semakin gencar untuk menyuarakan hingga pada akhirnya pemerintah dengan perasaan genting mengeluarkan perppu pembubaran ormas baru-baru ini. Sangat disayangkan karena ini adalah Negara demokrasi yang tidak boleh membatasi hak warga negaranya. Secara garis besar pembatasan beribadah.

Kita sebagai muslim, seharusnya tahu wajibnya belajar ilmu agama. Sebagian dari ilmu itu yang terpenting adalah termasuk bab khilafah di dalamnya.

Hal inilah dinilai sebagai kemunduran demokrasi. Dengan segala kuasanya pemeritah tetap menganggap HTI bertentangan dengan pancasila. Ini menuai tanda Tanya, apakah islam bertentangan dengan ideologi pancasila?

Islam tidak mungkin bertentangan dengan pancasila. Buktinya, pancasila masih berdiri diatas papan tulis sekolah dan isinya dilantangkan oleh siswa-siswa di seluruh penjuru negeri. Karena nilai-nilai priori yang terkandung dalam pancasila masih berdasarkan Al-Quran.

Mohammad Natsir bahkan meyakini diatas iklim islamlah, pancasila akan subur. Pokok penting yang saya garis bawahi, bahwa agama itu sebagai posisi yang penting dalam berpancasila. Terutama dalam konteks islam. Jadi saya suka heran dan prihatin dengan wacana pemisahan agama dan politik. Atau bahasa kerennya sekuler.

Dalam hadist dijelaskan tentang 5 fase kehidupan umat islam. Pertama, fase kenabian. Kedua, fase nubuwah. Ketiga, fase kerajaan yang menggigit. Keempat, fase kerajaan yang memaksa/diktator yang saat ini sedang kita lalui. Pada akhirnya kita akan menuju fase nubuwah seperti pada fase periode sahabat.

Dan logikanya begini, kita menuju fase dimana dunia berada pada satu bendera tauhid. Sebagai muslim tak bisa dipungkiri hal itu. Lalu, ada seseorang yang menyuarakan akan manisnya kekhilafahan malah di cap radikal? Sebagai seorang muslim dia berdiri dibarisan mana saat itu terjadi? Jadi bukan zamannya-lah kita saat ini nyinyir tentang khilafah.

Sebenarnya tak usah sibuk mengubah pancasila dan menggantinya dengan kekhilafahan. Karena khilafah dalam satu bendera pasti terjadi dan janji Allah adalah pasti. Ini permasalahanya, krisis moral dan ketidaktahuannya tentang pengetahuan agama.

Dan dengan Negara yang berlebel demokrasi ini hal seperti itu dibungkam oleh Perppu tentang pembubaran ormas islam, sebagai sasarannya Hizbut Tahrir Indonesia dan mengancam ormas lainnya. Katanya Negara demokrasi, tapi kok membatasi hak orang lain atau kelompok untuk menjalankan keharusannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun