Mohon tunggu...
Akbar Muhibar
Akbar Muhibar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa, Blogger dan Vlogger

Penyuka seni suara dan seni membaca terbalik. Saat ini juga menjadi penulis di akbarjourney.com dan vlog akbarjourney.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Makanan Lokal Ternyata Senjata Ampuh Terapkan Isi Piringku

28 Oktober 2019   22:35 Diperbarui: 29 Oktober 2019   09:43 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pangan lokal menjadi senjata sukseskan Isi Piringku. (Foto: Akbarmuhibar)

Penerbangan selama 5 jam dengan satu kali transit di Makassar, tidak menyurutkan saya mengunjungi Gorontalo. Provinsi yang berada di utara pulau Sulawesi memiliki ciri khas dataran yang panas dan kering, serta menyimpan berbagai kekayaan alam disertai dengan kuliner yang luar biasa. 

Kunjungan yang saya lakukan pada Juli 2018 ini, mempertemukan saya dengan berbagai kejutan yang tidak biasa yaitu nasi jagung.

Nasi jagung? Mungkin banyak orang yang sudah lumrah mendengarnya, namun tidak untuk saya. Saat makan siang, saya memberanikan diri bertanya pada masyarakat lokal. Mengapa mereka mengkonsumsi nasi jagung? 

Ternyata, Gorontalo merupakan penghasil jagung yang terkenal dan subur, masyarakat sangat terbiasa menikmati nasi jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Bahkan nasi jagung sendiri dimanfaatkan dengan baik untuk menyukseskan program pemerintah, yaitu Isi Piringku. 

Pangan lokal menjadi senjata sukseskan Isi Piringku. (Foto: Akbarmuhibar)
Pangan lokal menjadi senjata sukseskan Isi Piringku. (Foto: Akbarmuhibar)

Isi Piringku

Isi Piringku sendiri merupakan panduan makan sehat yang mengkombinasikan makanan pokok seperti nasi atau makanan pokok sesuai daerah masing-masing, lauk, sayur serta buah. 

Selain itu pola makan ini harus dikombinasikan juga dengan air minum, aktivitas fisik minimal 30 menit, dan cuci tangan pakai sabun supaya terhindar dari penyakit. Tujuannya? Supaya kita makan itu tidak hanya rasa kenyang saja, tapi puas dengan citarasanya dalam satu porsi makan. 

Mengonsumsi makanan yang beragam juga membantu kita untuk memenuhi gizi tubuh, karena mereka bermanfaat sesuai fungsinya masing-masing. 

Tentu kita ingat fungsi karbohidrat sebagai sumber tenaga, protein sebagai zat pembangun, lemak sebagai cadangan energi serta pelarut vitamin ADEK, serta vitamin & mineral untuk menjaga daya tahan tubuh. Nah, dengan Isi Piringku, diharapkan semua ada dalam satu piring makanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Dr.Putu menjelaskan Isi Piringku pada peserta Danone Blogger Academy 3. (Foto: Akbarmuhibar)
Dr.Putu menjelaskan Isi Piringku pada peserta Danone Blogger Academy 3. (Foto: Akbarmuhibar)
"Kalau makan itu harus ada gizi seimbang, jadi kita memenuhi gizi tubuh yang diperlukan dengan aneka jenis makanan," ujar dr. I Putu Suiraoka, M.Kes, dosen dari Politeknik Kesehatan Bali. 

Dalam satu piring Isi Piringku, dr. Putu menyarankan ada 550 gram hingga 600 gram makanan yang terdiri dari makanan pokok 200 gram, lauk 50 gram hingga 100 gram, sayuran 200 gram, dan buah-buahan 100 gram. 

Tentunya Isi Piringku juga ditentukan dari timbangan badan masing-masing dan peruntukannya untuk ibu hamil serta orang yang sedang dalam perawatan ditentukan oleh dokter. 

Mungkin terdengar sulit bila harus ditimbang satu-satu, yang mana 200 gram dan mana yang 100 gram. Tapi jangan khawatir, ada cara yang lebih mudah untuk mengukurnya. 

Sepertiga untuk makanan pokok, sepertiga untuk lauk dan buah, sepertiga untuk sayur. Dijamin, takaran ini bikin pas kenyangnya, pas gizinya, serta jaga tubuh kedepannya.

Pola makan dengan Isi Piringku. Ditambah air minum yang cukup, serta olahraga. (Foto: Akbarmuhibar)
Pola makan dengan Isi Piringku. Ditambah air minum yang cukup, serta olahraga. (Foto: Akbarmuhibar)

"Gizi harus seimbang, karena tubuh hanya satu seumur hidup," ungkap dr.Putu.

Salah satu perbedaan spesial dari Isi Piringku ini adalah penggunaan makanan pokok yang dibebaskan sesuai daerah masing-masing. 

Bila program 4 Sehat dan 5 Sempurna masih mengunggulkan nasi sebagai makanan utama, Isi Piringku membebaskan penggunaan makanan pokok sesuai kearifan lokal masing-masing. Contohnya adalah nasi jagung dari Gorontalo yang saya temui sebelumnya.

Kearifan Lokal Isi Piringku di Gorontalo

Perjumpaan dengan nasi jagung berlanjut di SD Negeri 1 Limboto, karena saya melihat nasi jagung di dalam bekal para siswa yang sedang makan bersama. Bekal ini harus ditata sesuai porsi Isi Piringku. Bila mereka tidak membawa bekal, berbagai sajian bergizi juga bisa diperoleh lewat kantin sekolah. 

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan cara Isi Piringku di SDN 1 Limboto, Gorontalo. (Foto: Akbarmuhibar)
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan cara Isi Piringku di SDN 1 Limboto, Gorontalo. (Foto: Akbarmuhibar)

Makanan yang disediakan kantin sekolah juga bervariasi, sesuai pula dengan kaidah Isi Piringku. Mulai dari nasi jagung, lalu protein lokal seperti ikan atau ayam, ditambah dengan sayuran. 

Panganan kue tradisional juga disandingkan dalam makanan di kantin mereka, seperti kue pu' dan kue garo. Sehingga para siswa dan siswi terlatih untuk menjaga makan, serta paham apa saja yang mereka makan menjadi manfaat yang besar pada tubuh mereka. 

Tidak hanya di SD saja, Pos Gizi Desa Haya-Haya yang ada di Limboto juga memanfaatkan bahan lokal untuk mencukupi gizi bagi balita dan menurunkan angka stunting yang cukup tinggi di kawasan ini. 

Stunting sendiri merupakan kondisi bayi yang tumbuh di bawah standar tinggi dan berat yang normal. Biasanya tanda-tanda ini sudah terlihat dari kondisi bayi yang lahir lebih pendek dari biasanya. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan orangtuanya dalam mengonsumsi makanan yang bergizi.

Program yang dibuat adalah 12 hari intervensi makanan dengan kombinasi makanan lokal dan makanan bergizi yang sesuai dengan para balita. Kegiatan ini mewajibkan para orangtua dan balita hadir ke Pos Gizi setiap harinya untuk mengonsumsi makanan bergizi, serta diperiksa kesehatannya. 

Para orangtua sendiri nantinya akan diajarkan memproduksi sajian modifikasi dari produk lokal. Beberapa diantaranya adalah bola-bola tahu dan perkedel tempe, untuk mengganti tahu dan tempe goreng yang biasanya tampak membosankan di mata anak-anak. 

Intervensi makanan 12 hari dengan metode Isi Piringku untuk para balita di Pos Gizi Desa Haya-Haya, Gorontalo. (Foto: Akbarmuhibar)
Intervensi makanan 12 hari dengan metode Isi Piringku untuk para balita di Pos Gizi Desa Haya-Haya, Gorontalo. (Foto: Akbarmuhibar)

"Kita menekankan masyarakat kalau makanan itu tidak usah mahal-mahal dan makanan itu bisa dimodifikasi," ungkap Ibu Elvian, Petugas Gizi Posyandu Desa Haya-Haya, yang saya temui langsung pada Juli 2018.

Tidak ketinggalan sajian Podeng Kasubi dari singkong lokal untuk memenuhi asupan protein dan karbohidrat anak-anak, menggantikan bubur kacang hijau dengan kandungan kalori yang sama yaitu 150 kalori per sajian. 

Diharapkan orangtua dapat memberikan makanan yang bergizi dengan harga yang murah, supaya anak-anak tertarik makan dan mampu menjaga berat badannya dalam masa golden age antara usia 0 sampai 5 tahun. 

Podeng Kasubi, salah satu sajian yang melengkapi Isi Piringku dan dibuat dengan pangan lokal Gorontalo. (Foto: Akbarmuhibar)
Podeng Kasubi, salah satu sajian yang melengkapi Isi Piringku dan dibuat dengan pangan lokal Gorontalo. (Foto: Akbarmuhibar)

Isi Piringku Bantu Mengatasi Stunting

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh Pos Gizi Desa Haya-Haya, ternyata bermanfaat untuk mengatasi stunting yang menjadi permasalahan di kawasan Gorontalo. 

Terutama melalu penanganan langsung pada balita, serta memberikan edukasi pada orangtua dan calon orangtua. Dengan kehadiran Isi Piringku, diharapkan calon orangtua terutama ibu mampu menjaga kecukupan gizi dalam masa mengandung. 

Ayah juga mampu menjaga asupan pola makan yang menjadi kebiasaan di rumah, sehingga risiko bayi terkena stunting bisa berkurang dan tumbuh dengan normal. 

Kehadiran orangtua di Pos Gizi sangat penting untuk membiasakan Isi Piringku di rumah. (Foto: Akbarnuhibar)
Kehadiran orangtua di Pos Gizi sangat penting untuk membiasakan Isi Piringku di rumah. (Foto: Akbarnuhibar)
Intervensi Isi Piringku juga dilakukan kepada balita dengan ukuran yang sudah ditentukan, yaitu sepertiga makanan pokok, sepertiga protein hewani, sepertiga sayur, buah, dan protein nabati. 

Hasil positif terlihat dari angka stunting melalui data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Dulunya angka ini berada pada kisaran 40,7% di tahun 2015, perlahan menurun menjadi 32,3% pada tahun 2017. 

Sehingga program dari Pos Gizi Desa Haya-Haya yang dahulunya adalah inisiatif masyarakat ini, menjadi program yang didukung penuh oleh Puskesmas Kecamatan, pemerintah Kabupaten Gorontalo serta didukung pula dengan Dana Desa. 

Tidak salah bila Isi Piringku dapat menjadi solusi yang dapat diterapkan oleh daerah lainnya, dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.

Potensi Pangan Lokal untuk Isi Piringku di Bali

Tentunya inisiasi memperbaiki gizi masyarakat dengan pangan lokal, juga bisa diduplikasi di berbagai lokasi di Indonesia. Salah satunya adalah di Desa Bongkasa Pertiwi, yang saya kunjungi pada Agustus 2019. 

Keindahan Desa Bongkasa Pertiwi yang dijelajahi dengan trail Sepeda. (Foto: DBA 3)
Keindahan Desa Bongkasa Pertiwi yang dijelajahi dengan trail Sepeda. (Foto: DBA 3)
Perjalanan dimulai menggunakan mobil yang bergerak menuju kawasan utara Kota Denpasar. Selama 1 jam 30 menit, tampak beragam rupa bentang daratan di pulau ini. Sawah-sawah terhampar luas sepanjang jalan, menyatu dengan pura desa yang megah. 

Saat membuka pintu, angin semilir pelan menyambut kedatangan saya dan rombongan Danone Blogger Academy 3 di Desa Bongkasa Pertiwi, Abiansemal, Badung, Bali.

Desa Bongkasa Pertiwi memiliki konsep kampung mandiri dalam pengelolaan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Desa ini sendiri memiliki potensi alam pertanian, peternakan, serta Sungai Ayung sebagai wisata arung jeram. 

Menariknya, tiap rumah di desa ini memiliki ternak sapi dan babi yang menjadi potensi bagus untuk mengembangkan biogas. 

Jadi, selain mandiri secara pangan, desa ini juga didukung oleh kemandirian energi yang memberikan kesempatan besar penduduknya untuk menjaga lingkungannya.

Terbukti, saat saya mengelilingi desa menggunakan trail sepeda terlihat bentangan sawah yang diolah menggunakan cara organik. Lelah bersepeda, saya dijamu makan dengan panganan tradisional khas desa. Inilah awal pertemuan saya dengan potensi pangan lokal, yaitu pembudidayaan jamur. 

Potensi jamur tiram di Desa Bongkasa Pertiwi. (Foto: Akbarmuhibar)
Potensi jamur tiram di Desa Bongkasa Pertiwi. (Foto: Akbarmuhibar)
"Kita buat budidaya jamur tiram, jadi jamur krispi dan nugget jamur. Apinya kita pakai dari biogas dan sisanya kita jadikan pupuk untuk jamur," ujar Ibu Ayu, warga Desa Bongkasa Pertiwi yang saya temui pada kunjungan kali ini.

Ibu Ayu menjelaskan, produksi nugget dan jamur krispi sendiri bisa mencapai 3 hingga 5 kilogram dalam satu hari. Produk ini nantinya diedarkan dalam jaringan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). 

Ketika saya cicipi, rasa nugget yang dihasilkan juga tidak berbeda jauh dengan nugget ayam yang ada di pasaran. Hal ini disebabkan karena jamur sangat berpotensi diolah menjadi pengganti makanan lain, seperti pengganti daging untuk para vegetarian.

Nugget Jamur dalam bentuk beku yang siap dijual melalui BUMDes. (Foto: Akbarmuhibar)
Nugget Jamur dalam bentuk beku yang siap dijual melalui BUMDes. (Foto: Akbarmuhibar)

Tidak hanya berhenti di olahan jamur, masyarakat Bongkasa Pertiwi juga membuat teh dari beras merah organik. Saya awalnya tidak percaya dengan inovasi ini, tapi beras merah yang sudah dibakar hingga kering mampu mengeluarkan warna pekat seperti teh pada umumnya. 

Ketika dicicipi, kombinasi beras merah dan pemanis gula merah membuat rasa nikmat menghampiri lidah saya. Seluruh produk ini bisa dibeli langsung ketika berkunjung ke Desa Bongkasa Pertiwi. 

Beras merah organik yang diolah menjadi teh beras merah. (Foto: Akbarmuhibar) 
Beras merah organik yang diolah menjadi teh beras merah. (Foto: Akbarmuhibar) 
Inovasi ini hadir dari keinginan masyarakat dan dukungan dari banyak pihak, khususnya dari Program Kampung Mandiri antara Aqua Mambal, Yayasan Rumah Energi, dan BUMDes Mandala Sari. 

Sehingga program yang meliputi energi biogas, pertanian sehat dan ramah lingkungan, water access sanitation hygiene, dan pelestarian keanekaragaman hayati dapat terus berjalan. 

Jamur krispi, salah satu olahan jamur yang dibuat oleh masyarakat Desa Bongkasa Pertiwi. (Foto: Akbarmuhibar)
Jamur krispi, salah satu olahan jamur yang dibuat oleh masyarakat Desa Bongkasa Pertiwi. (Foto: Akbarmuhibar)

Kemandirian energi serta semangat modifikasi pangan lokal dari Desa Bongkasa Pertiwi sangat berpeluang besar mendukung program Isi Piringku. 

Tidak hanya nugget jamur dan jamur crispy saja yang hadir, tapi bisa dalam bentuk bakso jamur, sate jamur, dan berbagai panganan daging yang bisa diganti dengan jamur. Sehingga Desa Bongkasa Pertiwi menjadi desa pionir dalam pengembangan jamur serta makanan olahan untuk vegetarian. 

Tidak hanya itu, masyarakat juga bisa ikut serta menerapkan Isi Piringku dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan informasi ini untuk mendukung paket wisata berkelanjutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun