Sebelum masuk kelas, saya juga diberikan kesempatan untuk berjalan-jalan di Pabrik Aqua Mambal, yang memproduksi air kemasan untuk daerah timur Indonesia.Â
Seru lah pokoknya, apalagi melihat proses langsung dimana mereka memiliki SOP yang terstandard dan terstruktur, bahkan untuk detail perharinya. Saya cuma bisa melongo melihat betapa rapi cara kerjanya.
Pantai Mertasari, Daur Ulang, dan Keripik Plastik.
Kunjungan ke pantai kali ketiga di hari ketiga. Kalau hari pertama ke Pantai Kuta, dan hari kedua ke Pantai Jimbaran untuk makan malam sampai kenyang, kali ketiga ini saya bersama teman-teman memegang capit bambu untuk mengenyahkan sedikit sekali sampah di Pantai Mertasari, selatannya sedikit dari Pantai Sanur.Â
Dengan capit bambu, kami memisahkan sampah yang didapatkan dalam dua karung goni besar yang bertuliskan X untuk yang tidak bisa didaur ulang, dan segitiga untuk yang bisa didaur ulang. Selama 2 jam kami menyusuri pantai dan total-total menemukan 12,8 kg sampah yang tidak bisa didaur ulang, dan 12 kg yang bisa didaur ulang.Â
Untuk mempelajari daur ulang, kami mampir ke SMP Wisata dengan sambutan dari siswa siswinya yang menyanyi dari depan gerbang. Seketika saya berasa menjadi orang penting di tahun 1990-an.Â
Di SMP ini kami belajar bagaimana siswa siswi memanfaatkan sampah dalam bentuk upgrading jadi busana, reuse menjadi barang baru dan recycle sampah organik menjadi pupuk. Mereka juga membeli sampah-sampah daur ulang dengan harga tertentu, dalam Bank Sampah. Lumayan nambah cuan~
Sampah-sampah daur ulang yang berupa plastik bening ini, ternyata diolah kembali di Bali PET, dimana mereka membersihkan, serta memotong plastik menjadi bentuk keripik.Â