Kegiatan berkumpul setiap malam Selasa, juga merupakan waktu yang tepat untuk bermeditasi untuk saya. Sembari mendengar fakta mengenai kearifan lokal yang sudah ada di belahan nusantara dalam menjaga alam sebelum kolonialisme datang, Walhasil, dalam proses belajar aksara Jawa di bulan pertama sangat terasa sulit. Namun setelah 10 bulan belajar tangan saya kembali menjadi lentur, tulisan tangan saya jauh lebih rapi.
Minggu ke minggu, tubuh saya menikmati proses menggoreskan pensil tebal halus yang digerakkan oleh tangan. Bahkan mulai melatih diri untuk mampu menulis di atas daun Lontar, kertas tradisional yang kini sudah mulai jarang ditemukan karena proses pembuatan lembaran ini hingga satu tahun lamanya.
Tidak hanya persoalan latihan menulis saja, proses belajar ini mulai membantu saya menemukan kepribadian yang baru. Lebih sabar, lebih mampu mengungkapkan keinginan yang sebenarnya, hingga bisa mengambil keputusan lebih tepat. Hal terpenting, saya mengaktualisasikan diri melalui hal-hal positif yang saya sukai, tanpa harus menggubris pendapat miring orang-orang tentang belajar kebudayaan.
Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengan kesehatan saya? Semenjak berusaha berlatih menulis bersama teman-teman, saya merasa mental semakin sehat, jauh dari keadaan pertama kali tiba di kota Yogyakarta saat hijrah.
Karena apa yang saya lakukan di kelas ini sangat jauh dari pekerjaan saya selama 4 tahun terakhir yang selalu memanfaatkan komputer dan melihat layar. Apalagi dipenuhi dengan deadline, dan target kuantitas, bukan kualitas. Sama seperti robot, berkarya tanpa rasa. Sehingga waktu sudah habis untuk bekerja, dan sulit untuk mengaktualisasikan diri dengan hal-hal yang digemari.
Ya, kesehatan mental kini menjadi hal menarik untuk dibahas, selain dengan isu kesehatan lainnya seperti sampah, kesehatan fisik dan nutrisi. Dimana setiap manusia akan sehat mentalnya dengan bersosialisasi dengan orang lain, mampu untuk mengenal jati dirinya, serta mengetahui bagaimana caranya mengaktualisasikan diri.
Seperti mengukir aksara Jawa di daun lontar yang setiap goresannya abadi hingga 100 tahun lamanya. Proses mengenali diri juga harus penuh kesabaran, latihan, dan mau jujur keadaan perasaan pribadi. Sehingga apapun yang kita kenali dan sudah ada dalam diri sendiri, bisa menjadi kemajuan dalam menjaga diri kita.
Layaknya ungkapan: Jiwa yang sehat akan terlahir dari tubuh yang sehat, maka memulai kehidupan yang sehat jiwanya harus dilandasi oleh pola hidup yang sehat, dan latihan untuk mengenali diri dengan sabar. Karena semua butuh proses dan keinginan yang kuat dari diri sendiri, untuk kebaikan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H