Miku adalah sebuah software untuk membuat tiruan suara. Nama lengkapnya adalah Hatsune Miku, yang berarti "Suara Pertama dari Masa Depan" yang diluncurkan oleh Crypton Future Media tanggal 31 Agustus 2007. Bersama saudara-saudaranya yaitu Kaito, Meiko dari vocaloid generasi pertama, Len, Rin dan Luka dari generasi ke dua, mereka bersama-sama mewujudkan mimpi berbagai produser musik dalam menciptakan lagu dengan berbagai suara.
Kalau menurut pendapat saya, pembagian suara para vocaloid ini adalah sebagai berikut : Miku sebagai sopran, Meiko di mezosopran, Luka di alto, dan Kaito di bariton. Lha, si kembar Len dan Rin ada dimana? ya karena mereka merupakan satu jenis, saya golongkan Len di sopranoboys dan bisa jadi tenor, sedangkan Rin di sopran.
Nah, itu penjelasan singkatnya, lebih lengkap, sila search sendiri ya dengan keyword "Hatsune Miku". Barangkali para kompasianers bakalan kepincut ngedenger lagu-lagunya.
Kenyataan yang terjadi adalah: Kebanyakan teman-teman saya memang kurang menyukai tipe-tipe suara seperti ini, karena mereka menganggapnya sebagai suara yang sengau, khas jepang. Umumnya para penggemar lagu pop, rock dan jazz kurang menyukai lagu seperti ini. Tapi ngga semuanya sih.
Berbanding terbalik dengan para pencinta lagu jepang, china dan korea. Ibaratnya mereka udah lumrah mendengarkan suara jenis seperti ini, jadi tinggal menikmatinya saja... Bahkan orang luar negeri juga banyak kok yang suka, jadi jangan khawatir. Anda yang membaca ini sebagai fansnya Miku, ngga perlu rendah diri, karena bermusik adalah hal setiap orang. Tapi ingat jangan lupa lagu khas dari daerah kita masing-masing, serta lagu pemersatu kita, yaitu dangdut *Lanjut maaang...
Oke, saatnya laporan langsung.
1. Karena beli tiket untuk show terakhir yaitu jam 19.30 akhirnya saya berserta teman-teman dari Shiawase No Memory Japanese Fans Club atau yang disingkat SHIORI yang berdomisili di Diploma IPB Bogor janjian langsung ketemuan jam 13 di JCC. Untung aja dapet jadwal kerja yang pas sekali yaitu jam 7-13 siang jadi langsung berangkat ke JCC, wong jaraknya cuma satu halte busway dari kantor, hihihi...
2. Nah pas di pintu masuk, masyaallah, itu antrian udah ngular sampai ujung gedung JCC, padahal cuma mau masuk exponya saja. Pas di cek itu antrian untuk umum, tanpa tiket. Tiba-tiba ketemu sohib lengket yang keganjilannya luar biasa, namanya Hendar. Dia terkurung dalam barisan... Bersama teman-temannya yang ngga kalah sedengnya juga...
Walhasil saya jadi ragu buat masuk lewat jalur gratis dan memilih menunggu Ipul yang salah ambil koridor busway dan akhirnya jalan ke JCC dari halte Gelora yang sama aja artinya dia membelah Senayan! *udah mikirin betis bengkak.