Mohon tunggu...
Wong Ndeso
Wong Ndeso Mohon Tunggu... -

wiraswata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumsel: Mura Terendah, Palembang Tertinggi

19 November 2012   08:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:04 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1353314877640569504

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi ekonomi yang cukup kuat di Indonesia. Provinsi yang disebut-sebut sebagai yang terkaya nomor lima se-Indonesia ini terus melakukan percepatan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Kemajuan pembangunan di Sumatera Selatan bukan hanya dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya, akan tetapi bisa dinilai dari Indeks Prestasi Manusia (IPM).

Berdasarkan data BPS tahun 2011, persentase pertumbuhan ekonomi Sumsel terus meningkat dibanding tahun 2010 yaitu dari angka 6,98 % di tahun 2010 melejit menjadi 8,03 % tahun 2011. Dengan demikian, angka pertumbuhan ekonomi tersebut meningkat sebanyak 86,92 % dibanding angka di tahun lalu, sementara rata-rata laju pertumbuhannya adalah 6,7 % selama tiga tahun terakhir.

Untuk Indeks Prestasi Manusia (IPM), Provinsi Sumatera Selatan juga terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Menurut BPS, IPM Sumsel tahun 2011 naik angkanya menjadi 73,31 dibanding angka tahun 2010 yang sebesar 72,95. Data BPS menunjukkan bahwa selama 5 tahun terakhir IPM sumsel terus meningkat dengan rata-rata angka sebesar 72,46.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu (Zuhaifah, http://bartimkab.bps.go.id).

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga indeks yang terdiri dari indeks harapan hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, indeks pendidikan yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah, serta indeks standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan atau paritas daya beli.

Berdasarkan kajian aspek status pembangunan manusia, tinggi rendahnya status pembangunan manusia menurut UNDP dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :

1.Tingkatan rendah, jika IPM < 50.

2.Tingkatan menengah, jika 50 < IPM < 80.

3.Tingkatan tinggi, jika IPM > 80.

Namun untuk perbandingan antar daerah di Indonesia, yaitu perbandingan antar kabupaten/kota, maka kriteria kedua, yaitu “Tingkatan menengah”, dipecah menjadi 2 (dua) golongan, sehingga gambaran status akan berubah menjadi sebagai berikut :

1.Tingkatan rendah, jika IPM < 50

2.Tingkatan menengah-bawah, jika 50 < IPM < 66

3.Tingkatan menengah-atas, jika 66 < IPM < 80

4.Tingkatan atas, jika IPM > 80

Merujuk data BPS nasional tahun 2010, IPM Sumsel berada pada peringkat ke-8 di bawah Sulawesi Utara, Yogyakarta, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Angka IPM Sumsel tahun 2010 tergolong masuk kategori ketiga yaitu tingkatan menengah-atas yaitu sebesar 72,95. Angka IPM tersebut adalah lebih tinggi dari Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Apabila dilihat dari angka IPM-nya, seluruh kabupaten dan kota di wilayah Sumatera Selatan juga masih berada pada level ketiga yaitu tingkatan menengah-atas dengan IPM antara 68 sampai 76. Jika dirinci lagi maka ada 3 kota besar yang memiliki angka IPM tertinggi yaitu Kota Palembang dengan IPM 76,63, Prabumulih 74,81, dan Pagar Alam 73,51. Angka-angka tersebut menggambarkan bahwa kesempatan yang dimilik masyarakat di 3 kota tersebut untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sudah tergolong cukup tinggi. Dengan demikian dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pemerataan pembangunan di 3 kota tersebut telah cukup baik.

Untuk IPM terendah di wilayah Sumsel dicapai oleh 3 Kabupaten yaitu Ogan Ilir, Empat Lawang dan Musi Rawas. Angka IPM Kabupaten Ogan Ilir sebesar 69,91, disusul oleh Empat Lawang 68,92, lalu kemudian yang terendah Musi Rawas sebesar 68,92. Angka-angka ini menunjukkan bahwa ketiga kabupaten tersebut masih tertinggal untuk urusan pemerataan kesempatan menikmati hasil pembangunan dibanding kabupaten/kota lainnya di wilayah Sumatera Selatan.

Kabupaten Ogan Ilir (OI) dan Kabupaten Empat Lawang notabene adalah kabupaten-kabupaten baru di Sumatera Selatan hasil pemekaran wilayah. Ogan Ilir adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sejak 18 Desember 2003, sedangkan Empat Lawang dimekarkan dari Kabupaten Lahat sejak 2 Januari 2007. Angka IPM yang rendah pada kedua kabupaten ini bisa disebabkan belum meratanya pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok daerah mengingat kedua wilayah tersebut merupakan wilayah administratif baru. Sementara angka IPM Musi Rawas (Mura) yang masih rendah di wilayah Sumsel dapat disebabkan oleh tidak efektifnya pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang dikelola pemerintah setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun