Mohon tunggu...
Ami Tati Fatmawati
Ami Tati Fatmawati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

simpel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pernahkah Anda Berada di Gerbong Kepala Kereta Api?

2 Agustus 2010   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:23 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam gerbong tersebut terdapat 2 buah telepon. Masing-masing berada di samping pak masinis dan satu lainnya di samping asisten masinis. Pak masinis yang sudah tua duduk di sebelah kanan gerbong sedangkan asisten masinis yang masih muda duduk di sebelah kiri gerbong. Selain pesawat telepon, terdapat juga alat kemudi, rem, jam penunjuk waktu, dan penunjuk kecepatan serta yang lainnya tidak bisa saya lihat karena keadaan gerbong gelap.

Awalnya saya berdiri di belakang asisten masinis menikmati perjalanan dan ingin mengetahui seperti apa berada di dalam gerbong masinis. Di depan hanya tampak rel dan lampu lalu lintas kereta api. Jika kereta akan mendekati stasiun maka si asisten menelpon penjaga stasiun untuk memberitahukan keberadaan kereta kami dan menunggu konfirmasi perjalanan. Setelah mendekati stasiun masinis harus jeli memperhatikan lampu lalu lintas kereta api, jika berwarna kuning kecepatan kereta api diperlambat karena berarti harus hati-hati. Jika lampu berwarna hijau maka kereta boleh terus jalan dan jika lampu berwarna merah, kereta harus berhenti. Pada prinispnya tanda-tanda warna lampu lalu lintas tersebut sama dengan lampu lalu lintas di jalanan.

Ketika kereta api akan melewati stasiun-stasiun besar yang memiliki banyak rel selain kerata api harus menunggu konfirmasi warna lampu kereta juga harus menunggu konfirmasi pengambilan rel nomor berapa. Dan nomor rel akan tertampang di atas lampu tanda lintas.

Jika kereta akan melewati jalan-jalan yang dilewati masyarakat, akan mendekati stasiun dan bertemu kereta lainnya maka sang asisten masinis menyalakan klakson. Selain itu jika kami akan melewati stasiun-stasiun maka kami semua harus duduk bersembunyi. Hal ini dilakukan untuk menghindari mata-mata dari pengawas di setiap stasiun.

Karena lelah akhirnya saya pun duduk di lantai sama dengan yang dilakukan oleh penumpang lainnya sambil menahan kepenatan dan berisiknya suara jeritan kereta apiku. Meski sudah berusaha memejamkan mata, namun mata ini tidak bisa jua untuk terpejam nyenyak menghilangkan kepenatan, kebisingan dan kekhawatiran-kekhawatiran.

Pengalaman malam itu, akan menjadi salah satu pengalaman seru lainnya dan akan masuk ke dalam diary petualangan seru-ku. Mungkin bagi orang lain hanya pengalaman yang biasa tapi bagi saya merupakan pengalaman yang seru. Satu hal lagi, jika tidak terpaksa sekali, saya tidak ingin mengulanginya kembali ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun