Mohon tunggu...
Armin Mustamin Toputiri
Armin Mustamin Toputiri Mohon Tunggu... Politisi - pekerja politik

Menuliskan gagasan karena ada rekaman realitas yang menggayut di benak.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

ISIS "Menampar Muka" SBY

9 Agustus 2014   12:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:59 3067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318474" align="aligncenter" width="624" caption="Photo: kompas.com"][/caption]

ISIS, bukan ISSI (Ikatan Sepeda Seluruh Indonesia), dan juga bukan PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), terlebih lagi bukan semacam makanan “sosis” seperti diguraukan putri saya yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Mengemukakannya boleh bergurau seperti itu, tapi ISIS dalam kalimat panjang sebenarnya bersumber dari bahasa Inggris, “Islamic State of Irak and Suriah”. Media massa nasional menerjemahkan dengan kalimat “Negara Islam Irak dan Suriah”.

Kelompok sipil militan bersenjata ini, sudah sekian lama melakukan pergerakan untuk dapat merampas sebagian wilayah Irak dan Suriah untuk mendirikan Negara Islam berdaulat guna melapangkan jalan untuk menerapkan paham yang mereka yakini kebenarannya. Sekalipun demikian, pemberitaan di Indonesia tentang gerakan kelompok garis Islam keras itu, hanya sekilas saja, sehingga perbincangan masyarakat tentang ISIS juga sambil lalu.

Kalaupun di Indonesia ada perbincangan tentang ISIS, bukan pada soal paham yang dianut, tapi pada pola dan bentuk gerakannya yang serba brutal dan menakutkan, tetapi bagaimanapun letak kejadiannya sangatlah jauh jangkauannya dengan masyarakat Indonesia, jauh di kawasan Timur Tengah sana, sehingga tidak mendapat perhatian khusus, bahkan mungkin tak dipeduli. Paling jika dibincangkan hanya sebatas simbol-simbol Islam yang digunakan dalam kekerasan.

Namunsaatnya tiba ketika media “YouTube” menyiarkan video berdurasi delapan menit yang diunggah seorang pemilik akun bernama “jihadology” 22 Mei 2014, sontak ribuan pulau dimiliki Indonesia seolah terguncang. Jangankan masyarakat Indonesia yang lagi berada di pasar-pasar tradisional tiba-tiba terhentak, Presiden RI, SBY, tentu saja hanya mampu membelalakkan mata dan tak mengedipkannya lagi saat menyaksikan gambar seorang warganya berorasi di video itu.

Lelaki bersorban hitam dan bersenjata yang berorasi menggunakan bahasa Indonesia dalam video yang diberi judul “Join the Ranks” itu, menamai dirinya Abu Muhammad al-Indonesiy. “Ini merupakan kewajiban diperintahkan Allah, lakukan semua upaya Anda, menggunakan kekuatan fisik dan keuangan untuk mendukung berdirinya negara Islam” ujarnya dengan meyakinkan untuk mengajak ummat Islam Indonesia untuk ikut berjihad dengan kelompok mereka.

Pasca pengunggahan dan menyaksikan video itu, pemberitaan dan perbincangan di negeri ini tentang ISIS, tak terbendung lagi. Pada saat itulah, saya ingin terbuka mengatakan bahwa ISIS sesungguhnya telah “menampar muka” (dengan tanda petik) Presiden RI, SBY. Itu sebabnya, 04 Agustus 2014, SBY segera melakukan rapat darurat tentang Polhukam di Istana negara bersama sejumlah pejabat terkait untuk memberi rekasi cepat terhadap keberadaan ISIS di Indonesia.

Setelah itu seluruh negeri geger dan resah, disibukkan untuk mencari jejak kelompok garis keras yang mulanya diketahui hanya berada di negeri nun jauh disana, dari sisi pemberitaannya saja sudah menakutkan dan mengerikan, terlebih ketika belakangan diketahui jika sejumlah warga Indonesia pun ikut dalam kelompok itu. Kapolri, Jenderal Sutarman belakangan menjelaskan jika pihaknya telah mengidentifikasi pria dalam video itu adalah Bahrumsyah, buronan teroris.

Badan Intelejen Nasional (BIN) pun akhirnya menemukan jika di Lamongan, Jawa Timur, ada satu keluarga berjumlah tujuh orang, sebulan sebelumnya telah ikut dalam kelompok ISIS, dan kelompoknya berpotensi akan terus bertambah. Tapi meskipun demikian, pihak BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris), yakin jika ISIS tidak akan mendapat tempat di Indonesia karena akan mendapat penolakan dan berhadapan dengan masyarakat Indonesia yang agamis.

Tapi fakta lapangan berkata lain, semakin di telusuri lebih jauh hingga ke lorong-lorong sempit seluruh wilayah negeri ini, juga semakin ditemukan jika pengikut kelompok ISIS telah tumbuh sumbur di mana-mana. Di Palu-Sulteng dan Malang-Jatim misalnya, telah ditemukan beredar luas majalah al-Mustaqbal yang memuat visi, misi dan program-program yang diagendakan ISIS di masa datang. Semakin mengindikasikan jika ISIS telah bergerak jauh dan secara terbuka.

Semakin ISIS bermain terbuka, semakin menguatkan pernyataan saya sebelumnya bahwa ISIS memang benar-benar telah “menampar muka” (sekali lagi juga dengan tanda petik) SBY, sebab bagaimana mungkin paham, ajaran serta pengikut ISIS yang telah menjamur tumbuh di seluruh wilayah pelosok negeri, tetapi aparat yang berkait keamanan negara tidak mampu mendeteksi sejak dini. Andai video “Join the Ranks” itu tak terunggah, mungkin Indonesia berubah jadi ISIS.

Sebagai kepala Negara, SBY mestinya mengevaluasi kinerja para aparat mantan anggota AM Hendpriyono yang ada di BIN, kenapa bisa pengikut ISIS yang telah tumbuh luas berkecambah di wilayah nusantara, lalu tak terekam jejaknya oleh mereka. Kenapa bisa bendera ISIS pernah dikibarkan dalam suatu kali apel massa, luput dari pantauan mereka. Kenapa logo ISIS yang ada tergambar di dinding sebuah kampung di Solo, sudah tiga bulan ada di sana tapi dibiarkan.

Sekurang-kurangnya pertanyaan seperti itu menggayut dalam benak saya hingga kini, kenapa bisa Indonesia kecolongan yang berakibat pada apa yang saya lebih tepat menuliskannya telah “menampar muka” SBY, dengan tanda petik, sebagai kepala negera dan pemimpin tertinggi pemerintahan. Sementara aparat negara yang berwenang untuk itu, rasa-rasanya dan seolah tak pernah merasakan jika itu kealpaan, ketidakcermatan dan ketidakkonsistenan pada tugas.

Terbukti bahwa reaksi aparat berwenang datang belakangan setelah video “Join the Ranks” terunggah, padahal sejatinya aparat berwenanglah yang lebih awal bereaksi sebelum video Abu Muhammad al-Indonesiy itu terunggah. Kalau kenyataan seperti ini terus berlanjut, kengerian akan pola dan bentuk gerakan ISIS yang brutal, tak mustahil bakal menimpa bangsa ini. Presiden RI terpilih, memiliki tugas berat agar kelak tak “tertampar” lagi oleh ISIS atau semacamnya.

Makassar, 08 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun