Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembela Hak-hak Rakyat Tertindas Disebut “Tukang Gaduh”, Bukti Indonesia Masih Dijajah

3 Agustus 2016   14:34 Diperbarui: 3 Agustus 2016   14:38 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah (dari luar), perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

---

Dan pesan ini sudah sangat terlihat di depan mata kita saat ini. Dan Rizal Ramli bersama para aktivis pergerakan kerakyatan lainnya sudah sejak dulu dan hingga kini melakukan perlawanan terhadap penjajahan dari dalam negeri kita sendiri itu.

2. “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)

---

Dan pesan ini sangat jelas-jelas disadari dan dihayati serta diamalkan oleh Rizal, yakni misalnya, ketika sebagai Menko Kemaritiman dengan sengitnya ia “melawan keserakahan” PT. Freeport, juga memperjuangkan hak-hak ekonomi rakyat Maluku yang menghendaki lokasi pembangunan Kilang Gas Blok Masela secara onshore, juga perjuangan penolakan Rizal Ramli soal reklamasi Pantai Utara, dan masih banyak lagi.

3. “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa."

---

Dan pesan ini menjadi kekuatan tersendiri bagi Rizal Ramli untuk lebih memilih “tunduk” dan berpihak kepada kepentingan rakyat dengan cara tetap menyuarakan dan meneriakkan kebenaran meski berada di dalam pemerintahan, sekali pun jabatan harus menjadi taruhannya.

 

4. “Aku Lebih suka lukisan SAMODRA yang BERGELOMBANGNYA MEMUKUL, MENGGEBU-GEBU, daripada lukisan sawah yang ADEM AYEM TENTREM, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase (seperti tersiram air yang sudah (di)diam(kan) selama sewindu (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun