Dan benar saja, Rizal Ramli memang benar-benar tampil beda dibanding menteri-menteri lainnya, yakni dengan mampu memperlihatkan kualitasnya, --bukan hanya khusus selaku Menko, tetapi juga secara umum sebagai pejabat negara sejati yang setiap tindakan serta kebijakannya senantiasa berpihak untuk kepentingan dan kemajuan bangsa dan negara ini.
Makanya kehadiran Rizal Ramli di lingkungan pemerintahan saat ini membuat pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan “terselubung” merasa sangat terganggu. Namun sebaliknya, publik justru menilai bahwa kehadiran Rizal Ramli di dalam pemerintahan saat ini sangat membantu Presiden Jokowi, terutama dalam hal membantu mewujudkan Trisakti dan nawacita.
Khusus mengenai salah satu tugas yang diemban oleh Rizal Ramli, Dwelling Time, misalnya. Saat ini pada dashboard online sistem informasi di Tanjung Priok menunjukkan 3,35 (sempat mencapai titik 2,80) hari. Menurut Ketua Satgas Dwelling Time, Agung Kuswandono, capaian dwelling time tersebut sudah memenuhi target, bahkan telah melebihi target pertama Presiden Jokowi yang mematok angka 4,7 hari. (Untuk memantau progres Dwelling Time ini, silakan dikunjungi dashboard online Tanjung Priok).
Tidak mudah mencapai target Dwelling Time tersebut. Ada banyak masalah dan tantangan dalam pencapaiannya, termasuk Rizal Ramli harus dengan tegas memasang badan menghadapi mafia-mafia pelabuhan yang tak senang jika Dwelling Time ditekan.
Kembali mengenai upaya dan langkah-langkah pembangunan kemaritiman yang sedang digiatkan, Rizal Ramli pun hingga saat ini telah memunculkan sejumlah kebijakan dan kegiatan yang tidak lain adalah sebagai proses kebangkitan kejayaan Indonesia sebagai negara maritim, mulai dari pemberian wawasan kemaritiman kepada generasi muda dengan mengajak langsung “bersentuhan” dengan laut, hingga dengan membangun infrastruktur lainnya.
Pada sebuah kesempatan, Menko Rizal Ramli pernah menyatakan, bahwa Tol Laut yang digagas oleh Presiden Jokowi bukan hanya bermakna lalu-lalangnya kapal-kapal di perairan nusantara, namun lebih daripada itu Tol Laut adalah terbangunnya konektivitas antarpulau di negeri maritim sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah pesisir atau pinggiran.
Dan konektivitas antar wilayah tersebut, pada akhir tahun 2015 dan awal 2016, pemerintahan Jokowi telah menyelesaikan pembangunan 27 pelabuhan laut, 4 pelabuhan penyeberangan, 7 bandara baru, 12 bandara pemugaran, dan terdapat 68 pelabuhan laut lagi yang tersebar di Maluku, Papua, NTT, serta Sulawesi (Sumber)
Sektor pariwisata yang juga menjadi salah satu bagian di bawah koordinasi Menko Kemaritiman dan Sumberdaya, pun tak luput menjadi perhatian besar Rizal Ramli. Selain membebaskan Visa kunjungan ke Indonesia kepada 131 negara, Rizal Ramli juga saat ini sedang menggodok 10 titik destinasi wisata agar dapat dikelola secara khusus dengan membentuk Badan Otorita Pariwisata (BOP).
Selain itu, Rizal Ramli juga telah memunculkan sebuah gagasan “Sustainable Ocean dan Blue Economy” yang salah satunya telah diimplementasikan dalam bentuk memoles desa nelayan menjadi Desa Wisata. Dalam konteks ini dapat digambarkan, bahwa ketika nelayan tak bisa melaut karena misalnya ombak yang sangat tinggi, maka nelayan tersebut tak mesti menganggur dan berdiam diri hingga harus kehilangan penghasilan. Mereka (nelayan) sambil menunggu kondisi laut kembali tenang, bisa secara kreatif memanfaatkan keunggulan desanya yang telah menjadi objek wisata pantai.
Saat menghadiri World Ocean Conference (WOC), di Lisboa-Portugal, baru-baru ini, Rizal Ramli sempat memaparkan gagasan “Sustainable Ocean and Blue Economy” tersebut. Dan gagasan itupun disambut baik oleh seluruh peserta WOC. Terlebih lagi ketika para peserta WOC mengetahui adanya keseriusan besar pemerintah Indonesia dalam membangkitkan kejayaan maritim Indonesia melalui Menko Kemaritiman, membuat kemudian sejumlah negara pun menyatakan ingin menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam memajukan dunia kemaritiman.