Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Pemuda Lumpuh dan Jurus Rajawali Rizal Ramli Ngepret

10 November 2015   17:51 Diperbarui: 10 November 2015   18:21 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


(Foto: Koleksi Abdul Muis Syam)

NURDEN adalah pemuda yang kini berusia 27 tahun. Ia lahir dan bermukim di Desa Krandegan, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Tetapi selama 14 tahun ini, Nurden hanya bisa melalui hari-harinya di dalam kamar berukuran 1,5 x 2,5 meter.

Sebab, saat usia 13 tahun, Nurden telah menderita sakit lumpuh seluruh badan. Dan sejak itu hingga sekarang, Nurden merasa hidup bagai burung yang sekarat di dalam sangkar.

Dari balik jendela kamarnya, Nurden hanya bisa terduduk lemas, menatap kesibukan teman-temannya dan orang-orang lain yang lalu-lalang dengan bebasnya.

Kelumpuhan yang dialami Nurden membuat masa-masa indah remajanya hilang. Perjalanan pendidikannya pun terpaksa kandas. Bahkan, pemuda yang lahir tepat pada hari Bhayangkara itu tak bisa lagi menggapai cita-citanya untuk dapat menjadi tentara atau seorang polisi. Hingga kesempatan untuk dapat membantu dan membahagiakan kedua orangtuanya pun hilang seketika.

Nurden sangat sedih dan merasa hanya menjadi beban dalam menjalani hidupnya. Sebab sebelum Nurden lumpuh, ekonomi kedua orangtuanya memang sudah tergolong lemah. Lalu ketika Nurden menderita kelumpuhan, ekonomi kedua orangtuanya pun ikut lumpuh dan tambah terpuruk. Sementara ayah Nurden, Fakhrurozi (77), hanya sebagai seorang petani yang harus menghidupi 5 orang anaknya.

Hati Nurden makin merasakan kesedihan karena tak tahan melihat pengorbanan kedua orangtuanya. Sejak awal terkena penyakit lumpuh, kedua orangtuanya telah membawanya ke rumah sakit Pekalongan. Sayangnya, pihak di rumah sakit ini mengarahkan agar Nurden dibawa ke Rumah Sakit Kardinah-Tegal.

Namun ketika itu di Rumah Sakit Kardinah, Nurden lagi-lagi dirujuk ke RSU Semarang. Namun orangtua Nurden terpaksa harus angkat tangan karena tak sanggup dengan besarnya biaya pengobatan di rumah sakit tersebut, meski telah menjual sawah-padi miliknya, sehingga Nurden pun terpaksa dibawa pulang kembali ke rumahnya, di Desa Krandegan.

Dan sejak itulah Nurden hanya mendapatkan pengobatan tradisional seadanya. Dan meski telah dilakukan secara maksimal, namun pengobatan secara tradisional itu samasekali tidak mendatangkan perubahan terhadap sakit yang diderita oleh Nurden. Ia dan orangtuanya pun pasrah, dan hanya bisa setiap hari berdoa kepada Tuhan. Apalagi ayah Nurden yang tadinya sebagai petani sawah-padi, kini hanya bisa menggarap kebun menanam singkong.

Kesedihan Nurden makin tak terbendung ketika melihat ibunya (Ibu Baeah, 75 tahun) yang setiap hari mengurus dirinya, tanpa lelah dan tanpa mengeluh sedikit pun. Pada usia tua seperti itu, menurut Nurden, ibunya seharusnya sudah lebih banyak istirahat dan menunggu bantuan dari anak-anaknya. “Tetapi sampai pada usiaku seperti ini saya tetap diurus oleh ibu yang sudah tua. Kasihan ibu..,” tutur Nurden.

Nurden bahkan mengaku pernah berkali-kali berpikir untuk bunuh diri. Untung saja pemikiran seperti itu buru-buru bisa disadari Nurden sebagai cara yang tidak dibenarkan oleh Tuhan. “Kalau saja bunuh diri bukan dosa, maka sudah saya lakukan. Lagi pula saya tidak ingin mati sebelum bisa membahagiakan kedua orangtuaku,” ujar Nurden.

Hal lain yang membuat Nurden sedih adalah di saat kedua orangtuanya dililit kesusahan ekonomi dan miskin seperti itu, harga-harga kebutuhan hidup malah semakin tinggi. Sehingga itu Nurden mengaku sangat membenci dan mengutuk pejabat-pejabat yang hanya pandai menghambur-hamburkan uang negara dan merampok hak rakyat di saat rakyatnya masih banyak yang miskin dan menderita sakit seperti dirinya.

Namun ada hal ajaib yang dialami Nurden. Yakni, sekitar dua bulan lalu, tangannya benar-benar bisa kembali digerakkannya dengan sempurna. Kala itu, ia sedang menonton berita di televisi usang yang sengaja diletakkan di dalam kamarnya.

Memang, tangan Nurden 3 tahun lalu sudah bisa digerakkan sedikit-sedikit. Namun pada dua bulan lalu itu, tiba-tiba dengan spontan langsung terkepal, dan secara refleks terangkat mengikuti semangatnya hingga benar-benar bisa bergerak dengan sempurna. Yakni ketika menyaksikan dan mendengar berita tentang sosok Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman yang dengan beraninya menolak rencana sejumlah pejabat negara yang dinilai tidak pro rakyat.

Nurden mengaku bahwa hatinya sangat senang mendengar ada pejabat seperti Rizal Ramli. Saking senangnya, seketika itu juga semangat Nurden meluap, sampai-sampai tak disadarinya tangannya langsung mengepal dan bergerak bagai menyaksikan pertandingan sepak bola.

Betapa tidak, selama 14 tahun dalam kelumpuhannya, Nurden sebagai rakyat merasa hidup dalam negara yang tak punya pemimpin serta tak punya pejabat negara yang berpihak kepada rakyat kecil seperti dirinya.

Olehnya itu, selama 14 tahun pula Nurden tak lagi berharap kepada pejabat-pejabat negara yang hanya lebih banyak sibuk memburu kepentingan sendiri-sendiri, menyusahkan rakyat dengan menaikkan harga BBM, sembako, membeli pesawat, berutang dari luar negeri, memperpanjang kontrak Freeport, serta lain sebagainya. Dan hal-hal inilah di antaranya yang membuat hati Nurden bertambah sakit dan sedih.

Namun Nurden mengaku sangat senang, semangat hidupnya tiba-tiba bangkit ketika menyaksikan secara langsung di televisi adanya pejabat bernama Rizal Ramli yang baru dilantik sebagai Menko, namun sudah langsung tampil bagai Rajawali yang berani mengepret rencana pembelian pesawat dengan alasan masih banyak rakyat yang susah; mengepret rencana pembangunan listrik 35 ribu Megawatt dengan alasan berlebih-lebihan dan mubazir; menolak perpanjangan kontrak Freeport dengan alasan hanya lebih banyak menguntungkan asing.

Selain bersyukur, Nurden juga merasa berterima kasih kepada Presiden Jokowi yang telah mengangkat sosok seperti Rizal Ramli sebagai salah satu Menko. Sebab Nurden selama ini mengira bahwa negara ini tak lagi punya pemimpin dan pejabat negara yang betul-betul berani tampil berjuang untuk kepentingan rakyat. Namun ternyata pandanganya tersebut salah setelah Rizal Ramli diangkat sebagai Menko.

Jika semua menteri dan pejabat negara bisa seperti Rizal Ramli, maka Nurden yakin mimpi-mimpi indah rakyat miskin dan yang menderita seperti dirinya akan segera terwujud. Olehnya itu, Nurden sangat berharap kelak selanjutnya orang seperti Rizal Ramli lah yang sangat patut untuk didukung dan dipilih sebagai pemimpin di negeri ini. Dan kesempatan tampilnya pejabat seperti Rizal Ramli pada saat ini, menurut Nurden, hendaknya tidak disia-siakan oleh Presiden Jokowi dan juga seluruh rakyat Indonesia.

Saat ini, meski setengah badan Nurden masih lumpuh, namun kini Nurden bersyuklur sudah bisa menggerakkan jari-jarinya menyentuh dan memainkan Hand-phone android bekas sebagai hadiah dari orangtuanya. Ia sudah bisa menjelajah di dunia maya mencari teman dan berbagi rasa di media sosial, seperti di Facebook, Black-Berry Messenger, dll.

Meski begitu, Nurden tetap berharap ekonomi Indonesia bisa segera membaik agar kehidupan rakyat kecil juga bisa ikut membaik. Begitu pun dengan kelumpuhannya, Nurden sangat berharap ada pihak-pihak yang ikhlas mengulurkan bantuan untuk kesembuhannya seperti sediakala, seberapa pun itu ia ingin kumpulkan untuk biaya pengobatan sekaligus mengurangi beban kedua orangtuanya. Semoga!

---(Kisah ini langsung dicurahkan oleh Nurden kepada penulis, Abdul Muis Syam, via BBM)---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun