Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Semua “Barang” Jadi Bagus di Tangan Rizal Ramli

4 April 2015   13:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:33 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

VII. Sebagai Menteri Keuangan (Juni-Juli 2001)
Dr. Rizal Ramli harus diberi tugas secara fokus sebagai Menteri Keuangan salah satunya karena Presiden Gus Dur tak punya orang pilihan lain yang bisa dipercaya untuk dapat membenahi kondisi managemen di kementerian keuangan. Pada 13 Juni 2001, Dr. Rizal Ramli pun dilantik menjadi Menteri Keuangan.

Meski sangat singkat, namun Rizal Ramli mampu memperlihatkan kinerja yang amat memuaskan. Sayangnya, Presiden Gus Dur akhirnya ditumbangkan oleh pergesekan politik dan pergolakan yang membabi-buta dari kalangan politisi secara tidak sehat.

~ Juni-Juli 2001:
1. Sebagai Menteri Keuangan, Rizal Ramli berhasil menyelesaikan pembahasan mengenai revisi APBN 2001 dengan DPR. Proses pembahasan budget ini merupakan pembahasan tercepat dalam sejarah Indonesia, hanya memerlukan waktu 3 hari, yakni 13-16 Juni 2001.

2. Meningkatkan target-target internal dari direktorat-direktorat jenderal yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan, sebesar 10-20%. Peningkatan target-target internal tersebut terutama dari segi penerimaan, seperti pada Ditjen Bea Cukai, Ditjen Pajak, Ditjen Pembinaan BUMN, dan BPPN.

3. Menyelesaikan pembahasan mengenai Undang-undang Perhitungan Anggaran Negara 1999/2000.

4. Memulai pembahasan RUU mengenai Badan Peradilan Pajak.

5. Berhasil menyelamatkan Bank Internasional Indonesia (BII) dari “pendarahan” (bleeding) danrush yang melilit tanpa mengeluarkan biaya dari negara.

VIII. Sebagai Komisaris Utama PT. Semen Gresik Tbk (September 2006-2008)
Begitu diangkat menjadi Komisaris Utama PT. Semen Gresik (SG) Tbk, Dr. Rizal Ramli langsung bergerak cepat. Sebagai wakil pemegang saham pemerintah di PT SG, bisa saja Rizal Ramli sekadar duduk manis dan menyerahkan beban tugas dan operasional perusahaan kepada direksi.

Tapi, itu tak ingin dilakukannya. Sebab selama ini, di mana pun Rizal Ramli ditempatkan, ia selalu ingin meninggalkan jejak yang baik. Ia bertekad tak ingin menjadi komisaris asal-asalan, ia ingin memberikan kontribusi dan nilai tambah demi kemajuan PT SG. Apalagi memang, sudah menjadi kebiasaan Rizal Ramli, tangannya selalu gatal untuk melakukan perbaikan dalam tempo cepat.

Bergerak cepat dan dalam tempo yang cepat pula sudah dibuktikannya ketika membenahi Bulog dalam tempo enam bulan. Juga, membereskan sekian banyak agenda yang amat berat dan rumit ketika diberi amanah sebagai Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan.

Sehingga ketika diminta menjadi Komisaris Utama PT SG, Rizal Ramli pun tentunya tak kaku lagi harus mulai dari mana untuk melakukan pembenahan dan memajukan PT. SG agar menjadi salah satu BUMN terbaik di Indonesia.

Kondisi awal PT. SG ketika Rizal Ramli diberi tugas sebagai Komisaris Utama cukup memprihatinkan. Yakni sebagai produsen semen terbesar di Indonesia, nilai perusahaan (entreprise value) PT SG cuma sekitar US$ 100/ton. Ini kalah jauh oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP), yang enterprise valuenya mencapai US$ 150/ton. Bahkan, dibandingkan dengan PT Holcim pun, enterprise value PT SG masih kalah. Enterprise value Holcim mencapai US$ 130/ton. Padahal, kapasitas produksi Holcim jauh lebih kecil ketimbang PT SG, dan perusahaan itu mengidap beban utang yang berat.

Maka Rizal Ramli pun menempuh langkah-langkah pembenahan. Pertama, memangkas biaya transportasi dan distribusi. Komponen biaya transportasi dan distribusi tergolong besar dalam industri semen. Karena itu, sebagai Komisaris Utama, Rizal Ramli meminta direksi PT SG memangkas biaya distribusi dari sekitar 30% menjadi 20% saja.

Kedua, penurunan biaya energi yang porsinya 44% dari total biaya. “Komisaris minta direksi membentuk task force yang khusus mencari alternatif langkah yang bisa dilakukan agar biaya energi ini bisa dipangkas dari 44% menjadi di bawah 30%,” kata Rizal ketika itu.

Ketiga, meningkatkan kapasitas produksi lewat optimalisasi operasional. Sebab, masih ada pabrik-pabrik yang belum beroperasi secara optimal, yaitu kurang dari 300 hari per tahun. Dan yang tak kalah pentingnya adalah menjadikan PT SG Group sebagai sebuah perusahaan yang terkonsolidasi dan terintegrasi. Jadi, kelak diharapkan SG Group akan tampil sebagai sebuah perusahaan semen dengan tiga merek: Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa.

Rizal Ramli meminta Direksi untuk mengambil inisiatif supaya terjadiintegrasi,baik secara strukturorganisasi,finansial, legal,maupunfisik.Manfaatdariintegrasiini, menurut Rizal Ramli, adalahuntukmenghindari overlapping,sehinggaakanterciptaefisiensidalammarketing,distribusi, dan sebagainya.

Dalam menjalankan tugasnya, Rizal Ramli memandang sebagai komisaris bukan lagi jabatan proforma yang penuh privellege, melainkan jabatan kunci guna menggariskan arah dan kebijakan strategis perusahaan yang mesti dijabarkan oleh manajemen. Dan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Buktinya, ketika Direksi PT SG mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2007, terjadi proses bolak-balik lebih dari 20 kali. Intinya, komisaris menghendaki agar dalam RKAP 2007 itu tercermin upaya perbaikan kinerja yang signifikan.

“Saya menghendaki kinerja PT SG meningkat pesat. Karena itu, target-target yang rendah harus direvisi,” kata Rizal.

Apa boleh buat. Jika tadinya proses persetujuan RKAP di PT SG biasanya berlangsung cepat, kali ini terpaksa mesti mondar-mandir antara direksi dan komisaris. Maklum, Rizal Ramli tidak mau begitu saja membubuhkan tandatangan tanda persetujuan. Semua angka dipelototi secara seksama.

Kalau direksi menetapkan target peningkatan kinerja berdasarkan pengalaman historis masa lalu, dan angka-angka peningkatannya sangat moderat, Rizal Ramli justru menghendaki peningkatan kinerja yang tinggi.

Menurutnya, peningkatan kinerja itu bisa didorong oleh tiga faktor utama. Pertama, programpenurunanbiayayangsignifikan.Kedua,peningkatanefisiensi operasional lewat peningkatan hari kerja pabrik-pabrik yang masih rendah.

Semua harus dipacu menjadi di atas 300 hari kerja, mengikuti standar industri semen internasional di mana hari kerja pabrik bisa mencapai 340 hari. Sedangkan sisanya 20 hari lagi dipakai untuk perawatan dan perbaikan mesin-mesin.

Ketiga, peningkatan yield/ton marketing lewat integrasi dan konsolidasi grup perusahaan. Jadi, perang harga dan persaingan pemasaran antar anak-anak perusahaan sama sekali tidak dibenarkan. Yang ingin dicapai adalah sebuah perusahaan dengan tiga brand semen yang diterima konsumen.

Kerja keras dan sikap “keras” Rizal Ramli berbuah manis. Semen Gresik pun mampu tampil sebagai salah satu BUMN terbaik, dengan menempati peringkat ke-7. Padahal, sebelumnya PT SG selalu tercecer di luar 20 besar.

Laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) naik dari Rp. 2,3 Triliun menjadi Rp 2,8 Triliun. Laba bersih tahun 2007 juga melonjak 37%dari Rp 1,3 (pada tahun 2006 ) triliun menjadi Rp 1,8 Triliun. Dan inilah kinerja terbaik sepanjang sejarah berdirinya PT Semen Gresik.

Dengan kinerja yang cemerlang itu, tak aneh jika berbagai penghargaan jatuh ke pelukan PT Semen Gresik pada tahun 2007, berupa dua penghargaan dari Finance Asia Magazine; memperoleh Top Brand Award 2007 versi Majalah Marketing, meraih tiga penghargaan internasional pada International Convention on Quality Control Cycle (ICQCC), yaitu Excellent Award, Gold Award & Countryy’s Best Award, di Beijing, China; meraih empat medali emas pada Indonesian Quality Convention 2007 di Bogor dan Semarang; serta penghargaan Best BUMN 2007 kategori industri semen dan pupuk dari Majalah Investor.

Serangkaian pernghargaan itu merupakan pengakuan akan kinerjaPT Semen Gresik yang amat positif. Memasuki tahun 2008, program peningkatanefisiensidanproduktivitasterusdigenjot.Hasilnya,angka penjualan produk Semen Gresik meningkat 12,1%, dari 6,5 juta ton pada periode Januari-Mei 2007, menjadi 7,3 juta ton pada periode yang sama tahun 2008 ini.

Sementara, angka pendapatan juga meningkat 22% dari Rp.2,1 Triliun (Januari-Maret 2007) menjadi Rp 2,56 triliun (Januari-Maret 2008).

Laba bersih melonjak 36% dari Rp 330 Miliar menjadi Rp 515 Miliar. Pada bulan Mei 2008, Semen Gresik mencapai kinerja terbaik sepanjang sejarah. Dengan penjualan Rp 1,53 Triliun, Semen Gresik mencetak laba usaha Rp 322 Miliar, atau meningkat 51% dibandingkan laba usaha bulan Mei 2007.

Sementara EBITDA juga mencapai Rp.335 Miliar, atau naik 42% dibandingkan EBITDA Mei tahun 2007 yang besarnya 235 Miliar.

Dari segi enterprise value juga membanggakan. Jika tadinya PT SG Group berada di bawah industri semen pesaingnya, kini posisinya sudah berada di urutan pertama.

Pada bulan Juni 2007, misalnya, valuasi terhadap enterprise value PT SG meningkat drastis dari sekitar US$ 100/ton menjadi US$ 186/ton. Sudah melempaui enterprise value para pesaingnya.

Kehadiran dan peran Rizal Ramli sebagai Komisaris Utama memang membawa angin segar bagi perubahan arah dan perbaikan kinerja PT SG. Padahal, industri semen merupakan old industry (industri tua), sehingga takbanyak tersedia ruang untuk melakukan perbaikan dibandingkan dengan industri baru yang sedang tumbuh (new industry).

Peningkatan enterprise value ini tak lepas dari sosok dan kredibilitas Rizal Ramli serta dukungan kuat dari anggota Komisaris lain, Dewan Direksi dan para karyawan. Biasanya, para investor selalu mendiskon cukup besar dalam valuasi terhadap sebuah BUMN (BUMN discount). Maklum, citra BUMN hingga kini masih amat lekat dengan label tidak efisien, salah urus, dan sederet citra negatif lainnya, sehingga membentuk persepsi yang miring terhadap BUMN.

Nah, kehadiran Rizal Ramli di PT SG ketika itu benar-benar mampu membalikkan persepsi itu, sehingga menjadi berkonotasi positif. Akibatnya, PT SG pun mendapat penilaian premium dibandingkan dengan industri sejenis.

Karena ketika itu PT SG belum pernah di-rating, dan mengingat kinerja PT SG yang bagus sepanjang 2007, maka komisaris pun meminta agar direksi mengundang lembaga rating internasional untuk me-rating PT SG.

Hasilnya, berdasarkan penilaian Moodys, per Oktober 2007, rating PT SGBa2 dengan prospek stabil. Rating itu dua tingkat di atas peringkat rating Republik Indonesia. Padahal, mayoritas perusahaan di Indonesia pada umumnya tidak ada yang mampu menyamai rating Republik Indonesia.

Hanya ada dua perusahaan Indonesia yang memiliki rating setara dengan PT SG, yakni PT Telkomsel dan Indosat. Dan itu mudah dipahami mengingat industry seluler dan telekomunikasi merupakan industri yang memang sedang tumbuh, sehingga bisa menjadi mesin uang. Yang tak kalah pentingnya, di Telkomsel dan Indosat juga terdapat kepemilikan pemerintah Singapura lewat Temasek dan STT.

Tidak sia-sia pemerintah menempatkan Rizal Ramli sebagai Komisaris Utama PT SG. Sebab, kehadirannya mampu membawa perubahan yang amat nyata bagi perbaikan kinerja PT SG.

Hal itu juga menunjukkan, bahwa dimanapun Rizal Ramli ditempatkan, dia selalu punya energi untuk melakukan terobosan guna memperbaiki kondisi lingkungan kerjanya. Termasuk kini sebagai Komisaris Utama di PT. Bank Negara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun