Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prof. Nelson: Konvensi Capres Rakyat adalah Demokrasi Kualitatif

12 November 2013   22:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:15 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="511" caption="Prof. DR. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd (Sumber: photobucket.com)"][/caption] KONVENSI Capres Rakyat itu memberi ruang kepada rakyat untuk beraspirasi yang benar tanpa ada rekayasa atau tanpa kepentingan latar-belakang. “Saya kira itu pikiran positif dari saya yang pertama,” ujar Tokoh terkemuka pada dunia Pendidikan di Gorontalo, Prof. DR. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd kepada Majalah Perubahan (Media Bentor Group), Selasa (12/11/2013). Selanjutnya yang kedua, kata Prof. Nelson, Konvensi Capres Rakyat itu juga memberi ruang bagi calon-calon yang lain bisa muncul di luar dari yang sedang dimunculkan oleh pihak parpol. “Kemudian yang ketiga, bagi saya ini pembelajaran dan pencerahan politik bagi masyarakat bagaimana memilih yang benar sesuai dengan kepentingan negara dan kepentingan bangsa ini,” ujar mantan Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) itu. Konvensi capres yang dilakukan oleh parpol selama ini, katanya, tidak transparan. Misalnya mengenai kriterianya dan sebagianya, itu tidak dilakukan secara langsung (terbuka) kepada masyarakat. “Padahal yang namanya konvensi itu membuka kesempatan seluas-luasnya kepada orang yang punya potensi, dan diproses sesuai dengan kriteria yang tentunya kita bangun demi kepentingan rakyat (bukan kepentingan parpol),” ujar Ketua Presidium Nasional Pembentukan Provinsi Gorontalo ini Menurut Guru Besar UNG kelahiran 24 Desember 1962 ini, Konvensi Capres yang selama ini dilakukan oleh parpol itu tidak terbuka dan tidak memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat agar bisa menghidupkan demokrasi di negeri ini. Padahal, kemungkinan-kemungkinan potensi negara (SDM) kita saat ini begitu besar dan tersebar di mana-mana,” katanya. Prof. Nelson yang kini aktif sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMG) ini juga mengungkapkan, bahwa pengalaman di mana-mana orang yang tidak punya partai itu masuk menjadi calon amat sulit. Karena harus ada mahar, harus bayar dan sebagainya. Padahal kalau dilihat ada orang yang bisa terterima menjadi pemimpin terbaik, tetapi karena terkendala oleh mahar maka orang itu pun tak diterima oleh parpol. Dan jika itu yang selalu terjadi, menurut Prof. Nelson, maka apa yang selama ini dikatakan bahwa parpol itu tidak mencetak pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas, itu dengan sendirinya terbukti. Terlebih ketika yang dihasilkan oleh Komite Konvensi Capres Rakyat itu ditolak oleh parpol. Prof. Nelson mengatakan, demokrasi hari ini lebih banyak mengarah kepada demokrasi kuantitatif (popularitas) yang hanya mengandalkan perolehan suara, tapi tidak pada demokrasi yang kualitatif. Sehingga ini perlu dipadukan antara Demokrasi kuantitatif dan kualitatif agar mampu benar-benar melahirkan pemimpin yang diharapkan oleh bangsa ini. Kualitatif, katanya, seperti saat ini yang sedang dilakukan oleh Komite Konvensi Capres Rakyat, yang tentunya akan menekankan pada dua cara, yakni kriteria dan proses yang sesuai dengan keinginan rakyat. Sehingga boleh diyakini, bahwa dari sini (Konvensi Rakyat) tentunya akan melahirkan calon presiden yang betul-betul terbaik menurut rakyat, bukan terbaik menurut parpol tertentu. Padahal, menurut Prof. Nelson, Konvensi Capres yang dilakukan saat ini oleh rakyat (Konvensi Rakyat), itu adalah mengarah kepada Demokrasi Kualitatif. Sehingga hasil Konvensi Rakyat ini akan sangat dahsyat jika dimasukkan (dipadukan) ke dalam parpol untuk mendukung Demokrasi Kuantitatif-nya. Artinya, apabila calon-calon yang dihasilkan dari proses demokrasi kualitatif (Konvensi Rakyat) ini berhasil dimasukkan ke dalam parpol untuk diusung, maka menurut Prof Nelson, itu akan menjadi dahsyat karena akan berpadu kekuatan demokrasi kualitatif dengan kekuatan demokrasi kuantitatif (yang berhubungan dengan perolehan suara). “Tetapi kalau memang parpol itu tidak mau menerima (hasil Konvensi Rakyat), maka menurut saya, itu menunjukkan bahwa parpol tersebut lebih mementingkan dirinya, bukan bangsa. Dan yang kedua, dia (parpol) tidak menjadi media mencetak pemimpin sesuai selera rakyat, tetapi hanya menurut selera parpol saja,” katanya. Prof Nelson yang kini sebagai Ketua PGRI Provinsi Gorontalo ini juga menyatakan dukungannya kepada para tokoh nasional yang kini bertindak sebagai komite Konvensi Rakyat. Sebab, menurutnya, Konvensi Rakyat ini adalah sebuah langkah perubahan dan sekaligus merupakan proses pencerahan dan pendewasaan buat rakyat dan juga kepada parpol. Jika parpol masih saja begini-begitu (mengecewakan rakyat), maka akan ditinggal oleh rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun