Penguasa yang enggan memaknai bencana yang terjadi saat ini sebagai sebuah peringatan atau teguran keras dari Tuhan, adalah lebih patut disebut penguasa korup lagi angkuh. Penguasa seperti itu merasa hanya dirinya yang lebih benar, sementara yang lain salah semuanya. Dan, penguasa seperti ini tak jarang berprasangka buruk kepada warganya, bahkan boleh jadi memandang sejumlah warganya sebagai musuh yang harus disingkirkan.
Sehingganya, tak usah heran apabila tuntutan dan keluhan yang telah banyak diwarnai dengan tangisan dan jeritan penderitaan dari rakyat pun lebih banyak tak bermakna apa-apa lagi di hadapan penguasa korup.
Sebab di mata penguasa seperti ini, siapa pun yang mengkritik dengan tajam, maka itu adalah musuh. Lalu bagaimana apabila Tuhan juga ikut melakukan kritik keras melalui sebuah “somasi” (teguran) berupa bencana (misalnya banjir) kepada penguasa seperti ini? Apakah Tuhan juga dianggapnya musuh…??? Atau apakah penguasa korup itu memandang bencana adalah sama sekali bukan sebuah peringatan dan teguran…???
Nampaknya, penguasa korup dan angkuh tentu akan membantah keras jika dikatakan bencana yang terjadi seperti saat ini adalah sebagai somasi (peringatan/teguran) langsung dari Tuhan untuk mereka. Sebab, di mata mereka, bencana hanyalah sebuah peristiwa alam yang biasa terjadi karena adanya pengaruh alam dan kondisi cuaca yang berubah secara ekstrem.
Jika hanya memaknai bencana seperti itu, maka itu sama halnya dengan tidak mengakui bencana sebagai sebuah “somasi” (teguran dan peringatan) dariTuhan.
Padahal somasi (teguran dan peringatan) Tuhan berupa bencana dapat kita temui secara jelas dalam al-Quran Surah 27 (an-Naml) ayat 58: “Dan Kami turunkan hujan atas mereka, maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu.”
Lihatlah hujan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah dapat berupa hujan air yang mengakibatkan banjir dan longsor, dan juga hujan debu serta awan panas dari gunung meletus. Dan hujan itulah yang dimaksud sebagai hujan buruk yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan.
Dan inilah beberapa perilaku pemimpin (penguasa) dan juga tingkah rakyat yang bisa mengundang datangnya “somasi” Tuhan di dalam sebuah negeri :
1. Pemimpin yang lalai dan ingkar terhadap janji-janjinya, dan melanggar sumpah yang telah diucapkannya, atas nama Tuhan.
2. Pemimpin lebih cenderung mengutamakan kepentingan kelompok, keluarga dan dirinya sendiri.
3. Pemimpin gemar menggerogoti dan “melahap” uang yang menjadi hak rakyat.
4. Rakyat senang melakukan kegiatan maksiat.
5. Rakyat sering melawan pemimpin berprilaku baik yang jauh dari sikap tercela seperti korupsi dan lain sebagainya.
6. Rakyat mendukung dan memilih seseorang yang tidak pantas menjadi pemimpin hanya karena pengaruh uang serta suku. Juga menjauhi orang-orang yang layak menjadi pemimpin, dan bahkan menghambat sejumlah orang yang pantas untuk tidak menjadi pemimpin.