DI penghujung tahun 2013, ada “kesepakatan” antar-elit politik (termasuk pemerintah) di negeri ini yang “sepakat” menunjuk tahun 2014 sebagai tahun politik. Dan ini menunjukkan, bahwa apapun yang dilakukan oleh mereka (pemerintah beserta para elit parpol) di tahun ini tentunya adalah semata untuk mendapatkan “timbal-balik”.
Artinya, bukan di dasari karena tugas dan kewajiban, melainkan adalah agar dapat meraih simpatik rakyat.
Dan hal ini sekaligus menunjukkan, bahwa di benak mereka ternyata hanyalah dipenuhi dengan ambisi-ambisi untuk memburu dan meraih kekuasaan pada Pemilu 2014.
Sehingga betapa sangatlah menyedihkan dan sungguh tidaklah berperi-kebangsaan jika tahun 2014 ini hanya dihabiskan oleh para elit (pemerintah dan wakil rakyat) untuk saling menonjolkan keangkuhan dan “kejantanannya” di dunia politik, sementara ekonomi rakyat dan negara pada saat ini sungguh masih sangat memalukan kondisinya, yakni mandul.
Harusnya, tahun 2014 bagi pemerintah dan wakil rakyat hendaknya mati-matian dijadikan sebagai tahun penuntasan masalah-masalah pembangunan (terutama mengenai ekonomi rakyat) yang kenyataannya masih dalam kondisi terpuruk. Namun sayangnya, itu tidak dilakukan?!
Padahal tidak sedikit tokoh nasional, aktivis mahasiswa, serta para pegiat LSM yang sejauh ini telah mendesak pemerintah agar dapat fokus menyelesaikan tugas dan kewajibannya yang masih begitu banyak yang belum tuntas. Bahkan sejumlah tokoh nasional, seperti DR. Rizal Ramli acapkali menawarkan dan mengajukan resolusi yang diikuti alternatif pemecahannya, namun tetap tidak diindahkan oleh penguasa, terutama bagi Presiden SBY.
Pemerintah bersama elit parpol (wakil rakyat) selama ini bahkan kelihatannya hanya lebih tertarik dan sangat serius melakukan langkah-langkah penyelamatan kepentingan kelompoknya, keluarga, dan dirinya sendiri. Lihatlah, mereka lebih sibuk mengurus partainya dengan salah satunya melakukan konvensi capres, sibuk beriklan, sibuk membuat buku, sibuk berdebat dan saling menyalahkan, serta sibuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber yang tidak jelas untuk kepentingan pemenangan Pemilu.
Padahal di sisi utama, rakyat masih sangat banyak yang membutuhkan sentuhan perbaikan nasib, bahkan telah lama menunggu dan berharap adanya sebuah kemajuan sebelum masa jabatan Presiden SBY berakhir.
Namun lagi-lagi sungguh menyedihkan, harapan dan penantian panjang dari rakyat itu nampaknya tidak akan bisa terwujud hingga memasuki Pemilu 2014. Sebab sekali lagi, Pemerintah dan para elit parpol telah sepakat untuk hanya menghabiskan tahun 2014 ini sebagai tahun politik, bukan tahun untuk menyelesaikan masalah-masalah bangsa dan negara. Dan itu artinya, pemerintah serta para elit parpol tersebut lebih banyak ingkar kepada janjinya sekaligus melanggar sumpah yang telah diucapkannya sendiri, atas nama Tuhan.
Parahnya, presiden yang sangat diharapkan dapat mempersembahkan yang terbaik dengan menuntaskan masalah-masalah negara menjelang akhir jabatannya, malah pada kenyataannya lebih sibuk memunculkan sejumlah masalah baru lagi. Akibatnya, masalah negara yang menjadi kepentingan rakyat pun terbengkalai sudah.
Artinya, bukannya menyelesaikan masalah-masalah negara yang masih begitu banyak yang belum terselesaikan, presiden SBY malah bergegas memunculkan masalah baru lagi yang sama sekali tidak diharapkan atau yang bukan dinanti-nantikan oleh rakyat selama ini, misalnya dengan melakukan somasi ke beberapa warga negara (rakyatnya) sendiri.
Padahal tanpa disadari, sesungguhnya Tuhan lebih dulu telah memberikan “somasi” kepada para pemimpin yang lalai terhadap tugas-tugas serta kewajibannya, karena hanya lebih terlena dan keasyikan mendahulukan kepentingan kelompok, juga untuk dirinya sendiri.