Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kita Butuh Capres Plus, Bukan Capres Fulus yang Bulus

10 Januari 2014   13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itu, rakyat harus berhati-hati dan jangan sampai kembali ditaklukkan oleh Capres fulus yang sudah pasti berotak bulus tersebut. Rakyat harus memahami mana Capres fulus yang bulus, dan mana Capres Plus.

Capres fulus  biasanya penuh rekayasa dan berasal dari kalangan parpol korup. Sementara Capres Plus adalah capres yang memiliki kekuatan dari dalam diri yang dimunculkan dari rakyat (bukan parpol). Artinya, kemunculannya tidak mengandalkan fulus ( untuk beriklan sebelum waktunya), dan  muncul tanpa hasil pencitraan dan rekayasa dari parpol tertentu.

Seseorang yang disuarakan atau diaspirasikan sebagai Capres Plus itu muncul dari kacamata rakyat (bukan parpol). Yakni karena dinilai memiliki keahlian dalam bidang ekonomi,  punya integritas dan daya dobrak perjuangan yang besar untuk rakyat, ada sejarah kemandirian, dan memiliki pengalaman kepemimpinan (terutama di bidang ekonomi), namanya bisa besar karena hasil sulaman kemandirian dari bawah secara alami (bukan karena hasil menyusu/menetek dari parpol).

Jangan lupa, sebagai bangsa, kita punya beberapa pengalaman suram memunculkan sejumlah presiden dari hasil pencitraan dadakan yang berlebih-lebihan (tidak alami alias rekayasa) oleh parpol. Apakah kita harus mengulang kembali pengalaman suram itu..??? “Allah menganugrahi Indonesia dengan sumber daya alam (SDA) yang berlimpah ruah. Tidak masuk akal bila sebagian besar rakyatnya masih juga miskin dan tidak sejahtera,” ujar RR1.

Ingat, bangsa kita sejak dulu sampai saat ini masih saja sangat bermasalah di bidang ekonomi yang membuat bidang-bidang lainnya ikut bermasalah. “Kita lihat hasilnya seperti yang ada sekarang. Hasilnya mis-management, hasilnya kita lihat rakyat belum makmur,” ujar RR1 seraya menyebut bahwa semua itu karena presiden yang dipilih adalah hasil rekayasa melalui pencitraan semu.

Secara khusus, Rizal Ramli selaku ekonom senior, tak henti-hentinya menyuarakan dan mempertegas serta memperingatkan kepada kita semua (yang menghendaki perubahan untuk kemajuan pesat), bahwa Presiden Indonesia yang terpilih pada ajang Pilpres tahun 2014 adalah harus anak bangsa yang mampu menyelamatkan ekonomi nasional yang kini berada dalam kondisi lampu kuning.

“(Kondisi) saat ini berbahaya. Presiden mendatang harus bisa menyelesaikan masalah makro ekonomi. Presiden mendatang (2014) harus bisa mengatasi quatro-deficits. Bukan presiden citra,” ujar Rizal Ramli, Senin (6/1/2014). Seperti dilansir tribunnews.

Seperti diketahui, sejauh ini RR1 adalah tokoh nasional (mantan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan) yang sejak dulu hingga kini belum pernah memasuki satu parpol mana pun, apalagi untuk menggantungkan hidup dan mencari makan di parpol. Sehingga itu, bagi saya, Rizal Ramli adalah termasuk Capres Plus yang selalu tulus dan konsisten dengan perjuangan awalnya, yakni secara tegas adalah demi rakyat .

Tetapi meski begitu, RR1 mengaku hanya “memusuhi” parpol yang di dalamnya banyak dihuni oleh elit politik yang korup, yang kerjanya lebih banyak menghisap fulus rakyat, lalu setelah tiba saatnya fulus tersebut sebagian dinikmati dan sebagiannya dipakai kembali untuk menyuap dan membeli suara rakyat. Semoga rakyat bisa memahami semua ini..!!!
SALAM PERUBAHAN…!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun