Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

“Falsafah” Suku Makassar-Bugis dan Jiwa Rizal Ramli

21 Februari 2014   22:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semboyan itu melambangkan betapa masyarakat Suku Makassar-Bugis memiliki tekad dan keberanian yang tinggi dalam mengarungi kehidupan ini, sekaligus menunjukan semangat kepribadian yang pantang mundur untuk tetap maju menuju kebenaran meski nyawa harus menjadi taruhannya. Dan semboyan inilah yang sangat persis sama dengan jiwa yang dimiliki oleh Rizal Ramli.

Sebetulnya, semboyan itu adalah hasil penggalian dari “falsafah” Suku Makassar-Bugis, yakni: “Siri’ Na Pacce”. Siri’ adalah rasa malu dari sesuatu yang tabu; sedang Pacce adalah pedih yang mengajarkan untuk mengutamakan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial daripada kepentingan diri sendiri. Dan istilah Pacce inilah yang juga sudah berhasil diperlihatkan oleh Rizal Ramli. Yakni ia lebih memilih untuk mengorbankan dirinya dengan dipenjara (juga rela dipecat) asalkan bisa memperjuangkan kepentingan orang banyak.

Suku Makassar-Bugis berpandangan, bahwa jika Siri’ Na Pacce tidak dimiliki oleh seseorang, maka prilaku seseorang tersebut dapat melebihi tingkah laku binatang, tidak memiliki rasa malu, harga diri, dan kepedulian sosial. Seseorang itu juga hanya ingin menang sendiri dan lebih senang mengikuti hawa nafsunya.

Istilah Siri’ Na Pacce sebagai sistem nilai budaya sangat abstrak dan sulit didefenisikan, karena Siri’ Na Pacce hanya bisa dirasakan oleh penganut budaya itu. Namun nilai filosofis dari Siri’ Na Pacce adalah merupakan gambaran dan pandangan hidup yang dapat menggerakkan dan menjadikan orang bisa tampil sebagai sosok yang reaktif, pelindung, militan, konsisten, optimis, loyal, bernyali kuat, dan berjiwa konstruktif nan cerdas.

Sehingga itu, sebetulnya rakyat Indonesia saat ini sangat membutuhkan lahirnya sosok pemimpin yang memiliki jiwa dan karakter yang mencerminkan Siri’ Na Pacce. Jika tidak, maka harga diri dan kedaulatan Indonesia akan selalu diinjak-injak oleh negara luar.

Dan jika menelusuri rekam-jejak (mulai nol kilometer) semua figur yang kini disebut-sebut ingin maju sebagai Capres, maka tak berlebihan jika disebutkan, bahwa hanya ada satu figur yang sejak dulu senantiasa bertindak atas dasar Siri’ Na Pacce hingga kini, yakni Rizal Ramli.
Ewako Karaeng... Ewako Puang...!!!

SALAM PERUBAHAN 2014...!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun