Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi-Rizal Ramli, “Sejoli” yang Menyerupai Soekarno-Hatta

31 Maret 2014   17:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="599" caption="Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Montase "][/caption] JIKA alasan utama Ibu Megawati Soekarnoputri menunjuk Jokowi sebagai Capres dari PDIP adalah untuk mengembalikan kedaulatan ekonomi (termasuk pangan) ke dalam genggaman bangsa dan negara, maka Jokowi selayaknya dipasangkan dengan sosok ekonom dari non-parpol yang sepaham dengan ajaran Trisakti Bung Karno, yakni DR. Rizal Ramli. Ibu Mega yang selama ini telah menempatkan PDIP di poros oposisi, tentulah pada Pemilu kali ini cenderung akan lebih mendapat simpatik dari rakyat, sehingga itu Ibu Mega tak perlu tergiur dengan “bujukan” dari sejumlah parpol yang telah melakukan pdkt (pendekatan) untuk menjalin koalisi. Pilihan koalisi bagi Ibu Mega hanya bisa ditempuh apabila perolehan suara PDIP pada pileg tidak memungkinkan untuk mengusung satu pasang capres. Itupun tidak harus serta-merta berkoalisi dengan sembarangan parpol. Sebab, rakyat saat ini sudah sangat paham melihat mana parpol korup dan mana parpol yang oportunis. Namun apabila PDIP memang ternyata berhasil menjadi pemenang dalam Pileg, maka Ibu Mega sebaiknya membuka peluang koalisi hanya bagi parpol yang belum pernah berkoalisi selama ini, misalnya PBB, PKPI, dsb. Sebab, terlalu banyak parpol yang diterima sebagai koalisi, misalnya dari posisi Wapres hingga sebagian besar menteri berasal dari banyak parpol, maka (salah satunya) tentu justru hanya akan mempersempit ruang-gerak pengambilan kebijakan oleh kepala negara. Artinya, “Kenyamanan” Jokowi dalam menjalankan tugas-tugasnya kelak (jika terpilih) sebagai Presiden harus menjadi pertimbangan serius bagi Ibu Mega. Yakni, Jokowi sebaiknya tidak dipasangkan dengan sosok yang berasal dari parpol yang selama ini telah “hidup” berkoalisi dengan parpol penguasa sebelumnya. Sebab, parpol tersebut boleh jadi hanya ingin mencari "aman" karena mungkin sedang dililit oleh persoalan korupsi yang sedang bergulir dalam proses hukum. Selain itu, juga bisa saja nantinya hanya akan menghabiskan  waktu dengan hal-hal yang tidak penting. Misalnya, saling mengintai, saling curiga, atau saling menonjolkan kelompok (parpol) masing-masing, dsb. Sehingganya, PDIP harus siap untuk berani tampil mengendalikan negara meski tidak harus berkoalisi dengan sejumlah parpol yang sudah “menikmati hasil” koalisi dengan parpol penguasa sebelumnya. Sebab jika hanya berkoalisi dengan parpol eks-koalisi sebelumnya, maka PDIP hanya akan berpeluang bernasib sama dengan partai penguasa sebelumnya. PDIP harus yakin, bahwa ada pihak yang benar-benar bisa dijadikan koalisi sejati dalam menjalankan roda pemerintahan selanjutnya, yakni rakyat. Sehingga itu, PDIP nantinya harus bisa percaya diri sebagai parpol penguasa seperti ketika PDIP memilih berani menjadi parpol oposisi. Olehnya itu, jika PDIP ingin benar-benar FOKUS mewujudkan KEMURNIAN CITA-CITA perjuanganya, maka pilihan utama Ibu Mega adalah menyandingkan Jokowi dengan Rizal Ramli sebagai SEJOLI= Select Jokowi-Rizal Ramli” yang sangat tepat sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Sebab, pasangan “Sejoli” ini tentu lebih diyakini bisa menyerupai kepemimpinan Soekarno-Hatta. Dan bahkan tentu akan bisa lebih hebat lagi karena juga diyakini pasangan Sejoli ini akan mampu menjawab tuntutan dan kebutuhan rakyat saat ini. Semoga...!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun