Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rizal Ramli “Sang Aktor” Pergerakan Perubahan, Pro-Rakyat, Dibenci Mafia dan Penguasa Zalim

11 Oktober 2014   13:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:29 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_328447" align="aligncenter" width="599" caption="Ilustrasi/Repro-design: Abdul Muis Syam."][/caption]

“RIZAL Ramli adalah salah satu sosok penghalang besar yang tak pernah berhenti menghasut dan melakukan perlawanan kepada setiap pemerintah yang banyak berbaik hati kepada kita,” kiranya demikianlah pandangan secara turun-temurun di lingkungan para mafia (seperti mafia Berkeley, mafia beras, mafia, migas, dsb) dan para politisi busuk beserta para begundalnya terhadap diri Rizal Ramli.

Para mafia inilah yang telah berhasil menguasai Indonesia dengan cara menjajah negerinya sendiri dibantu kekuatan luar (negara asing) pasca lengsernya Soekarno.

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri,” demikian sepenggal pidato yang pernah diucapkan Presiden Soekarno.

Secara sadar Soekarno menyatakan hal tersebut, sebab ia sangat mengenal Indonesia sebagai negeri yang memiliki sumber kekayaan alam melimpah tetapi sangat sulit dikelola oleh bangsa dan rakyatnya sendiri.

Dan dari situ, Soekarno seakan telah mengetahui akan bermunculan para penjajah yang berasal dari dalam negeri sendiri, yakni anak-anak bangsa yang akan berkerjasama dengan sejumlah negara asing untuk kembali menguasai Indonesia melalui pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam di negeri ini.

Bukankah memang kekayaan alam yang terkandung di perut ibu pertiwi inilah yang membuat para penjajah sangat bernafsu untuk menguasai Indonesia di masa silam? Dan ingat, nafsu penjajah (dari negara luar) ini takkan pernah surut walau Indonesia telah berhasil memproklamirkan kemerdekaannya!

Artinya, para penjajah memang sudah menyerah dan takluk di medan pertempuran fisik melawan bangsa Indonesia, namun sesudahnya, para penjajah ini justru berhasil melihat kelemahan bangsa Indonesia di sisi lain. Yakni, bangsa Indonesia tidak punya rasa percaya diri sebagai bangsa yang merdeka, termasuk tak punya kemampuan mengelola negerinya sendiri.

Pada konteks tersebut, Soekarno pun mengingatkan dalam pidatonya pada HUT Proklamasi 1963, bahwa bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, (maka bangsa tersebut) tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.

Dan hingga kini pada kenyataannya bangsa kita memang belumlah merdeka. Hasil-hasil pengelolaan kekayaan alam yang menggunung beserta dana anggaran pembangunan yang meluap-luap dari tahun ke tahun, nyatanya hanya banyak menumpuk dan mengalir masuk ke pintu-pintu istana dan di gedung Senayan. Yaaa.... para pejabat negaralah yang kini kekenyangan, mereka saling menyuapi dengan para mafia, politisi busuk dan para begundalnya. Dan ketahuilah, itu sudah berlangsung sejak dulu.

Sementara jeritan dan tangisan kesengsaraan si miskin pribumi di emperan-emperan toko dan dari balik gubuk bambu dan tembok-tembok rapuh perumahan kredit dan kontrakan kumuh, hingga kini nyatanya masih terus meraung-raung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun