Kalau memang pemerintah mengaku hanya keikhlasan yang mendasari semua itu, maka seharusnya pemerintah ikhlas bekerja tanpa pakai “main paksa” dengan menaikkan harga BBM atau mencabut seluruh subsidi lainnya.
Berapa tahun proyek-proyek itu bisa benar-benar rampung? Dan berapa puluh tahun ke depan orang-orang miskin bisa menjadi sejahtera dengan memanfaatkan infrastruktur itu?
Pemerintah harusnya bisa mendahulukan kepentingan bangsa dengan segera bergegas menolong orang-orang yang masih berada di garis kemiskinan dengan langsung memberikan sentuhan riil, terarah dan tepat. Sebab orang miskin itu ibarat orang yang tubuhnya sedang terombang-ambing di permukaan laut yang nyaris tenggelam. Di saat kondisi seperti itu, pemerintah sangat tega dan keliru jika menyuruh orang yang hampir tenggelam itu untuk bersabar karena kapal penyelamatnya (infrastruktur) masih harus dibuat/diproduksi dulu. Kalau begitu caranya, orang miskin keburu “mampus tenggelam”.
“Mengapa yang dihajar rakyat kelompok menengah dan bawah. Beras untuk rakyat miskin (raskin) sudah dihapuskan, harga BBM sudah dinaikkan, harga tiket kereta api juga (listrik) mau dinaikkan seperti harga elpiji 3 kilogram. Sementara Pertamax dan Pertamax Plus yang sepenuhnya untuk rakyat kelas atas tidak dinaikkan,” ujar aktivis gerakan perubahan pro-rakyat, Rizal Ramli.
Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini pun geleng-geleng kepala dan mempertanyakan ke mana konsep perubahan yang dijanjikan oleh pasangan Jokowi-JK ini di saat kampanye?
“Mas Jokowi, apa ini yang dimaksud dengan perubahan? Kok tega amat?” lontar Rizal Ramli, yang juga pernah menjabat selaku Menteri Keuangan dan sukses menurunkan utang luar negeri di era Presiden Gus Dur.
Rizal Ramli pun menyebut Jokowi-JK raja (nya) tega yang PHP (Pemberi Harapan Palsu), alias bohong. “Wahai penguasa oplosan, janjimu palsu,” tandasnya.
Dalam akun twitternya, Rizal Ramli bahkan menyindir Jokowi-JK: “Menyakitkan jika hanya penampilan merakyat, tetapi kebijakan tidak berpihak pada majoritas rakyat..”
Sepertinya, kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jokowi-JK ini sudah berada pada tingkat “profesional”, yakni berbohong demi mendapatkan keuntungan dan memuaskan kepentingan kelompok-kelompok tertentu.
“Pemimpin jika hanya dikelilingi pedagang,, apalagi KKN pula, kebijakannya hanya pro-bisnis dan bond holders,, lupa dgn rakyat yg memilihnya,” tulis Rizal Ramli dalam akun twitternya.
Tetapi nampaknya, Jokowi-JK yang sepertinya amat doyan berbohong itu tidak hanya lupa dengan rakyat yang memilihnya, tetapi rasa-rasanya juga lupa dengan Tuhannya.