Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi-JK Pasangan Presiden “Amatiran”, Pembohong “Profesional”? Ingatlah Tuhan!

15 Desember 2014   05:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau memang pemerintah mengaku hanya keikhlasan yang mendasari semua itu, maka seharusnya pemerintah ikhlas bekerja tanpa pakai “main paksa” dengan menaikkan harga BBM atau mencabut seluruh subsidi lainnya.

Berapa tahun proyek-proyek itu bisa benar-benar rampung? Dan berapa puluh tahun ke depan orang-orang miskin bisa menjadi sejahtera dengan memanfaatkan infrastruktur itu?

Pemerintah harusnya bisa mendahulukan kepentingan bangsa dengan segera bergegas menolong orang-orang yang masih berada di garis kemiskinan dengan langsung memberikan sentuhan riil, terarah dan tepat. Sebab orang miskin itu ibarat orang yang tubuhnya sedang terombang-ambing di permukaan laut yang nyaris tenggelam. Di saat kondisi seperti itu, pemerintah sangat tega dan keliru jika menyuruh orang yang hampir tenggelam itu untuk bersabar karena kapal penyelamatnya (infrastruktur) masih harus dibuat/diproduksi dulu. Kalau begitu caranya, orang miskin keburu “mampus tenggelam”.

“Mengapa yang dihajar rakyat kelompok menengah dan bawah. Beras untuk rakyat miskin (raskin) sudah dihapuskan, harga BBM sudah dinaikkan, harga tiket kereta api juga (listrik) mau dinaikkan seperti harga elpiji 3 kilogram. Sementara Pertamax dan Pertamax Plus yang sepenuhnya untuk rakyat kelas atas tidak dinaikkan,” ujar aktivis gerakan perubahan pro-rakyat, Rizal Ramli.

Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini pun geleng-geleng kepala dan mempertanyakan ke mana konsep perubahan yang dijanjikan oleh pasangan Jokowi-JK ini di saat kampanye?

“Mas Jokowi, apa ini yang dimaksud dengan perubahan? Kok tega amat?” lontar Rizal Ramli, yang juga pernah menjabat selaku Menteri Keuangan dan sukses menurunkan utang luar negeri di era Presiden Gus Dur.

Rizal Ramli pun menyebut Jokowi-JK raja (nya) tega yang PHP (Pemberi Harapan Palsu), alias bohong. “Wahai penguasa oplosan, janjimu palsu,” tandasnya.

Dalam akun twitternya, Rizal Ramli bahkan menyindir Jokowi-JK: “Menyakitkan jika hanya penampilan merakyat, tetapi kebijakan tidak berpihak pada majoritas rakyat..”

Sepertinya, kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jokowi-JK ini sudah berada pada tingkat “profesional”, yakni berbohong demi mendapatkan keuntungan dan memuaskan kepentingan kelompok-kelompok tertentu.

“Pemimpin jika hanya dikelilingi pedagang,, apalagi KKN pula, kebijakannya hanya pro-bisnis dan bond holders,, lupa dgn rakyat yg memilihnya,” tulis Rizal Ramli dalam akun twitternya.

Tetapi nampaknya, Jokowi-JK yang sepertinya amat doyan berbohong itu tidak hanya lupa dengan rakyat yang memilihnya, tetapi rasa-rasanya juga lupa dengan Tuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun