Ketiga, Jokowi menunjuk Komisaris Jenderal (Komjen) Pol. Budi Gunawan (BG) sebagai satu-satunya sosok calon Kapolri. Padahal masih ada sejumlah polisi yang dinilai jauh lebih baik dan “bersih” dibanding BG.
Di mata banyak kalangan, Kontras misalnya, BG dipandang tak layak jadi Kapolri karena diduga kuat memiliki rekening gendut yang diperoleh secara tidak benar alias melanggar hukum. Dan memang nyatanya BG pun kemudian ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Selain Kontras, Relawan Dua Jari juga “mengancam” akan terus meneror Presiden Jokowi jika BG nantinya benar-benar dilantik sebagai Kapolri. “Kalau sampai masih juga dilantik, kami akan terus meneror. Saya pribadi akan terus datang ke istana dan mengatakan ke presiden bahwa ini tidak benar. Kami ini mendukung bapak karena berkomitmen membuat Indonesia yang lebih baik dan bersih!” ujar relawan Dua Jari, Fadjroel Rachman, di istana kepresidenan, Kamis (15/1/2015).
Penetapan BG sebagai calon tunggal Kapolri yang kini telah mendapat restu dari Komisi III DPR-RI ini pun dipandang oleh publik, bahwa sepertinya pemerintahan Jokowi-JK sama sekali tak punya iktikad baik dalam hal penegakan hukum, terutama dalam upaya pemberantasan korupsi.
Bahkan Jokowi kemungkinan besar akan “memaksakan” diri untuk tetap menjadikan BG sebagai Kapolri. Mengapa? Tentu sangat mudah ditebak! Jokowi Ingin Ciptakan “Zona Nyaman” Buat Kapitalis dan Koruptor? Bayangan yang paling jelas terlintas di benak banyak orang ketika mengetahui “sikap” Jokowi mulai dari merekrut menteri-menterinya, jaksa agung, hingga pada menunjuk BG sebagai calon tunggal untuk menjadi Kapolri, sepertinya adalah untuk menciptakan “zona nyaman” buat Kapitalis dan Koruptor.
Secara psikologis, BG yang pernah menjadi ajudan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, semasa menjabat Presiden RI ke-5, tentunya diyakini bisa “mengamankan” setiap “perintah maupun arahan majikannya”. Dan tunduknya BG khususnya kepada Megawati tersebut juga tentu diyakini telah menjadi “budaya loyal” yang tak perlu diragukan lagi.
Dan mengingat karena KPK saat ini sedang intens menggali kasus SKL-BLBI yang melibatkan sejumlah obligor yang terjadi pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, maka boleh jadi sosok BG adalah pilihan terbaik satu-satunya bagi Megawati untuk dijadikan Kapolri.
Artinya, Megawati yang sejauh ini diduga kuat ikut “bermain” pada kasus BLBI, nampaknya memang benar-benar sangat membutuhkan “benteng” yang diyakini bisa melindunginya, yaitu Kapolri.
Dan untuk di posisi ini (Kapolri) hanya BG satu-satunya yang diyakini siap untuk menyikat habis pihak-pihak yang berani menyentuh kasus BLBI tersebut. Jika tebakan dan bayangan ini benar, maka akronim Jkw-JK bisa menjadi “Jokowi-Jongos Koruptor/Kapitalis”. Aduh... jangan sampai ini benar-benar terjadi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H