Mohon tunggu...
Amsulistiani
Amsulistiani Mohon Tunggu... Freelancer - Robotika, Inovasi Teknologi, Kerja di Kapal Pesiar, Tinggal dan Belajar di Jerman

Profil Penulis: Saya Amsulistiani, ETO Trainee Kapal Pesiar AIDA milik Jerman. Saat di Indonesia, saya menyibukkan diri pada Pendidikan Robotika dan Inovasi Teknologi sampai pelosok Indonesia. Saya percaya dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penguasaan teknologi mulai sekarang, akan membentuk Indonesia yang lebih tertata di masa depan. Bagaimana membentuk teknologi Indonesia 10 tahun ke depan adalah dengan membentuk sistem dan kemudahan akses belajar dan praktek teknologi generasi generasi kita dari sekarang. Olehnya itu, saya buka RoemahRobot ProAction, membentuk kurikulumnya, dan melebur sistem belajarnya melalui platlform online di www.skilledu.id Konsepnya, materi materi dan kelas oleh RoemahRobot ProAction mencakup: 1. Kelas Pelatihan Siap Kerja di Bidang Robotika Dasar dan Inovasi Teknologi 2. Kelas Skill Robotika & Inovasi Teknologi untuk semua usia 3. Kelas Persiapan Kerja ke Kapal Pesiar Dunia 4. Kelas Persiapan Bekerja dan Belajar ke Jerman Karena dari latar belakang pendidikan teknik elektro, bekerja di kapal pesiar Jerman, beberapa informasi yang memudahkan untuk akses bekerja di kapal pesiar dan untuk tinggal dan belajar di Jerman saya bagi kepada pembaca melalui tulisan tulisan saya di kompasiana. Harapan saya, makin banyak kita mengalami hal hal baik, makin tergerak kita untuk turut menularkannya. Referensi https://amsulistiani.com/courses/ fb dan ig: Amsulistiani +628115995950

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tantangan Menjadi Pelaut di Indonesia

22 Agustus 2020   19:41 Diperbarui: 22 Agustus 2020   19:33 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tantangan Menjadi Pelaut di Indonesia dan Solusinya

Sudah bukan rahasia lagi, menjadi pelaut di Indonesia, adalah siap siap menjadi crew/karyawan dengan perlindungan minim. Harus kuat sekuat kuatnya. Siap sendirian, kurang perlindungan. Berbeda dengan pelaut pelaut dari berbagai negara maju dunia.

Anyway, berdasar pengalaman dan pengamatan, berikut saya rangkum tantangan serius ketika memilih untuk menjadi pelaut di Indonesia.

1. Lowongan Kerja di Dalam Negeri Tidak Memadai

Jumlah kapal di dalam negeri tidak cukup memadai. Maksud saya, kapal dengan manajemen yang sesuai dengan aturan SOLAS. Tidak usah jauh jauh jika ingin menilai memadai tidaknya, cukup amati perusahaan kapal milik negara, PELNI. 

Kapal yang seharusnya menjadi patokan penerapan SOLAS di dalam negeri tersebut, dapat dikatakan jauh dari harapan. Ketika negara belum mampu menyediakan standar berlayar paling minim sesuai regulasi SOLAS, maka jangan berharap kapal kapal lain yang berlayar di Indonesia akan bisa lebih baik.

SOLAS adalah Safety of Life at Sea. Di dalamnya mengatur, standar paling minim agar kehidupan di laut, di atas kapal atau sejenisnya memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi manusia yang menempatinya.

2. Kewajiban Sertifikasi Belum Didukung Sistem Yang Mumpuni

Selain nomor satu di atas. Kemudian mari ke manusianya. Pelautnya sendiri. Bukan hendak menyalahkan siapa siapa, tetapi di institusi penyelenggara pelatihan mana saja di negara kita tercinta, Indonesia, masih ditemukan praktek 'tidak profesional' dalam pelaksanaan sertifikasi dan pelatihan. Sehingga, seringkali, lulusan lulusan sertifikasi kepelautan di Indonesia jauh dari harapan dan standar yang diatur dalam STCW.

STCW singkatan dari Standards of Training Certification & Watchkeeping. Di dalamnya mengatur, keahlian dan kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seseorang yang memegang jabatan dan posisi tertentu di atas kapal.

3. Sebagai Negara Kelautan, Kita Tidak Memiliki Banyak Kapal

Coba sebutkan kapal apa saja yang dimiliki Indonesia selain PELNI dan Kapal Militer. Atau coba sebutkan Ship Yard di Indonesia. Benar. TIDAK ADA. Sengaja tidak saya sebutkan shipyard kecil di Batam. Maaf, tetapi belum bisa kita banggakan. PELNI dan kapal kapal militer Indonesia pun adalah kapal kapal buatan negara lain yang bahkan lautnya hanya berupa teluk kecil.

4. Hak Asasi dan Kesejahteraan Pelaut di Indonesia Seringkali Diabaikan

Sering mendengar, pelaut pelaut Indonesia yang terlantar di luar negeri? Terutama di negara negara mongol, seperti cina dan taiwan. Atau bahkan sering terdengar pelaut pelaut kita yang bekerja ke kapal luar terjebak dalam perbudakan sampai hilang nyawa. 

Atau di dalam negeri sendiri, setiap bulan, kecelakaan kapal kerap terjadi. Bukan hanya karena abai terhadap SOLAS, juga karena kembali ke point 2, tidak banyak pelaut yang berlayar benar benar memahami apa itu SOLAS. Pelaksana training dan sertifikasi di banyak institusi kita di Indonesia belum maksimal. Sad to say but it's the truth.

5. Tidak Ada Tindak Tegas Terhadap Perusahaan Atau Agency Nakal

Mengapa kasus nomor 4 seringkali terjadi? Benar. Belum ada filter dan tindak tegas terhadap agency agency atau perusahaan nakal di Indonesia.

Solusi Menjadikan Setiap Pelaut Indonesia Terpenuhi Kesejahteraannya

  1. Perbaiki Sistem
  2. Perbaiki Manusia-nya, Pastikan Sistem Berjalan Sesuai Dengan Visi Misi
  3. Tindak Tegas dan Hukuman Berat Bagi Yang Melanggar

Sebenarnya 3 solusi ini cukup mudah dilaksanakan, karena secara Internasional dan hukum penyesuaian secara nasional sudah terbentuk, seharusnya sudah tidak sulit untuk melaksanakannya. Kuncinya ada pada kualitas manusia yang menerapkannya.

Profil Penulis:

Saya Amsulistiani, ETO Trainee Kapal Pesiar AIDA.
Referensi https://amsulistiani.com/courses/
fb & ig: Amsulistiani

Jayalah Pelaut Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun