Mandalika pun tidak membuat perasaan wisatawan menjadi kenyang terlebih kekayaan Mandalika masih menyimpan resep agar wisatawan betah berlama-lama di sana; kuliner dan cinderamata dari budaya suku Sasak yang sungguh menyita mata para wisatawan untuk memilikinya satu atau lebih. Indonesia sebagai raja kuliner sudah menjadi sarapan sehari-hari dari kacamata dunia. Berbagai komentar jatuh pada rasa cinta yang melekat di mulut, meresap dihati; kuliner Indonesia jangan lagi diragukan kedahsyatan cita rasanya. Di Mandalika, terdapat satu wisata kuliner khas yaitu Ayam Rarang. Orang-orang menemui kuliner itu bagai menemukan harta karun. Betapa kudapan masakan Ayam Rarang disajikan dengan cara yang unik: ayam dibakar dan dibumbui setelah dibakar, bukan pada saat yang bersamaan. Dilumuri bumbu merah yang khas, dikudap sepenuh hati, lalu dihidangkan dengan sambal terasi. Alih-alih rasa itu membuat ngiler para pembaca padahal belum mengunyah. Aih..
Bukan lagi tandingannya jika dipertemukan oleh budaya Sasak yakni kain tenun batik dengan corak unik dan motif yang memukau bagi para pecinta fashion. Batik yang paling dicari ialah yang bermotif putri Mandalika, ternyata Mandalika ialah putri kerajaan di daerah NTB dan namanya diabadikan sebagai lambang kecantikan alam Lombok dalam eksotisnya Mandalika berupa limpahan potensi wisata tiada habisnya. Dari perbukitan, danau, air terjun, pantai, dan lembahnya kini menjadi saksi betapa Mandalika adalah destinasi wajib kelas dunia yang patut ditulis di buku diary, barangkali suatu saat bisa mengunjunginya.
Saya menerka pada mulanya bahwa kata Mandalika berasal dari bahasa Arab: Man Dzalika -- bermakna siapakah itu?, siapakah gerangan? (dalam bentuk pertanyaan) -- yang hakikatnya Mandalika bukanlah benda mati yang disuguhi oleh kekayaan Alamnya, namun Mandalika lebih seperti ibu yang melahirkan alam, lalu diasuh dengan segenap cinta, dibesarkan oleh belaian kasih sayang, sehingga akhirnya ia sudah dewasa dan berhasil menyihir milyaran manusia untuk berwisata ke DSP Mandalika, Lombok.  Bukankah dikatakan sukses bila ia sudah membuat bersatu padunya rasa senang, sedih, dan haru orang kesayangannya  berkat usahanya sebab tidak sia-sia? Itulah Mandalika yang kini engkau adalah harapan bangsa Indonesia dan menjadi panutan wisata dunia untuk berburu kemilaunya permata tepat di jantung hatimu, Lombok.
Harapan saya hanya satu, rawatlah Mandalika Lombok sebagaimana merawat anak dari bayi hingga dewasa agar dunia tahu bahwa Indonesia adalah ibu yang sukses mendidik Mandalika hingga terpandang sampai ke kacamata dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H