Ekspetasi saya melihat kondisi teman saya yang terlalu memaksakan takdir tuk mengantarnya kesana, membuat saya kecewa karena mereka seperti tidak serius bahkan main-main.Â
Jika tidak terealisasi, mereka terus saja berjuang dengan berjuta-juta duit agar tetap diterima. Melewati setiap fase-fase penyisihan atau seleksi. Entah gagal atau tidak tergantung kebijakan pihak penyelenggara ujian. Kalau gagal, menunggu tahun depan dan rela menganggur. Kalau lolos, Alhamdulillah.
 Tak ada yang salah tuk berjuang, tapi harus ingat diri; muhasabah diri dan pantaskah aku? Walau ujian tersebut mengandalkan sistem untung-untungan, bolehlah kita bersyukur di awal, tapi yang lebih ditakutkan adalah : mogok semester, nilai tidak sempurna karena kita jarang belajar dan menelaah lebih lanjut.Â
Itu pun setelah semester-semester tua; penyesalan yang terlanjur. Hanya sekedar belagak, tak usah kuliah mending ikut fashion show, dijamin pesona diri tambah rupawan dan glamour. Hati lawan jenis pun semakin terpikat dan tak ingin jauh-jauh dari diri.
Prodi berbasis arogan dan tetap bersikukuh; keren di awal, nyesek di akhir. Kalau tak bisa, jangan dipaksa. Kalau sudah masuk, jangan malas. Kalau sudah pusing, rasain! Memang dibutuhkan rasa sederhana dalam perkuliahan, agar tak terlalu rumit dan sukar menjalankannya.
Kata mereka, kalau bukan prodi populer, takutnya, tidak percaya diri lalu malu soalnya prodi lain biasa-biasa saja dan tak bisa diunggulkan; perspektif bocah manja. Balada akademis hari ini : mereka seolah-olah menolak hal yang biasa dan mungkin mereka belum paham makna sederhana itu lebih asyik dan renyah..
Guru saya berucap dalam bincang hangat, "lebih baik menjadi ikan teri dalam kubangan daripada paus di tengah samudera luas.." artinya, kecil tapi terlihat daripada besar susah terlihat kecuali terdampar; mungkin gagal ujian renang. Kita asumsikan "ikan" adalah diri kita dan "media air" adalah prodi serta saingannya.Â
Semakin keren prodi kita, semakin banyak juga para pesaingnya. Dan mungkin kita akan tenggelam dan susah menatap permukaan laut, saking banyaknya peminat yang sama halnya seperti kita; belagak, arogan, atau sekedar cinta prodi tanpa menuai apapun dari dasar prodi...
"Jadilah hidup sederhana tapi nyata (terlihat)."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H