Prinsip mahasiswa yang lebih diminati saat tugas-tugas kembali menumpuk...
Bukan kuliah namanya bila tidak ada tugas di dalam hariannya. Apalagi mahasiswa yang terbiasa dicekok makalah-makalah per hari. Ini adalah rutinitas wajib dan bahkan, bisa ditambahkan dalam daftar kebutuhan primer; sandang, pangan, papan, dan permakalahan.
Dari awal kuliah sampai akhir kuliah, rencana refreshing pasti gagal terlaksana akibat tugas ini, kecuali harus rela menanti liburan tiba atau mengundurkan diri dari titel mahasiswa.
"Ah! Kan masih bisa pas di jam-jam kosong.."
Tetap saja, tugas senantiasa menghantui kemana pun mahasiswa pergi. Saat berada dalam suatu tongkrongan, tiba-tiba bayangan tugas dan deadline-nya melintas begitu saja tanpa permisi.
Alhasil, mahasiswa termenung kala ramai, memikirkan gambaran paling buruk jikalau dirinya di-eliminasi dari daftar kehadiran; karena tak mengerjakan tugas sama sekali.
Bagi mahasiswa itu sendiri, hanya bisa tertawa lepas menahan segala problematika yang dipendam sendiri. Padahal, kuliah sebatas indikator kepekaan kita saja dalam memanajemen waktu dan tugasnya; bisa atau tidak, bisa ditinjau dari hasil akhir semester. Walau nilai tak sesuai dengan sangkaan kita, yang terpenting bisa lulus dari ranah kampus lalu bergelar sarjana, begitu-lah kata mahasiswa optimis.
Jikalau kita terbenak oleh sifat pesimis, mana mungkin kita yakin lulus. Sedangkan dikit-dikit langsung negative thinking,"Bagaimana nih tugas, masih belum semua." Biasanya kalimat tersebut dapat dilihat di status-status media sosialnya mahasiswa yang pasrah akan IPK.
Mungkin cara efektif bisa lewat kerja kelompok, dimana segalanya mengandalkan gotong-royong, silih mengingat tugas-tugas. Kata orang akademik, "Ah, kerja kelompok mah kita kerja, mereka yang kelompok, enak banget!"
Ternyata pada hakikatnya, mereka telah berdosa sebab meniadakan apa itu rasa kebersamaan. Bukankah bersama lebih indah? Terlebih lagi berdua bisa mesra, bisa saling sebar romantisa.
Ah, indahnya -- entah kenapa saya baper sendiri. Biasanya makhluk yang asal ikut kelompok ini, mengutamakan nilai pancasila "Persatuan Indonesia" Ya, bersatu kita teguh, bercerai kita nyari (kelompok) lagi.
Apapun tugas yang muncul, dijawabnya santai tanpa terasa jadi beban. Mengingat manusia adalah makhluk sosial; diam-diam menyusup ke dalam kelompok, diam-diam menanyakan kabar singkat, "Apa kabar kawan? Ada tugas gak hari ini? Kok resah gitu?" Ya, tiada hari tanpa basa-basi. Alangkah senangnya hidup bersosial.
Uh, apalagi mahasiswa itu pura-pura membeli makanan dengan alasannya, "Nih, buat kerja kelompok nanti." Senyumnya dikerangka semanis mungkin. Semacam suap-menyuap, tapi namanya juga teman: saling membantu, saling bahu-membahu, dan menafikan kata sendiri-sendiri. Ingat, ini bukan tindak kriminal. Ini adalah perihal persahabatan; sama-sama lulus bareng, sukses bareng, nikah bareng, (upss..)
Bagi mahasiswa yang pasrah akan IPK, tenang masih banyak jalan menuju Roma apalagi jalan menuju rasa lega dari beban tugas sana-sini. Ya, banyak sekali trik-triknya.
Saat yang lain bekerja nyari sana, nyari sini, semua buku-buku tebal terbuka dan laptop penuh dengan ketikan, pasti ada yang hanya sebagai "pengamat". Dari jauh, memantau kesibukan rekan kerjanya dan cemal-cemil makanan. Ada pula yang diam-diam memotret buku-buku, dibilangnya dalam caption, "Tugas-tugas, ayo semangat (ditambah emot berapi-api)."
Dibalas-lah status tadi oleh teman yang lain, "Jangan nyerah, yaa. Semua akan beres pada waktunya kok." Betapa asyiknya merekayasa tugas -- (dalam lubuk hatinya, perasaan senang tengah meruah-ruah). Selesai sudah tugas-tugas yang diresahkan tadi, tinggal di-print, sengaja duitnya dari si "pemantau" agar kelihatan berkontribusi -- Â jangan lupa ngasih pujian lagi pada pekerja, "Eh, semoga kamu tambah berkah hidupnya, ya.."
Tamatlah riwayat tugas-tugas yang sering mengganggu mimpi, waktu libur, saat berduaan dengan kekasih, saat ngobrol di kedai kopi, dan saat nge-kepoin instagram mantan. Yang mereka pikirkan semata-mata tugas lenyap dari pandangan mata. Bilamana ada yang prasangka buruk kepada mahasiswa asal nimbrung, asal ngikut.
Katakanlah pada dia, "Yang namanya kerja kelompok, tidak serta-merta harus terjun semuanya ke buku-buku. Toh, harus ada seksi konsumsi, seksi akomodasi, seksi dokumentasi. Sementara kamu, ya jadi seksi pendidikannya. Haha.." serentak ketawa itu meledak kemana-mana.
Bandung di tengah sesak tugas, 2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI