Mohon tunggu...
MA Fauzi
MA Fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Ilmu AlQuran dan Tafsir, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa | Penulis | Esais | Analitis Isu Terkini | Cerpenis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kerja Kelompok Kuliah, Mereka Kerja, Kita Kelompok, Sama-sama Kuliah

24 Desember 2018   21:36 Diperbarui: 25 Desember 2018   09:15 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Startup Stock Photos from Pexels

Prinsip mahasiswa yang lebih diminati saat tugas-tugas kembali menumpuk...

Bukan kuliah namanya bila tidak ada tugas di dalam hariannya. Apalagi mahasiswa yang terbiasa dicekok makalah-makalah per hari. Ini adalah rutinitas wajib dan bahkan, bisa ditambahkan dalam daftar kebutuhan primer; sandang, pangan, papan, dan permakalahan.

Dari awal kuliah sampai akhir kuliah, rencana refreshing pasti gagal terlaksana akibat tugas ini, kecuali harus rela menanti liburan tiba atau mengundurkan diri dari titel mahasiswa.

"Ah! Kan masih bisa pas di jam-jam kosong.."

Tetap saja, tugas senantiasa menghantui kemana pun mahasiswa pergi. Saat berada dalam suatu tongkrongan, tiba-tiba bayangan tugas dan deadline-nya melintas begitu saja tanpa permisi.

Alhasil, mahasiswa termenung kala ramai, memikirkan gambaran paling buruk jikalau dirinya di-eliminasi dari daftar kehadiran; karena tak mengerjakan tugas sama sekali.

Bagi mahasiswa itu sendiri, hanya bisa tertawa lepas menahan segala problematika yang dipendam sendiri. Padahal, kuliah sebatas indikator kepekaan kita saja dalam memanajemen waktu dan tugasnya; bisa atau tidak, bisa ditinjau dari hasil akhir semester. Walau nilai tak sesuai dengan sangkaan kita, yang terpenting bisa lulus dari ranah kampus lalu bergelar sarjana, begitu-lah kata mahasiswa optimis.

Jikalau kita terbenak oleh sifat pesimis, mana mungkin kita yakin lulus. Sedangkan dikit-dikit langsung negative thinking,"Bagaimana nih tugas, masih belum semua." Biasanya kalimat tersebut dapat dilihat di status-status media sosialnya mahasiswa yang pasrah akan IPK.

Mungkin cara efektif bisa lewat kerja kelompok, dimana segalanya mengandalkan gotong-royong, silih mengingat tugas-tugas. Kata orang akademik, "Ah, kerja kelompok mah kita kerja, mereka yang kelompok, enak banget!"

Ternyata pada hakikatnya, mereka telah berdosa sebab meniadakan apa itu rasa kebersamaan. Bukankah bersama lebih indah? Terlebih lagi berdua bisa mesra, bisa saling sebar romantisa.

Ah, indahnya -- entah kenapa saya baper sendiri. Biasanya makhluk yang asal ikut kelompok ini, mengutamakan nilai pancasila "Persatuan Indonesia" Ya, bersatu kita teguh, bercerai kita nyari (kelompok) lagi.

Apapun tugas yang muncul, dijawabnya santai tanpa terasa jadi beban. Mengingat manusia adalah makhluk sosial; diam-diam menyusup ke dalam kelompok, diam-diam menanyakan kabar singkat, "Apa kabar kawan? Ada tugas gak hari ini? Kok resah gitu?" Ya, tiada hari tanpa basa-basi. Alangkah senangnya hidup bersosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun