2. Semua tulisan adalah pertanyaan untuk menjawab masalah Â
Saya setuju dengan pernyataan ini. Ini mengingatkan saya ketika masih pandemi Covid-19, buku Filosofi Teras karya Henri Manampiring menjadi trend bacaan banyak orang. Saya penasaran apa isi dari buku tersebut yang katanya menjadi "obat " cemas pada saat itu, solusi overthinking dan cara menjadi manusia bahagia.Â
Setelah saya riset sedikit, muncul banyak pertanyaan dibenak saya seperti: Apa itu stoikisme yang menjadi bahasan utama buku tersebut? Bagaimana penerapan stoikisme agar hidup menjadi bahagia? serta banyak pertanyaan lain. Â Setelah saya membeli buku tersebut. saya baca bab per bab. Saya mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya.
3. Tulis dalam sudut pandang orang pertama
Gunakan kata-kata seperti: saya, gua, aku, kita, kami. Ini dampaknya sangat luar biasa. Apalagi buat kita yang menulis buku non-fiksi. Karena memudahkan kita relate ke pembaca karena tulisan kita menjadi lebih personal. Jadi kalau kita bahasakan dengan sudut pandang orang pertama berasa kita ngobrol sama orang. Pembaca juga merasa diajak ngobrol. Mulai sekarang, mari kita berlatih menulis menggunakan sudut pandang orang pertama.
4. Buat pembaca tersenyum dan tertarik untuk membaca kalimat atau paragraf selanjutnya.Â
Ketika sedang menulis usahakan menyelipkan sedikit humor di sana. Pastikan di kalimat terakhir dalam paragraf tersebuat ada sebuah hook yang membuat orang membaca lebih lanjut. Bagian terpenting dalam sebuah artikel atau sebuah tulisan adalah satu baris pertama. Kalau satu baris pertama menarik, maka orang akan ingin membaca baris kedua, baris ketiga, baris keempat, dan sesudahnya.
5. Satu pesan provokatif yang jelas
Setiap karya fiksi harus meninggalkan pembacanya dengan satu pemikiran provokatif yang belum ia miliki sebelumnya. Bukan dua, bukan lima. Hanya satu.
Ketika kita menulis non-fiksi, pastikan kita sudah tahu apa yang ingin kita sampaikan. Satu hal yang paling penting itu apa sih? cukup satu saja. Tidak perlu dua, tiga, atau lima.
Kalau satu pesan itu sampai ke pembaca, sudah sangat bagus. Jadi, saat kita menulis teruslah bertanya pada diri kita sendiri seperti ini "Saya sebenarnya ingin ngomong apa sih di tulisan ini? Kalau bisa menyampaikan satu pesan saja dari tulisan ini, pesan itu apasih? Setelah itu, dicek apakah pesan itu sudah tersampaikan dengan jelas atau justru tersamarkan karena kita kebanyakan ngomong poin yang lain? atau omongan kita bertamasya kemana-mana dalam bercerita sehingga pesan itu tidak mengena ke pembaca.