Mohon tunggu...
amrullah ali moebin
amrullah ali moebin Mohon Tunggu... -

semua proses hidup dinikmati dengan perjuangan,.,.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar di Kampung Samin

31 Oktober 2015   09:13 Diperbarui: 31 Oktober 2015   11:20 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Is,

Lama tak menyapamu dengan suratku. Sudah lama aku tak menulis surat. Itu bukan berarti aku sibuk. Tapi, ini soal kemalasanku saja untuk merangkai kalimat-kalimat untukmu.

Is, aku sekarang ditugaskan di Blora Jawa Tengah. Dari kota asalku sekitar 2 jam jika ditempuh dengan motor. Ya, kota itu hanya bersebelahan saja.

Sejak kali pertama kaki ini menginjak ditanah Blora ada nuansa yang berbeda. Seumur hidupku baru pertama kali aku datang ke kota itu.

Nuansa yang berbeda itu tentang keramahan masyarakatnya. Ada satu lagi yang membuat aku takjub dengan Blora. Itu soal warga samin.

Kamu pernah mendengar warga Samin Is? Samin bukan suku. Samin hanyalah seorang warga kampung yang memegang ajaran mbah Samin Surosentiko. Mbah Samin dikenal sebagai tokoh pejuang di zaman belanda.

Samin Surosentiko (Blora, 1859 - Padang, 1914) atau Samin, bernama asli Raden Kohar, adalah pelopor Ajaran Samin (Saminisme).

Mbah samin lahir di Blora 1859. Nama Samin pada dirinya itu sebuah nama yang bernafaskan wong cilik. Mungkin Soekarno yang memunculkan nama Marhen juga terinspirasi dari mbah samin. Tapi aku tak tahu kebenarannya apakah bung karno pernah membaca buku tentang soso samin.heheh

Mbah Samin adalah pendiri dan pelopor Ajaran Samin yang disebut juga Saminisme. Ajaran saminisme ini mula-mula tidak dilarang oleh [caption caption="Perempuan Sedulur sikep sedang menyanyikan lagu indonesia raya "][/caption][caption caption="pengukuhan paguyuban sedulur sikep "]

[/caption]Pemerintah kolonial Belanda. Namun ketika pengikutnya bertambah banyak dan Samin diangkat oleh pengikutnya sebagai RATU ADIL dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam pada tanggal 8 November 1907, maka pemerintah Belanda menjadi was-was sehingga Samin Surosentiko akhirnya ditangkap dan dibuang ke luar Jawa bersama delapan orang pengikutnya.

Soal ajaran Samin akan aku bahasa di surat berikutnya Is. Yang jelas, kini di ajaran Samin masih tetap dijaga oleh generasi penerusnya mbah Samin.

Tadi malam (29 Oktober 2015), para pengikut samin sedulur sikep di Desa Klopoduwur Blora menggelar suronan. Acara kebudayaan leluhur tetap dijaga malam itu. Acaranya klasik sekali.

Mereka mengenakan pakaian khas Samin lengkap dengan udengnya. Warna bajunya hitam. Para perempuan Samin pun berpakaian yang sama. Mereka terlihat ayu dengan busana hitam itu dengan bahawan batik.

Diakhir acara itu ada pagelaran wayang krucil dari Bojonegoro.

Is, bila kamu tak sibuk. Sempatkan waktu ke Blora. Aku janji, akan ku antar ke kampung samin bertemu dengan Mbah Lasiyo, sesepuh di kampung itu.

Blora, 29 Oktober 2015.

AAM.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun