Banyak yang terlalu fokus dengan Dedy Corbuzier, pun juga jangan melupakan mereka yang memutuskan untuk murtad yang kemudian dibenci oleh keluarganya seperti Asmirandah, Lukman Sardi atau Nafa Urbach, tiga nama tersebut adalah salah satu contoh dimana kesadaran dalam substansi kebebasan beragama mulai runtuh. Bagiku agamaku, bagimu agamamu adalah narasi yang dibangun atas dasar tidak ada sebuah paksaan dalam memeluk suatu agama termasuk di dalamnya pindah agama.Â
Kesadaran dalam beragama sejatinya penting untuk mengolah pola pikir bagaimana fenomena konversi agama dinilai sebagai hal yang wajar dan sah-sah saja.
Ritual keagamaan dijalankan tidak untuk memenuhi syarat sebagai calon penghuni surga, tetapi untuk memenuhi pengabdian semata sebagai hamba dan tidak ada niat terselubung untuk mencari hadiah berupa surga dengan modal amal ibadah yang juga belum tentu diterima, karena hal itu adalah hak preogratif Tuhan dan tidak bisa di intervensi oleh apapun dan siapapun.Â
Semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kembali kepada pengikutnya mau berbuat baik atau tidak, nilai-nilai luhur agama sejatinya sudah terkonsep dengan baik dan menjadi pijakan dalam menjalankan kehidupan baik sosial maupun spiritual, demikian juga dengan dosa-dosa kolektif yang terlanjur dilakukan, Tuhan memberikan pengampunan dengan sifatnya yang Maha Pengampun.Â
Cukuplah dan tidak usah berebihan memandang fenomena ini dan berhenti untuk mencerca siapapun pelakunya. Mereka sejatinya sedang dalam pengembaraan mencari cahaya yang belum mereka temui, karena iman cukup dalam hati dan tidak usah dipublish untuk mendapat simpati. Yaa Muqollibal Qulub, tsabbit Qalbi ala Diinika, wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkan hati kami atas Agama-Mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H