“Iya, aku terkunci. Aduh … padahal hari ini ada acara dangdutan lagi.”
“Hahaha, resiko kamu. Kenapa pula kamu mau bermalam di sini.”
Aku tidak mau menginap di sini. Tapi entah kenapa aku ketiduran dan pak Diki lupa membangunkanku.
“Oh ya, mumpung di sini, ayo kita ke ruangan atas. Aku bosan di ruangan sini.”
“Ok,” eh tunggu dulu! Perempuan itu siapa? Apa dia juga terkunci di ruangan ini?
“Tunggu dulu! Memang kamu terkunci juga?” tanyaku dengan lantang. Sekilas aku melihat ekspresi sedih di wajah perempuan itu. Namun langsung berganti dengan ekspresi ceria.
“Iya, benar sekali. Ayo!” katanya sambil menarik lenganku.
Tunggu dulu! Berarti aku akan berduaan bersama perempuan malam ini! Berdua-dua-dua-duaan. Tiba-tiba kapasitas otakku menjadi overload.
Aku memasuki sebuah ruangan yang aneh. Eh? Memang ada ruangan ini? Teringatnya tidak ada di ruangan ini sebelumnya? Ruangannya sangat terpencil dan terletak di ujung.
“Masuklah, di dalam nyaman banget loh.”
Aku mengikutinya saja. Aku membuka pintu dan di dalamnya memang nyaman banget. Memang seperti kelas kebanyakan, ada papan tulis putih dan ada bangku berjejer. Perempuan itu langsung duduk di bangku nomor 3 tepatnya di depan meja dosen.